Pengertian Pembuktian Asas-Asas Pembuktian

commit to user

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

G. Kerangka Teori

1. Tinjauan Tentang Pembuktian

a. Pengertian Pembuktian

Pembuktian pertama adalah kegiatan pemeriksaan alat-alat bukti yang diajukan dimuka siding oleh Jaksa Penuntut Umum dan Penasehat Hukum atau atas Kebijakan Majelis Hakim. Pembuktian dalam arti sempit adalah pembuktian yang berupa penganalisisan fakta-fakta yang di dapat dalam persidangan dan penganalisisan hokum masing-masing oleh jaksa Penuntut Umum, Penasehat Hukum dan Hakim.Pembuktian dalam arti luas adalah seluruh kegiatan pembuktian dalam arti yang pertama yang sekaligus atau termasuk pembuktian dalam arti sempit Adami Chazawi, 2008: 21-22. Pembuktian adalah ketentuan yang berisi penggarisan dan pedoman tentang cara-cara yang dibenarkan undang-undang membuktikan kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa Yahya harahap. 2000: 252. Menurut Sudikno Mertokusumo, membuktikan mengandung beberapa pengertian: 1 Membuktikan dalam arti logis atau ilmiah Membuktikan berarti memberikan kepastian mutlak, karena berlaku bagi setiap orang dan tidak memungkinkan adanya bukti lawan. 2 Membuktikan dalam arti konvensionil Membuktikan berarti memberikan kepastian yang nisbirelatif sifatnya yang mempunyai tingkatan-tingkatan: a kepastian yang didasarkan atas perasaan belakabersifat instuitif conviction intime commit to user b kepastian yang didasarkan atas pertimbangan akal conviction raisonnee 3 Membuktikan dalam hukum acara mempunyai arti yuridis Akan tetapi merupakan pembuktian konvensionil yang bersifat khusus. Pembuktian dalam arti yuridis ini hanya berlaku bagi pihak- pihak yang beperkara atau yang memperoleh hak dari mereka. Dengan demikian pembuktian dalam arti yuridis tidak menuju kepada kebenaran mutlak.

b. Asas-Asas Pembuktian

Di dalam pembuktian pidana ada beberapa prinsip yang harus diketahui, antara lain: 1 Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan Prinsip ini terdapat pada Pasal 184 ayat 2 KUHAP yang berbunyi: “hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan”. Notoire feiten adalah suatu kesimpulan umum yang didasarkan pengalaman umum bahwa suatu keadaan atau peristiwa akan senantiasa menimbulkan kejadian atau akibat yang selalu demikian. Hanya dengan notoire feiten tanpa dikuatkan dengan alat bukti lain yang sah menurut undang-undang, hakim tidak boleh yakin akan kesalahan terdakwa. 2 Menjadi saksi adalah kewajiban Diatur dalam Pasal 1 butir 26 KUHAP yang berbunyi: saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri. Dengan demikian syarat seseorang wajib menjadi saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, commit to user penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri Pasal 159 ayat 2 KUHAP. 3 Satu saksi bukan saksi. Prinsip ini terkait dengan Pasal 185 ayat 2 KUHAP yang berbunyi: keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya. Prinsip ini disebut dengan istilah unus testis nullus testis yang artinya satu saksi bukan saksi. Menurut undang-undang menjadi saksi adalah wajib dan berdasarkan pengalaman di lapangan, keterangan saksi merupakan alat bukti yang dominan dalam mengadili perkara pidana di pengadilan. Setiap acara pemeriksaan biasa, hampir sering dikuatkan dengan alat bukti saksi. Keterangan saksi yang diberikan apabilahanya berdiri sendiri dan tidak di kuatkan dengan alat bukti lain yang sah, maka kesaksian yang berdiri sendiri tersebut tidak cukup membuktikan kesalahan terdakwa dan untuk itu hakim harus membebaskan terdakwa dari tuntutan penuntut umum. 4 Pengakuan terdakwa tidak menghapuskan kewajiban penuntut umum membuktikan kesalahan terdakwa. Pasal 189 ayat 4 KUHAP menyatakan keterangan terdakwa saja tidak cukup membuktikan bahwa ia bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan kepadanya, melainkan harus disertai dengan alat bukti lain.

c. Teori-Teori Pembuktian