16
2.2.1 Teori Struktural
Untuk melihat unsur-unsur yang terkandung dalam karya sastra diterapkan teori struktural. Teori struktural diharapkan mendapatkan sesuatu hasil yang
optimal dari karya sastra yang akan dianalisis. Teew 1984:135 berpendapat, “Analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secara cermat
keterkaitan dan keterjalinan semua unsur dan aspek karya sastra yang bersama- sama menghasilkan makna menyeluruh”.
Berdasarkan pendapat di atas, teori struktural adalah pendekatan yang bertujuan untuk menganalisis karya sastra berdasarkan unsur-unsur yang
membangun karya tersebut dalam suatu hubungan antara unsur pembentuknya. Pada dasarnya penelitian struktur, yaitu suatu penelitian yang membahas
unsur-unsur karya sastra. Unsur-unsur yang dimaksud adalah tema, alur, latar, dan penokohan yang terdapat dalam cerita Raja Sisingamangaraja I.
1. Tema
Staton 1965:88, tema adalah makna yang dikandung sebuah cerita. Tema juga merupakan gagasan umum yang menopang sebuah karya sastra yang
terkandung dalamnya menyangkut persamaan dan perbedaan. Kemudian Fananie 2000:84 mengatakan, “Tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang
yang melatarbelakangi karya sastra”. Selanjutnya Sudjiman 1978:74, “Tema adalah gagasan, ide atau pikiran utama di dalam karya sastra yang terungkap
ataupun yang tidak terungkap”. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
pengertian tema adalah gagasan pokok yang mendasari cerita dan memiliki
Universitas Sumatera Utara
17 kedudukan yang dominan sehingga dapat mempersatukan unsur secara bersama-
sama membangun sebuah karya sastra.
2. Alur atau Plot
Semi 1984:45, “Alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai sebuah interksi khusus sekaligus menandai urutan
bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi”. Alur atau plot terbentuk dari rangkaian kisah tentang peristiwa-peristiwa yang disebabkan sesuatu dengan tahapan-
tahapan yang melibatkan konflik atau masalah. Alur atau plot terbentuk dari rangkaian kisah tentang peristiwa-peristiwa
yang disebabkan sesuatu dengan tahapan-tahapan yang melibatkan konflik atau masalah.
Alur dalam cerita dapat dibagi atas beberapa bagian, seperti yang dikemukakan oleh Lubis 1981: 17, yaitu:
1. “Pengarang mulai melukiskan suatu keadaan situation
2. Peristiwa yang bersangkutan mulai bergerak generating circumtances
3. Keadaan mulai memuncak rising action
4. Peristiwa mencapai puncak climax
5. Pengarang memberikan pemecahan soal dalam semua peristiwa
denoument”
3. Latar atau Setting
Daryanto 1997:35, latar atau setting adalah jalan aturan memanjang rangkaian peristiwa yang berlangsung dalam karya fiksi. Selanjutnya, Sumarjo
dan Saini 1991:76, menjelaskan bahwa setting bukan hanya berfungsi sebagai
Universitas Sumatera Utara
18 latar yang bersifat fisikal untuk memuat sesuatu cerita menjadi logis. Latar juga
memiliki unsur psikologis sehingga latar mampu menuansakan makna tertentu serta mampu menciptakan suasana tertentu yang menggerakkan emosi atau aspek
kejiwaan pembacanya. Latar atau setting adalah tempat-tempat kejadian suatu peristiwa atau
kejadian di dalam penceritaan karya sastra. Latar bukan hanya berupa daerah atau tempat namun waktu, musim peristiwa penting dan bersejarah, masa
kepemimpinan seseorang di masa lalu.
4. Perwatakan Penokohan
Perwatakan atau karakter kadang-kadang disebut juga penokohan. Perwatakan penokohan adalah salah satu unsur intrinsik dari sebuah unsur-unsur
yang membangun fiksi. Dalam sebuah karya sastra, alur dan perwatakan tidak dapat dipisahkan. Hal ini disebabkan alur meyakinkan watak-watak atau tokoh-
tokoh beraksi dan bereaksi. Hubungan perwatakan dan alur menjadi penting karena perwatakan adalah sifat menyeluruh yang disorot, termasuk perasaan,
keinginan, cara berpikir, dan cara bertindak. Bangun, dkk 1993:21, “Perwatakan tokoh cerita dapat dilihat melalui tiga aspek yaitu aspek psikologis,
fisiologis, dan sosiologis. Perwatakan adalah karakter dari tokoh. Dalam hal ini pengertian sifat atau
ciri khas yang terdapat pada diri tokoh yang dapat membedakan antara satu tokoh dengan yang lainnya. Gambaran watak tokoh dapat diketahui melalui apa yang
diperankan dalam cerita tersebut kemudian jalan pikirannya serta bagaimana penggambaran fisik tokoh.
Universitas Sumatera Utara
19 Setiap cerita mempunyai tokoh dimana tokoh itu dianggap sebagai
pembentuk peristiwa alur dalam cerita. Oleh karena itu, setiap tokoh mempunyai watak tersendiri yang dapat dianalisis dan diramalkan secara analisis yaitu dapat
diterangkan secara langsung watak tokohnya, sedangkan secara dramatik yaitu dapat diterangkan secara tidak langsung tetapi mungkin melalui tindakannya dan
lain-lain. Aspek perwatakan karakter merupakan imajinasi pengarang dalam membentuk suatu personalita tertentu dalam sebuah karya sastra. Pengarang
sebuah karya sastra harus mampu menggambarkan diri seseorang tokoh yang ada dalam karyanya.
2.2.2 Teori Sosiologi Sastra