13
asam lemak pada minyak. Asam lemak rantai C pendek mempunyai Bilangan Penyabunan yang besar. Sedangkan yang kedua, yaitu mutu minyak sawit dilihat
dalam arti penilaian menurut ukuran. Dalam hal ini syarat mutunya diukur berdasarkan Spesifikasi Standart Mutu Internasional, yang meliputi kadar asam lemak
bebas ALBFFA, air, kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida dan ukuran pemucatan Tim Penulis PS. 1998.
Menurut pengalaman analisis di PT. PALMCOCO LABORATORIES, hasil analisa dengan parameter Bilangan Penyabunan terhadap mutu minyak kelapa sawit
yang diperoleh dari berbagai daerah hasilnya berbeda.
Maka dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk memilih judul “ Penentuan Bilangan Penyabunan Dalam
Crude Palm Stearindan Refined Bleached Deodorized Palm Stearin “.
1.1. Permasalahan
1. Berapa Bilangan Penyabunan dalam Crude Palm Stearin dan Refined
Bleached Deodorized Palm Stearindari daerah Belawan, Dumai dan Jakarta,. 2.
Apakah Bilangan Penyabunan dalam Crude Palm Stearin dan Refined Bleached Deodorized Palm Stearin telah memenuhi standart mutu.
Universitas Sumatera Utara
14
1.2.Tujuan
1. Untuk mengetahui jumlah Bilangan Penyabunan dalam Crude Palm Stearin
dan Refined Bleached Deodorized Palm Stearinyang berasal dariv daerah
Belawan, Dumai dan Jakarta.
2. Untuk melihat apakah Bilangan Penyabunan dalam Crude Palm Stearin dan
Refined Bleached Deodorized Palm Stearin telah memenuhi standart mutu.
1.3.Manfaat
Dengan mengetahui Bilangan Penyabunan dalam Crude Palm Stearin dan Refined Bleached Deodorized Palm Stearin dapat diketahui mutu dari minyak
tersebut.
Universitas Sumatera Utara
15
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kelapa Sawit
2.1.1. Sejarah Kelapa Sawit
Tanaman Kelapa Sawit Elaeis guineensis jacq berasal dari Afrika Barat dan dikenal di Indonesia sejak tahun 1848, ketika ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman ini
merupakan tumbuhan tropis dan tergolong dalam famili Palmae, mulai diusahakan secara komersial dalam skala perkebunan di Sumatera Utara sejak tahun 1911.
Sebelumnya mulai dilakukan percobaan penanaman di Muara Enim 1869, Musi Hulu 1870 dan Bitung 1880.
Pada tahun 1939, Indonesia telah menjadi produsen dan eksportir minyak sawit terbesar di dunia. Di Malaysia, perusahaan perkebunan kelapa sawit muncul
belakangan setelah Indonesia, pada awal pengusahaannyamereka menggunakan bibit kelapa sawit Deli. Adanya perang dunia sampai dengan tahun 1968, menjadikan
perkebunan kelapa sawit Indonesia tertinggal oleh Malaysia yang sampai saat ini masih mendominasi pasar internasional minyak sawit.
Perkebunan kelapa sawit selain menghasilkan minyak sawit mentah CPO;Crude Palm Oil dan minyak inti sawit PKO; Palm Kernel Oil juga
Universitas Sumatera Utara
16
menghasilkan berbagai produk turunan yang dapat dikembangkan sebagai produk setengah jadi dan produk jadi. Produk setengah jadi meliputi Oleo Pangan minyak
goreng, margarin dan shortening dan Oleokimia asam lemak, alkohol dan gliserin. Sedangkan produk jadi terdiri dari sabun dan kosmetika Basyar, A.H, 1999.
