9
3.3. Proses Analisa 24
3.3.1. Penentuan Bilangan Penyabunan 24
3.3.1.1. Perlakuan Untuk Larutan Blanko 24
3.3.1.2. Perlakuan Untuk Sampel 24
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.DataAnalisa
25 4.2. Perhitungan
26 4.3. Pembahasan
27 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 29
5.2. Saran 29
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Sumatera Utara
10
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti
Kelapa sawit 10
Tabel 2.2. Spesifikasi Crude Palm Stearin 18
Tabel 2.3. Spesifikasi RBD Palm Stearin 18
Tabel 4.1. Data Analisis Bilangan Penyabunan dalam CPS 25
Tabel 4.2. Data Analisis Bilangan Penyabunan dalam RBD PS 26
Universitas Sumatera Utara
6
ABSTRAK
Telah dilakukan Penentuan Bilangan Penyabunan dengan metode titrasi terhadap beberapa Crude Palm Stearindan Refined Bleached Deodorized Palm Stearindari
beberapa daerah. Dari hasil analisa diperoleh Bilangan Penyabunan dalam Crude Palm Stearin untuk : Daerah Jakarta 195,15 mg KOH g ; Belawan 205,14 mg KOH
g ; Dumai 199,34 mg KOH g. Dan dalam Refined Bleached Deodorized Plm Stearin diperoleh untuk : Daerah Jakarta 194,75 mg KOH g ; Belawan 203,30 mg
KOH g ; Dumai 199,88 mg KOH g.Hasil analisa yang diperoleh sesuai dengan standart mutu dari Crude Palm Stearindan Refined Bleached Deodorized Palm Stearin
yaitu: CPS 193 mg KOHg - 206 mg KOHg ; RBDPS 193 mg KOHg - 205 mg KOHg.
Universitas Sumatera Utara
7
DETERMINATION OF SAPONIFICATION VALUE IN CRUDE
PALM STEARIN CPS AND REFINED BLEACHED DEODORIZED PALM STEARIN RBDPS IN
PT. PALMCOCO LABORATORIES
ABSTRACT
Have been conducted Determination of Saponification Value by methode titration to some Crude Palm Stearin and Refined Bleached Deodorized Palm Stearin from some
area. The result of analysis obtained the Saponification Value in Crude Palm Stearin for : Area Jakarta 195.15 mg KOH g ; Belawan 205.14 mg KOH g ; Dumai 199.34
mg KOH g. And in Refined Bleached Deodorized Palm Stearin obtained for : Area Jakarta 194.75 mg KOH g ; Belawan 203.30 mg KOH g ; Dumai 199.88 mg KOH
g. Result of analysis obtained as according to standart of quality from Crude Palm Stearin and Refined Bleached Deodorized Palm Stearin that is: CPS193 mg KOH g -
206 mg KOH g ; RBD PS 193 mg KOH g - 205 mg KOH g.
Universitas Sumatera Utara
11
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit bukan tanaman asli Indonesia, namun kenyataanya mampu hadir di Indonesia tumbuh dan berkembang dengan baik dan produk olahannya minyak sawit
menjadi salah satu komoditas perkebunan yang handal. Konsumsi minyak sawit dunia yang amat besar tidak mungkin terpenuhi oleh Malaysia, Nigeria dan Pantai Gading
sebagai produsen utama.
Awal mulanya di Indonesia, kelapa sawit sekedar berperan sebagai tanaman hias langka di Kebun Raya Bogor, dan sebagai tanaman penghias jalanan atau
pekarangan. Itu terjadi mulai tahun 1848 hingga beberapa puluh tahun sesudahnya. Ketika itu tahun 1848, Pemerintah Kolonial Belanda mendatangkan empat bibit
kelapa sawit dari mauritius dan Amsterdam masing-masing mengirimkan dua batang yang kemudian ditanam di Kebun Raya Bogor. Selanjutnya hasil anakannya
dipindahkan ke Deli, Sumatera Utara. Ditempat ini, selama beberapa puluh tahun kelapa sawit yang telah berkembang biak hanya berperan sebagai tanaman hias
disepanjang jalan di Deli sehingga potensi yang sesungguhnya belum kelihatan.
Akhir-akhir ini minyak sawit berperan cukup penting dalam perdagangan dunia. Berbagai industri baik pangan maupun nonpangan, banyak yang
Universitas Sumatera Utara
12
menggunakannya sebagai bahan baku. Berdasarkan peranan dan kegunaan minyak sawit itu, maka mutu dan kualitasnya harus diperhatikan sebab sangat menentukan
harga dan nilai komoditas iniTim Penulis PS. 1998.
Proses pengolahan buah kelapa sawit untuk menghasilkan minyak sawit dapat dilakukan dengan cara proses pemerasan daging buah kelapa sawit akan dihasilkan
minyak sawit mentah yang dikenal dengan nama Crude Palm Oil CPO. Proses pengolahan lebih lanjut yaitu proses fraksinasi akan dihasilkan dua macam produk,
yaitu: CP Olein merupakan bagian dari minyak kelapa sawit yang merupakan fraksi cair; CP Stearin yang merupakan fraksi padat dari minyak kelapa sawit yang
berbentuk lemak berwarnan kuning sampai jingga kemerah-merahan. CP Stearin digunakan selain sebagai bahan makanan dapat juga digunakan sebagai bahan baku
industri kosmetik.
Melalui proses refinasi dengan cara melakukan Bleaching dan Deodorizing maka akan dihasilkan Olein murni yang disebut RBD Palm Olein dan RBD Palm
Stearin.RBD Palm Olein merupakan bahan baku utama dalam pembuatan minyak goreng, sedangkan RBD Palm Stearin digunakan terutama untuk margarin disamping
itu juga untuk bahan baku industri sabun dan deterjen http:elearning.unej.ac.id.
Mutu minyak sawit dalam arti yang pertama, yaitu mutu minyak sawit dalam arti benar-benar murni dan tidak bercampur dengan minyak nabati lain dapat
ditentukan dengan menilai sifat-sifat fisiknya, antara lain titik lebur, angka penyabunan dan bilangan iodin. Bilangan Penyabunan dinyatakan sebagai banyaknya
milligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gram minyak atau lemak. Bilangan Penyabunan diketahui untuk menentukan panjang atau pendeknya rantai C
Universitas Sumatera Utara
13
asam lemak pada minyak. Asam lemak rantai C pendek mempunyai Bilangan Penyabunan yang besar. Sedangkan yang kedua, yaitu mutu minyak sawit dilihat
dalam arti penilaian menurut ukuran. Dalam hal ini syarat mutunya diukur berdasarkan Spesifikasi Standart Mutu Internasional, yang meliputi kadar asam lemak
bebas ALBFFA, air, kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida dan ukuran pemucatan Tim Penulis PS. 1998.
Menurut pengalaman analisis di PT. PALMCOCO LABORATORIES, hasil analisa dengan parameter Bilangan Penyabunan terhadap mutu minyak kelapa sawit
yang diperoleh dari berbagai daerah hasilnya berbeda.
Maka dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk memilih judul “ Penentuan Bilangan Penyabunan Dalam
Crude Palm Stearindan Refined Bleached Deodorized Palm Stearin “.
1.1. Permasalahan