Pengertian Tindak Pidana Unsur-Unsur Tindak Pidana

commit to user 3 Memberikan perpanjangan penahanan, melakukan penahanan atau penahanan lanjutan dan atau mengubah status tahanan setelah perkaranya dilimpahkan oleh penyidik. 4 Membuat surat dakwaan. 5 Melimpahkan perkara ke pengadilan 6 Menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang ketentuan hari dan waktu perkara disidangkan yang disertai surat panggilan, baik kepada terdakwa maupun kepada saksi, untuk datang pada sidang yang telah ditentukan. 7 Melakukan penuntutan. 8 Menutup perkara demi kepentingan hukum. 9 Mengadakan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sebagai penuntut umum menurut ketentuan undang-undang ini. 10 Melaksanakan penetapan hakim. Kewenangan Penuntut Umum harus sesuai Peraturan Perundang-undangan untuk menegakkan kebijakan yang ditetapkan dalam undang-undang diberlakukan oleh legislatif. Jaksa hanyalah menegakkan aturan yang sudah ditetapkan, ditambah kemampuan untuk mengancam kalimat kasar dan wajib, jaksa memiliki begitu banyak pengaruh dalam negosiasi dengan terdakwa yang mereka miliki, untuk semua tujuan Rachel E. Barkow.2009. “The Prosecutor as Regulatory Agency”. Public Law and Legal Theory Reseach Journal Series. Vol.40, No. 9.

3. Tinjauan Tentang Tindak Pidana

a. Pengertian Tindak Pidana

Pembentuk undang-undang telah menggunakan perkataan “strafbaar feit” untuk menyebutkan apa yang kita kenal sebagai “tindak pidana” di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, tanpa commit to user memberikan suatu penjelasan mengenai apa yang sebenarnya dimaksud dengan perkataan “strafbaar feit” tersebut. Pembentuk undang-undang tidak memberikan suatu penjelasan mengenai maksud dari perkataan “strafbaar feit”, maka timbullah berbagai pendapat tentang sebenarnya yang dimaksud dengan “strafbaar feit”. Moeljatno mengutip pendapat dari beberapa ahli hukum asing yang menjelaskan tentang “strafbaar feit”, antara lain: Simon menerangkan, bahwa strafbaar feit adalah kelakuan handeling yang diancam dengan pidana, yang bersifat melawan hukum, yang berhubungan dengan kesalahan dan yang dilakukan oleh orang yang mampu bertanggung jawab. Van Hamel merumuskan sebagai berikut stafbaar feit adalah kelakuan orang menselijke gedraging yang dirumuskan dalam wet, yang bersifat melawan hukum, yang patut dipidana strafwaardig dan dilakukan dengan kesalahan. Menurut Wirjono Projodikoro, “Tindak pidana adalah suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman pidana” Wirjono Projodikoro.2002:55. Moeljatno menggunakan istilah perbuatan pidana untuk tindak pidana yaitu perbuatan yang oleh suatu aturan hokum dilarang dan diancam pidana asal saja dalam pada itu diingat bahwa larangannya ditujukan kepada perbuatan yaitu suatu keadaan atau kejadian yang ditimbulkan oleh kelakuannya sedangkan ancaman pidananya ditujukan kepada orang yang menimbulkan kejadian itu Moeljatno.2000:54.

b. Unsur-Unsur Tindak Pidana

Unsur-unsur tindak pidana di bagi menjadi 2 dua yaitu unsur subyektif dan unsur obyektif. 1 Unsur Subyektif commit to user Yaitu unsur-unsur yang melekat pada diri si pelaku atau yang berhubungan dengan diri si pelaku dan termasuk ke dalamnya yaitu segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya. Unsur-unsur subyektif dari sesuatu tindak pidana adalah a Kesengajaan atau ketidaksengajaan dolusculpa. b Maksud atau voornemen pada suatu percobaan atau poging seperti yang dimaksud di dalam Pasal 53 ayat 1 KUHP. c Macam-macam maksud atau oogmerk seperti yang terdapat misalnya di dalam kejahatan-kejahatan pencurian, penipuan, pemerasan, pemalsuan,dll. d Merencanakan terlebih dahulu atau voorbedachte raad seperti misalnya yang terdapat di dalam kejahatan pembunuhan menurut Pasal 340 KUHP. e Perasaan takut seperti yang antara lain terdapat di dalam rumusan tindak pidana menurut Pasal 308 KUHP. 2 Unsur Obyektif Yaitu unsur-unsur yang ada hubungannya dengan keadaan- keadaan, yaitu di dalam keadaan-keadaan mana tindakan-tindakan dari si pelaku itu harus dilakukan. Unsur-unsur obyektif dari suatu tindak pidana, yaitu: a Sifat melanggar hukum atau wederrechtelijkheid b Kualitas dari si pelaku, misalnya: keadaan sebagai seorang pegawai negara di dalam kejahatan” jabatan menurut Pasal 415 KUHP atau “keadaan sebagai pengurus atau komisaris dari suatu perseroan terbatas” di dalam kejahatan menurut Pasal 398 KUHP commit to user c Kausalitas, yaitu hubungan antara sesuatu tindakan sebagai penyebab dengan sesuatu kenyataan sebagai akibat. Lamintang, 1997: 193-194. Selain unsur subyektif dan unsur obyektif, menurut Moeljatno terdapat beberapa unsur-unsur tindak pidana lain, antara lain: a Kelakuan dan akibat, untuk adanya perbuatan pidana biasanya diperluka pula adanya. b Hal ikhwal atau keadaan tertentu yang menyertai perbuatan. c Unsur-unsur yang memberatkan pidana. d Sifat melawan hukumnya perbuatan. e Tergatung niat dari orang yang melakukan tindak pidana tersebut. Moeljatno, 2002: 58-62.

4. Tinjauan Tentang Gratifikasi