Kelapa sawit yang pada saat itu dibiarkan tumbuh liar di hutan-hutan telah dikenal oleh penduduk Afrika Barat sebagai tanaman pangan yang penting, yang
diproses dengan sangat sederhana menjadikan minyak dan tuak sawit. Disamping itu kelapa sawit mulai diperhitungkan sebagai penghasil produk dagangan sehingga di
Eropa mulai muncul Pabrik atau Industri sabun dan margarin yang menggunakan bahan baku minyak sawit mentah CPO; Crude palm Oil dan minyak inti sawit
PKO; Palm Kernel Oil untuk proses operasionalnya. Oleh karena itu, maka timbullah keinginan para pemilik Industri sabun dan margarin untuk mendirikan
Pabrik Minyak Sawit di daerah tersebut Tim Penulis PS, 1998.
2.1.2. Varietas dan Bagian Tanaman Kelapa Sawit
Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, dikenaln lima variaetas kelapa sawit, yaitu :
1. Dura
Tempurung cukup tebal antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar tempurung.Daging buah relative tipis dengan persentase daging buah
terhadap buah bervariasi antara 35-50.Kernel daging biji biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah.
Universitas Sumatera Utara
17
Dari empat pohon induk yang tumbuh di Kebun Raya Bogor, varietas ini kemudian menyebar ketempat lain, antara lain ke negara Timur Jauh. Dalam
persilangan, varietas Dura dipakai sebagai pohon induk betina.
2. Pisifera
Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada tetapi daging buahnya tebal.Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging
buah tipis. Jenis Pisifera tidak dapat diperbanyak tanpa menghilangkan dengan jenis yang lain. Varietas ini dikenal sebagai tanaman batina yang steril sebab bungan betina
gugur pada fase dini.Oleh sebab itu, dalam persilangan dipakai sebagai pohon induk jantan.Penyerbukan silang antara Pisifera dengan Duraakan menghasilkan varietas
Tenera.
3. Tenera
Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu Dura dan Pisifera.Varietas inilah yang banyak ditanam diperkebunan-perkebunan
pada saat ini. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5-4 mm, dan terdapat lingkaran serabut disekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah
tinggi antara 60-96.Tandan buah yang dihasilkan oleh Tenera lebih banyak daripada Dura, tetapi ukuran tandannya relatif lebih kecil.
4. Macro Carya
Tempurung sangat tebal sekitar 5 mm, sedangkan daging buahnya tipis sekali.
Universitas Sumatera Utara
18
5. Diwikka-wakka
Varietas ini mempunyai ciri khas dengan adanya dua lapisan daging buah.Diwikka-wakka dapat dibedakan menjadi Diwikka-wakkadura, Diwikka-
wakkafera dan Diwikka-wakkatenera.Dua varietas kelapa sawit yang disebutkan terakhir ini jarang dijumpai dan kurang begitu dikenal di Indonesia.
Perbedaan ketebalan daging buah kelapa sawit menyebabkan perbedaan persentase atau rendemen minyak yang dikandungnya.Rendemen minyak tinggi
terdapat pada varietas Tenera yaitu sekitar 22-24, sedangkan pada varietas Dura antara 16-18.Jenis kelapa sawit yang diusahakan tentu saja yang mengandung
rendemen minyak tinggi sebab minyak sawit merupakan hasil olahan yang utama.Sehingga tidak mengherankan jika lebih banyak perkebunan yang menanam
kelapa sawit dari varietas Tenera Tim Penulis PS, 1998.
2.1.3. Pengolahan Buah Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit secara umum waktu tumbuh rata-rata 20-25 tahun. Pada tiga tahun pertama disebut sebagai kelapa sawit muda hal ini dikarenakan kelapa sawit
tersebut belum menghasilkan buah. Kelapa sawit mulai berbuah pada usia empat sampai enam tahun. Dan pada usia tujuh sampai sepuluh tahun disebut sebagai
periode matang, dimana periode tersebut mulai menghasilkan buah tandan segar.
Terkadang pada usia 20-25 tahun tanaman kelapa sawit mati, semua komponen buah sawit dapat dimanfatkan secara maksimal. Buah sawit memiliki
daging dan biji sawit kernel, dimana daging sawit dapat diolah menjadi Crude Palm
Universitas Sumatera Utara
19
Oil CPO sedangkan buah sawit diolah menjadi Palm Kernel dan cangkang biji sawit dapat digunakan sebagai bahan bakar ketel uap.
