commit to user c Kausalitas, yaitu hubungan antara sesuatu tindakan sebagai
penyebab dengan
sesuatu kenyataan
sebagai akibat.
Lamintang, 1997: 193-194.
Selain unsur subyektif dan unsur obyektif, menurut Moeljatno terdapat beberapa unsur-unsur tindak pidana lain, antara lain:
a Kelakuan dan akibat, untuk adanya perbuatan pidana biasanya diperluka pula adanya.
b Hal ikhwal atau keadaan tertentu yang menyertai perbuatan. c Unsur-unsur yang memberatkan pidana.
d Sifat melawan hukumnya perbuatan. e Tergatung niat dari orang yang melakukan tindak pidana tersebut.
Moeljatno, 2002: 58-62.
4. Tinjauan Tentang Gratifikasi
a. Pengertian Gratifikasi
Berdasarkan kamus hukum, gratifikasi berasal dari bahasa Belanda “Gratificatie” yang berarti hadiah uang, atau pemberian
uang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Gratifikasi diartikan sebagai uang hadiah kepada pegawai di luar gaji yang telah
ditentukan Suharso dan Ana Retnoningsih, 2005: 157. Black’s Law Dictionary memberikan pengertian Gratifikasi atau Gratification
adalah sebagai “a voluntarily given reward or recompense for a service or benefit” yang dapat diartikan gratifikasi adalah “sebuah
pemberian yang diberikan atas diperolehnya suatu bantuan atau keuntungan”http:www.jdih.bpk.go.idinformasihukumGratifikasi.
pdf, diakses pada tanggal 27 Februari 2011 pukul 11.04 WIB.
Gratifikasi dapat diartikan positif atau negatif. Gratifikasi positif adalah pemberian hadiah dilakukan dengan niat yang tulus
dari seseorang kepada orang lain tanpa pamrih artinya pemberian dalam bentuk tanda kasih tanpa mengharapkan balasan apapun.
Gratifikasi negatif adalah pemberian hadiah dilakukan dengan tujuan
commit to user pamrih, pemberian jenis ini yang telah membudaya dikalangan
birokrat maupun pengusaha karena adanya interaksi kepentingan. Dengan demikian secara perspektif gratifikasi tidak selalu
mempunyai arti jelek, namun harus dilihat dari kepentingan gratifikasi. Akan tetapi dalam praktik seseorang memberikan sesuatu
tidak mungkin
dapat dihindari
tanpa adanya
pamrih http:www.jdih.bpk.go.idinformasihukumGratifikasi.pdf, diakses
pada tanggal 27 Februari 2011 pukul 11.04 WIB.
Menurut Pasal 12 B Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. “Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatan dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Yang nilai gratifikasi Rp 10.000.000,00 atau lebih, pembuktian bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap dilakukan
oleh penerima gratifikasi. b. Yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00, pembuktian
bahwa gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh Penuntut Umum.
Penjelasan pasal 12 B Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yaitu:
“Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat discount, komisi, pinjaman tapa
bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut
baik diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang
commit to user dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana
elektronik”.
b. Subyek dan Obyek Gratifikasi