18
5. Diwikka-wakka
Varietas ini mempunyai ciri khas dengan adanya dua lapisan daging buah.Diwikka-wakka dapat dibedakan menjadi Diwikka-wakkadura, Diwikka-
wakkafera dan Diwikka-wakkatenera.Dua varietas kelapa sawit yang disebutkan terakhir ini jarang dijumpai dan kurang begitu dikenal di Indonesia.
Perbedaan ketebalan daging buah kelapa sawit menyebabkan perbedaan persentase atau rendemen minyak yang dikandungnya.Rendemen minyak tinggi
terdapat pada varietas Tenera yaitu sekitar 22-24, sedangkan pada varietas Dura antara 16-18.Jenis kelapa sawit yang diusahakan tentu saja yang mengandung
rendemen minyak tinggi sebab minyak sawit merupakan hasil olahan yang utama.Sehingga tidak mengherankan jika lebih banyak perkebunan yang menanam
kelapa sawit dari varietas Tenera Tim Penulis PS, 1998.
2.1.3. Pengolahan Buah Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit secara umum waktu tumbuh rata-rata 20-25 tahun. Pada tiga tahun pertama disebut sebagai kelapa sawit muda hal ini dikarenakan kelapa sawit
tersebut belum menghasilkan buah. Kelapa sawit mulai berbuah pada usia empat sampai enam tahun. Dan pada usia tujuh sampai sepuluh tahun disebut sebagai
periode matang, dimana periode tersebut mulai menghasilkan buah tandan segar.
Terkadang pada usia 20-25 tahun tanaman kelapa sawit mati, semua komponen buah sawit dapat dimanfatkan secara maksimal. Buah sawit memiliki
daging dan biji sawit kernel, dimana daging sawit dapat diolah menjadi Crude Palm
Universitas Sumatera Utara
19
Oil CPO sedangkan buah sawit diolah menjadi Palm Kernel dan cangkang biji sawit dapat digunakan sebagai bahan bakar ketel uap.
Ketel uap merupakan suatu bejana yang digunakan sebagai tempat untuk memproduksi uap sebagai hasil pemanasan air pada temperatur tertentu untuk
dipergunakan diluar bejana tersebut. Sebagai sebuah unit produksi, Industri Kelapa Sawit memerlukan sumber energi untuk menggerakkan mesin-mesin dan peralatan
lain yang memerlukan tenaga dalam jumlah besar.
Produk minyak goreng yang keras stearin dan lebih cair olein dihasilkan dari proses fraksinasi. Fraksinasi minyak sawit dapat dilakukan karena trigliserida
didalam minyak mempunyai titik leleh yang berbeda. Trigliserida yang mempunyai titik leleh lebih rendah akan mengkristal menjadi padatan sehinggga memisahkan
minyak sawit menjadi fraksi cair olein dan fraksi padat stearin. Fraksi yang terbentuk kemudian dipisahkan dengan penyaringan.
Fraksinasi minyak sawit menjadi olein sawit dan stearin sawit di Indonesia dilakukan dengan dua jenis proses yang dikenal sebagai fraksinasi kering dan
fraksinasi basah. Bahan baku yang digunakan dalam pabrik fraksinasi minyak sawit berupa Refined Bleached Deodorised Palm Oil RBD PO yang menghasilkan produk
utama Refined Bleached Deodorised Palm Olein RBD PL, olein dan produk sampingan Refined Bleached Deodorised Palm Stearin RBD PS, stearin. Fraksinasi
kering digunakan untuk memisahkan olein sawit dan stearin sawit dari RBD PO yang diolah secara fisik. RBD PO dialirkan ke proses fraksinasi untuk mendapatkan
beberapa olein sawit dan stearin sawit Pahan, I. 2008.
Universitas Sumatera Utara
20
2.2. Miyak Kelapa sawit