Ketel uap merupakan suatu bejana yang digunakan sebagai tempat untuk memproduksi uap sebagai hasil pemanasan air pada temperatur tertentu untuk
dipergunakan diluar bejana tersebut. Sebagai sebuah unit produksi, Industri Kelapa Sawit memerlukan sumber energi untuk menggerakkan mesin-mesin dan peralatan
lain yang memerlukan tenaga dalam jumlah besar.
Produk minyak goreng yang keras stearin dan lebih cair olein dihasilkan dari proses fraksinasi. Fraksinasi minyak sawit dapat dilakukan karena trigliserida
didalam minyak mempunyai titik leleh yang berbeda. Trigliserida yang mempunyai titik leleh lebih rendah akan mengkristal menjadi padatan sehinggga memisahkan
minyak sawit menjadi fraksi cair olein dan fraksi padat stearin. Fraksi yang terbentuk kemudian dipisahkan dengan penyaringan.
Fraksinasi minyak sawit menjadi olein sawit dan stearin sawit di Indonesia dilakukan dengan dua jenis proses yang dikenal sebagai fraksinasi kering dan
fraksinasi basah. Bahan baku yang digunakan dalam pabrik fraksinasi minyak sawit berupa Refined Bleached Deodorised Palm Oil RBD PO yang menghasilkan produk
utama Refined Bleached Deodorised Palm Olein RBD PL, olein dan produk sampingan Refined Bleached Deodorised Palm Stearin RBD PS, stearin. Fraksinasi
kering digunakan untuk memisahkan olein sawit dan stearin sawit dari RBD PO yang diolah secara fisik. RBD PO dialirkan ke proses fraksinasi untuk mendapatkan
beberapa olein sawit dan stearin sawit Pahan, I. 2008.
Universitas Sumatera Utara
20
2.2. Miyak Kelapa sawit
2.2.1. Komposisi Minyak Kelapa Sawit
Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80 dan 20 buah yang dilapisi kulit yang tipis; kadar minyak dalam prikarp sekitar 34-40. Minyak kelapa sawit adalah lemak
semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap.
Perbedaan jenis asam lemak penyusunnya dan jumlah rantai asam lemak dalam minyak sawit dan minyak inti sawit menyebabkan kedua jenis minyak tersebut
mempunyai sifat yang berbeda dalam kepadatan. Minyak sawit dalam suhu kamar bersifat setengah padat, sedangkan pada suhu yang sama minyak inti sawit berbentuk
cair. Jika terjadi penguraian minyak sawit, misalnya dalam proses pengolahan maka akan didapatkan berbagai jenis asam lemak. Masing-masing bahan kimia tersebut
mempunyai ruang lingkup penggunaan yang tidak sama, sehingga dari bahan itu dapat dikembangkan menjadi produk yang siap pakai atau bahan setengah jadi.
Tabel.2.1. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa sawit
Asam Lemak Minyak Kelapa sawit
persen Minyak Inti Sawit
persen Asam kaprilat
- 3 – 4
Asam kaproat -
3 – 7 Asam laurat
- 46 – 52
Asam miristat 1,1 – 2,5
14 – 17 Asam palmitat
40 – 46 6,5 – 9
Asam stearat 3,6 – 4,7
1 – 2,5 Asam oleat
39 – 45 13 – 19
Asam linoleat 7 – 11
0,5 – 2 Sumber: Eckey, S.W. 1995 di Ketaren 1986
Universitas Sumatera Utara
21
2.2.2. Pemurnian Minyak Sawit
Tujuan utama dari proses pemurnian minyak adalah untuk menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak, warna yang tidak menarik dan memperpanjang masa simpan
minyak sebelum dikonsumsi atau digunakan sebagau bahan mentah dalam industri.
Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikel-partikel
dari tempurung dan serabut serta 40-50 air. Agar diperoleh minyak sawit yang bernutu baik, minyak sawit kasar tersebut diolah lebih lanjut yaitu dialirkan dalam
tangki minyak kasar Crude Oil Tank. Setelah melalui pemurnian yang bertahap, akan menghasilkan minyak sawit mentah Crude Palm Oil. Proses penjernihan
dilakukan untuk menurunkan kandungan air dalam minyak. Minyak sawit yang telah dijernihkan ditampung dalam tangki-tangki penampungan dan dipasarkan atau
mengalami pengolahan lebih lanjut sampai dihasilkan minyak sawit murni dan hasil olahan lainnya.
