commit to user a Dari pemeriksaan sidang di pengadilan.
b Kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan .
2 Putusan Pemidanaan Veroordeling Putusan pemidanaan dalam tindak pidana korupsi dapat
terjadi apabila perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum bersalah
melakukan tindak pidana yang didakwakan maka majelis hakim akan menjatuhkan pidana Pasal 193 ayat 3 KUHAP.
Pengadilan dalam menjatuhkan putusan pemidanaan, jika terhadap terdakwa itu tidak dilakukan penahanan, dapat
diperintahkan oleh majelis hakim supaya terdakwa tersebut ditahan, apabila tindak pidana yang diakukan itu diancam
dengan pidana penjara lima tahun atau lebih, atau apabila tindak pidana yang dilakukan diatur dalam Pasal 21 ayat 4 huruf b
KUHAP dan terdapat cukup alasan untuk itu. Dalam aspek terdakwa dilakukan suatu penahanan maka pengadilan dapat
menetapkan terdakwa tetap berada dalam tahanan atau membebaskannya, apabila terdapat cukup alasan untuk itu
Pasal 193 ayat 2 KUHAP.
6. Tinjauan Tentang Terdakwa
a. Pengertian Terdakwa
Menurut Pasal 1 butir 15 KUHAP, terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa dan diadili di sidang pengadilan.
Dalam Wetboek van Strafvordering Belanda tidak membedakan istilah tersangka dan terdakwa tidak lagi memakai dua istilah
beklaagde dan verdachte, tetapi hanya memakai satu istilah untuk kedua macam pengertian itu, yaitu istilah verdachte. Namun
demikian, dibedakan pengertian verdachte sebelum penuntutan dan
commit to user sesudah penuntutan, dan pengertian verdachte sebelum penuntutan
pararel dengan pengertian tersangka dalam KUHAP kita. Sedangkan pengertian verdachte sesudah penuntutan paralel
dengan pengertian terdakwa seperti tersebut pada butir 15 di atas.
b. Hak-Hak Terdakwa
Tersangka atau terdakwa diberikan seperangkat hak-hak oleh KUHAP mulai dari Pasal 50 sampai dengan Pasal 68
KUHAP. Hak-hak tersebut meliputi yang berikut ini:
1 Hak untuk segera diperiksa, diajukan ke pengadilan, dan diadili Pasal 50 ayat 1, 2, dan 3.
2 Hak untuk mengetahui dengan jelas dan bahasa yang dimengerti olehnya tentang apa yang disangkakan dan apa yang
didakwakan Pasal 51 butir a dan b. 3 Hak untuk memberikan keterangan secara bebas kepada
penyidik dan hakim seperti tersebut di muka Pasal 52. 4 Hak untuk mendapat juru bahasa Pasal 53 ayat 1.
5 Hak untuk mendapat bantuan hukum pada setiap tingkat pemeriksaan Pasal 54.
6 Hak untuk mendapat nasehat hukum dari penasihat hukum yang ditunjuk oleh pejabat yang bersangkutan pada semua
tingkat pemeriksaan bagi tersangka atau terdakwa yang diancam pidana mati dengan biaya cuma-cuma.
7 Hak tersangka atau terdakwa yang berkebangsaan asing untuk menghubungi dan berbicara dengan perwakilan negaranya
Pasal 57 ayat 2. 8 Hak untuk menghubungi dokter bagi tersangka atau terdakwa
yang ditahan Pasal 58. 9 Hak untuk diberitahu kepada keluarganya atau orang lain yang
serumah dengan tersangka atau terdakwa yang ditahan untuk mendapat bantuan hukum atau jaminan bagi penangguhannya
commit to user dan hak untuk berhubungan dengan keluarga dengan maksud
yang sama di atas Pasal 59 dan Pasal 60. 10 Hak untuk dikunjungi sanak keluarga yang tidak ada hubungan
dengan perkara tersangka atau terdakwa. Untuk kepentingan pekerjaan atau untuk kepentingan kekeluargaan Pasal 61.
11 Hak tersangka atau terdakwa untuk berhubungan surat- menyurat dengan penasihat hukumnya Pasal 62.
12 Hak tersangka atau terdakwa untuk menghubungi dan menerima kunjungan rohaniawan Pasal 63.
13 Hak tersangka atau terdakwa untuk mengajukan saksi dan ahli yang a de charge Pasal 65.
14 Hak tersangka atau terdakwa untuk menuntut ganti kerugian Pasal 68.
commit to user
H. Kerangka Pemikiran
Untuk mempermudah pemahaman terhadap kerangka pemikiran dalam penulisan hukum ini, penulis menyajikan bagan sebagai berikut :
Gambar 1. Skematik Kerangka Pemikiran Keterangan :
Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah mengenai konstruksi hukum pembuktian penuntut umum dalam tindak pidana
gratifikasi Studi
Putusan Pengadilan
Negeri Sleman
No.534Pid.B208PN.Slmn serta implikasi yuridis pembuktian jaksa penuntut umum terhadap pemidanaan terhadap diri Terdakwa dalam kasus
tindak pidana gratifikasi. Klasifikasi mengenai gratifikasi baru di atur dalam UU No. 20
Tahun 2001 Jo. UU No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dan “Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni
Tindak Pidana gratifikasi
Pembuktian Pasal 184 ayat 1
KUHAP
Konstruksi Hukum
Pembuktian Penuntut
Umum Dalam
Perkara Tindak Pidana Gratifikasi
Implikasi yuridis
pembuktian Jaksa Penuntut Umum terhadap
putusan pemidanaan dalam kasus tindak pidana gratifikasi atas diri
terdakwa
Konstruksi Hukum Putusan No 534Pid.B2008PN.Slmn