Dasar Penjatuhan Putusan Hakim Teori Pemidanaan

commit to user

5. Tinjauan Tentang Putusan Hakim

a. Dasar Penjatuhan Putusan Hakim

Pengambilan putusan oleh majelis hakim dilakukan setelah masing-masing hakim anggota majelis mengemukakan pendapat atau pertimbangan serta keyakinan atas suatu perkara lalu dilakukan musyawarah untuk mufakat. Ketua Majelis berusaha agar diperoleh permufakatan bulat Pasal 182 ayat 2 KUHAP. Jika permufakatan bulat tidak diperoleh, putusan diambil dengan suara terbanyak. Adakalanya para hakim berbeda pendapat atau pertimbangan sehingga suara terbanyak pun tidak dapat diperoleh. Jika hal tersebut terjadi maka putusan yang dipilih adalah pendapat hakim yang paling menguntungkan terdakwa Pasal 182 ayat 6 KUHAP.

b. Teori Pemidanaan

1 Teori Absolut Menurut teori ini, pidana dijatuhkan semata-mata karena seseorang telah melakukan suatu kejahatan atau tindakan pidana qui peccatum est. Pidana merupakan akibat mutlak yang harus ada sebagai suatu pembalasan kepada orang yang melakukan kejahatan. Jadi, dasar pembenaran dari pidana terletak pada adanya atau terjadinya kejahatan itu sendiri. Menurut Johanes Andreas tujuan utama primair dari pidana menurut teori absolute adalah “untuk memuaskan tuntutan keadilan”. Tuntutan keadilan yang sifatnya absolute ini terlihat dengan jelas dalam pendapat Immanuel Kant dalam bukunya Philosophy of Law sebagai berikut: “…Pidana tidak pernah dilaksanakan semata-mata sebagai sarana untuk mempromosikan tujuankebaikan lain, baik bagi si pelaku itu sendiri maupun bagi masyarakat, tetapi dalam semua hal harus commit to user dikenakan hanya karena orang yang bersangkutan telah melakukan suatu kejahatan. Walaupun seluruh anggota masyarakat sepakat untuk menghancurkan dirinya sendiri membubarkan masyarakatnya, pembunuh terakhir yang masih berada di dalam penjara harus dipidana mati sebelum resolusikeputusan pembubaran masyarakat itu dilaksanakan. Hal ini dilakukan karena setiap orang seharusnya menerima ganjaran dari perbuatannya, dan perasaan balas dendamyang tidak dibolehkan tetap ada pada anggota masyarakat, sebab apabila tidak demikian mereka dapat dipandang sebagai orang yang ikut ambil bagian dalam pembunuhan yang merupakan pelanggaran terhadap keadilan umum”. Jadi, pidana bukan merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan melainkan mencerminkan keadilan uitdrukking van de gerechtigheid. 2 Teori Relatif Menurut teori ini memidana bukanlah untuk memuaskan tuntutan absolute dari keadilan. Pembalasan itu sendiri tidak mempunyai nilai, tetapi hanya sebagai sarana untuk melindungi kepentingan masyarakat. Oleh karena itu, J. Andeanaes berpendapat teori ini disebut “teori perlindungan masyarakat” the theory of social defence. Menurut Nigel Walker teoriini lebih tepat disebut teori atau aliran reduktif the “reductive” point of view karena dasar pembenaran pidana menurut teori ini adalah mengurangi frekuensi kejahatan. Pidana bukanlah sekadar untuk melakukan pembalasan atau pengimbalan kepada orang yang telah melakukan suatu tindak pidana, tetapi mempunyai tujuan tertentu yang bermanfaat. Oleh karena itu, teori ini disebut teori tujuan utilitarian theory. Dasar pembenaran adanya pidana menurut teori ini adalah terletak pada commit to user tujuannya. Pidana dijatuhkan bukan quia peccatum est karena yang membuat kejahatan melainkan ne peccetur supaya orang jangan melakukan kejahatan.

c. Konsep Pemidanaan