Pada umumnya minyak untuk tujuan bahan pangan dimurnikan melalui tahap proses sebagai berikut :
1. Netralisasi
Netralisasi ialah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas dengan basa atau pereaksi lainnya sehingga membentuk sabun. Pemisahan asam lemak bebas
dapat juga dilakukan dengan cara penyulingan.
Universitas Sumatera Utara
22
2. Pemucatan Bleaching
Pemucatan ialah suatu tahap proses pemurnian untuk menghilangkan zat-zat warna yang tidak disukai dalam minyak dengan sejumlah adsorben, seperti tanah
serap Fuller Erath, lempung aktif Activated Clay dan arang aktif atau dapat juga dengan menggunakan bahan kimia.
Pemucatan minyak dengan bahan kimia banyak digunakan terhadap minyak untuk tujuan bahan pangan. Keuntungan penggunaan bahan kimia sebagai bahan
pemucat adalah karena hilangnya sebagian minyak dapat dihindarkan dan zat warnab diubah menjadi zat tidak berwarna yang tetap tinggal dalam minyak. Kerugiannya
ialah karena kemungkinan terjadi reaksi antara bahan kimia dan trigliserida sehingga menurunkan flavor minyak.
3. Deodorisasi
Deodorisasi adalah suatu tahap proses pemurnian minyak yang bertujuan untuk menghilangkan bau dan rasa flavor yang tidak enak dalam minyak. Prinsip
proses deodorisasi yaitu penyulingan minyak dengan uap panas dalam tekanan atmosfer atau keadaan vakum. Proses deodorisasi perlu dilakukan terhadap minyak
yang digunakan untuk bahan pangan. Beberapa jenis minyak yang baru diekstrak mengandung flavor yang baik untuk tujuan bahan pangan, sehingga tidak memerlukan
proses deodorisasi; misalnya lemak susu, lemak cokelat dan minyak jagung.
Proses deodorasi pada suhu tinggi, komponen yang menimbulkan bau dalam minyak akan lebih mudah menguap sehingga komponen tersebut diangkut dari
minyak bersama-sama uap panas. Kerusakan minyak yang telah mengalami proses
Universitas Sumatera Utara
23
deodorasi dapat disebabkan oleh proses oksidasi, mikroba dan ion logam yang merupakan katalisator dalam proses oksidasi minyakKetaren. S, 1986.
2.2.3. Pemanfaatan Minyak Sawit
Minyak sawit dapat dimanfaatkan diberbagai industri karena memiliki susunan dan kandungan gizi yang cukup lengkap. Industri yang banyak menggunakan minyak
sawit sebagai bahan baku adalah industri pangan serta industri non pangan seperti kosmetik dan farmasi. Minyak sawit yang digunakan sebagai produk pangan
dihasilkan dari minyak sawit maupun minyak inti sawit. Produksi CPO indonesia sabagian besar difraksinasi sehingga dihasilkan fraksi olein cair dan fraksi stearin
padat. Fraksi olein tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik sebagai pelengkap minyak goreng dari minyak kelapa.
Kebutuhan mutu minyak sawit yang digunakan sebagai bahan baku industri pangan dan non pangan masing-masing berbeda. Oleh karena itu keaslian, kemurnian,
kesegaran maupun aspek higienisnya harus lebih diperhatikan. Rndahnya mutu
minyak sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat langsung dari sifat induk pohonnya, penanganan atau kesalahan selama pemrosesan
dan pengangkutan.
Sebagai bahan baku untuk minyak makan, minyak sawit antara lain digunakan dalam bentuk minyak goreng, margarin, butter, vanaspati, shortening dan bahan
untuk membuat kue-kue. Sebagai bahan pangan, minyak sawit mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan minyak goreng lain, antara lain mengandung karoten yang
Universitas Sumatera Utara
24
diketahui berfungsi sebagai anti kanker. Disamping itu, minyak goreng yang terbuat dari buah sawit memiliki kemantapan kalor yang tinggi dan tidak mudah teroksidasi.
Oleh karena itu, minyak sawit sebagai minyak goreng bersifat lebih awet dan makanan yang digoreng dengan menggunakan minyak sawit tidak cepat tengik.
Bentuk olahan pangan lain yang menggunakan bahan baku minyak sawit adalah margarin. Margarin ini dibuat dari campuran olein, minyak inti sawit dan
stearin. Di indonesia, kualitas margarin yang dibuat dari seluruh komponen minyak sawit tergolong masih rendah. Margarin yang berkualitas seperti itu digunakan untuk
pabrik roti. Dalam penggunaannya sebagai bahan margarin, minyak sawit masih memiliki kekurangan terutama bila dikonsumsi di daerah dingin.
Minyak sawit mempunyai potensi yang cukup besar untuk digunakan di industri non pangan. Produk non pangan yang dihasilkan dari minyak sawit dan
minyak inti sawit diproses melalui proses hidrolisis untuk menghasilkan asam lemak dan gliserin Fauzi, Y. 2002.
2.3. CrudePalm Stearindan RBD Palm Stearin
Kelapa sawit selain menghasilkan minyak sawit mentah CPO dan minyak inti sawit PKO juga menghasilkan berbagai produk turunan yang dapat dikembangkan sebagai
produk setengah jadi dan produk jadi. Produk setengah jadi meliputi Oleopangan minyak goreng dan margarin, dan shortening dan Oleokimia fatty acids, fatty
alkohol dan glyserin. Produk jadi terdiri dari sabun dan kosmetik Basyar, A.H, 1999.
Universitas Sumatera Utara
25
Produk Turunan Kelapa Sawit merupakan manfaat yang didapat dari pengolahan lebih lanjut dari kelapa sawit yaitu minyak dasar yang dihasilkannya dari
kelapa sawit Crude Palm Oil.Olahan lebih lanjutnya bisa berbentuk RBD Palm Oil maupun produk turunan lainya. Produk-produk ini dibuat berdasarkan spesifikasi
kelapasawit yang di panen yaitu ALB,air, kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan. Produkminyak kelapa sawit sebagai bahan
makanan mempunyai dua aspek kualitas. Aspek pertama berhubungan dengan kadar dan kualitas asam lemak, kelembaban dan kadar kotoran. Aspek kedua berhubungan
dengan rasa, aroma dan kejernihan serta kemurnianproduk. Berdasarkan faktor-faktor mutu tersebut, maka didapat hasil pengolahanKelapa Sawit seperti : Crude Palm Oil,
Crude Palm Stearin, RBD Palm Oil, RBD Olein, RBD Stearin, Palm Kernel, Palm Kernel Oil, Palm Kernel Fatty Acid, Palm Kernel Expeller PKE, Palm Kernel Pellet
http:www.attayaya.net201007produk-turunan-kelapa-sawit.
Hasil pengolahan Kelapa Sawit adalah Crude Palm Oil yang mengalami fraksinasi menghasilkan CP Olein dan CPS. Selanjutnya CP Olein mengalami
pemurnian menghasilkan RBD Palm Olein dan CPS mengalami pemurnian menghasilkan RBD PS.
Crude Palm Stearin merupakan lemak berwarna kuning sampai jingga kemerah-merahan yang diperoleh dari fraksinasi CPO. Crude Palm Stearin memiliki
kadar FFA sebesar 5 dan nilai titik lunak sekitar 48 C. RBD Palm Stearin
merupakan fraksi lemak yang berasal dari CPO yang telah mengalami refinasi lengkap. RBD Palm Stearin memiliki kadar FFA sebesar 0,2. Nilai titik lunaknya
Universitas Sumatera Utara
26
sama dengan Crude Palm Stearin, hanya warnanya lebih kuning http:martantiya.wordpress.com
.
Fraksi stearin selain sebagai bahan makanan, dapat juga digunakan sebagai bahan industri Oleokimia. Oleokimia adalah bahan baku industri yang diperoleh dari
minyak nabati, termasuk diantaranya adalah minyak sawit dan minyak inti sawit. Produksi utama minyak yang digolongkan dalam oleokemikal adalah asam lemak,
lemak alkohol, asam amino, metil ester dan gliserin yang dapat digunakan sebagai sebagai bahan baku industri termasuk industri kosmetik dan aspal. Oleokimia juga
digunakan dalam pembuatan bahan detergen, cat dan lilin Fauzi. Y, 2002.
2.3.Penentuan Bilangan Penyabunan
Hidrolisis lemak dengan basa menghasilkan gliserol dan garam asam lemak adalah proses penyabunan dan garam yang dihasilkannya disebut sabun. Sifat sabun yang
dapat membersihkan disebabkan oleh sifat pengemulsi yang dimilikinya.
Bilangan penyabunan didefenisikan sebagai banyaknya milligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gram lemak atau minyak. Untuk tiap molekul lemak
diperlukan 3 molekul KOH untuk menyabunkannya. Karena itu makin besar molekul lemak makin kecil angka penyabunannya. Jadi dengan menentukan angka
penyabunan, berat atau ukuran molekul lemak dapat diperkirakan Girindra, A. 1990.
Minyak yang tersusun oleh asam lemak rantai C pendek berarti mempunyai berat molekul relatif kecil yang akan mempunyai angka penyabunan yang besar.
Angka penyabunan yang tinggi membutuhkan banyak KOH karena banyak asam
Universitas Sumatera Utara
27
lemak berantai pendek. Angka penyabunan minyak kelapa sawit tergolong tinggi disebabkan oleh karena tersusun dari asam laurat yang merupakan asam lemak jenuh
dengan berat molekul rendah. Bilangan Penyabunan yang tinggi lebih ekonomis dalam industri pembuatan sabun. Jadi semakin tinggi Bilangan Penyabunan suatu
minyak, maka minyak tersebut semakin baik untuk dijadikan sebagai bahan baku dalam pembuatan sabun. http:www.scribd.com.
2.4.Standar Mutu
Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan kualitas minyak atau lemak. Ada beberapa standar mutu yang digunakan untuk menentukan kualitas
dari minyak sawit dan minyak inti sawit. Perbedaan standar mutu ini didasarkan pada kebutuhan dan konsumennya. Ada beberapa yang faktor yang menentukan standar
mutu minyak atau lemak, antara lain adalah : kadar air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam lemak bebas, warna dan bilangan peroksida.
Faktor lain yang mempengaruhi standar mutu minyak adalah titik cair, kandungan gliserida, kejernihan, kandungan logam berat, bilangan penyabunan,
bilangan iodin, sifat pohon induknya, penanganan serta kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan.
Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air yang kurang dari 0,1 dan kadar kotoran lebih dari 0,01, kandungan asam lemak bebas serendah
mungkin yaitu kurang lebih dari 2 atau kurang, bilangan peroksida dibawah 2, bebas dari warna merah dan kuning harus berwarna pucat, tidak berwarna hijau,
Universitas Sumatera Utara
28
jernih dan kandungan logam berat harus serendah mungkin atau bebas dari ion logam Ketaren. S, 1986.
Tabel.2.2. Spesifikasi Crude Palm Stearin
Bilangan Asam 35 Max
Bilangan Penyabunan 193 To 206
Bilangan Iodin 35 To 45
Unsaponifiable Matter 1 Max
Moisture and Impurities 1 Max
Warna 35 Max
Sumber : PT Palmcoco Laboratories
Tabel.2.3. Spesifikasi Crude Palm Stearin
Asam Lemak Bebas 0.2 Max
Bilangan Penyabunan 193-205
Unsaponifiable matter 0.30-0.90
Bilangan Asam 0.1
Moisture and Impurities 0.10 Max
Titik Lebur 44-56 Max
Bilangan Iodin WIJS 22-46 Max
Warna 514” Lovibond Cell 3.0R 30Y Max
Sumber : PT Palmcoco Laboratories
Universitas Sumatera Utara
29
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan