17
3.3.4. Kalibrasi dan Validasi Model
Kalibrasi merupakan proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur sesuai dengan rancangannya.
Sedangkan, verifikasi
model adalah
pemeriksaan kebenaran nilai dari suatu variabel. Validasi model dilakukan untuk memastikan
ketepatan data yang dimasukkan pada model. Validasi model dapat dilakukan dengan cara menentukan koefisien deterministik korelasi melalui pengolahan
data bilangan kurva aliran permukaan BKAP. Nilai BKAP merupakan parameter yang sensitif Ismawardi, 2003. Pengolahan data BKAP dilakukan dengan cara
variasi BKAP berdasarkan BKAP referensi. Hasil variasi BKAP adalah nilai debit puncak aliran model mendekati hasil pengukuran dalam beberapa kejadian hujan.
Pada variasi BKAP yang menghasilkan nilai debit puncak aliran model mendekati hasil pengukuran, maka dilakukan pengolahan nilai BKAP kembali dengan lebih
tepat. Ketepatan nilai BKAP dimaksudkan untuk memperoleh nilai debit puncak aliran model seluruh kejadian hujan mendekati hasil pengukuran. Nilai bilangan
kurva aliran permukaan BKAP referensi diperoleh dari Arsyad 2010. Hubungan antara debit puncak aliran Q model dengan hasil pengukuran
diperoleh melalui analisis korelasi. Besarnya koefisien korelasi berkisar antara +1 hingga -1. Koefisien korelasi menunjukkan kekuatan hubungan linear dan arah
hubungan dua variabel Sarwono, 2006. Kriteria kekuatan hubungan antara dua variabel adalah sebagai berikut :
: Tidak ada korelasi antara dua variabel 0,25
: Korelasi sangat lemah 0,25
0,5 : Korelasi cukup
0,5 0,75
: Korelasi kuat 0,75
0,99 : Korelasi sangat kuat
1 : Korelasi sempurna
18 Gambar 2. Diagram Alir Penelitian
Studi Literatur
Pengumpulan Data : -
Data Sekunder -
Data Biofisik -
Peta kontur -
Peta tanah -
Peta penggunaan lahan -
Peta Kelompok Hidrologi Tanah KHT
- Data pias curah hujan harian
- Data tinggi muka air TMA
- Data Bilangan Kurva Aliran
Permukaan BKAP
Input Model HEC WMS Proses Model HEC WMS
Perhitungan debit puncak aliran menggunakan metode SCS
Hidrograf Hasil Pengukuran Penjelasan
Tidak Sesuai Hidrograf
Hasil Pengukuran
Pengolahan Data : Arcgis 9.3, Arcview 3.3,
Microsoft Excel 2007
Validasi Model R
2
Ya Diterima
Tidak Diterima
Hidrograf Keluaran Model
Simulasi Penggunaan
Lahan
19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Curah Hujan
Data curah hujan sangat diperlukan dalam setiap analisis hidrologi, terutama dalam menghitung debit aliran. Hal tersebut disebabkan karena data
debit aliran untuk selang waktu pengamatan yang cukup panjang belum dapat diperoleh atau tidak ada. Curah hujan rata-rata tahunan pada DAS Ciliwung Hulu
berkisar dari 3500 mmtahun sampai 5000 mmtahun Gambar 3. Curah hujan tersebut relatif tinggi dibandingkan daerah hilir dari DAS Ciliwung.
Gambar 3. Curah Hujan Rataan Tahunan DAS Ciliwung Hulu
Data curah hujan yang digunakan dalam penelitian adalah data bulan Januari hingga Maret tahun 2010, karena curah hujan tersebut menghasilkan data
tinggi muka air tertinggi. Ketinggian muka air mulai bulan Januari hingga Maret tahun 2010 mencapai 171 cm. Ketinggian tersebut meningkatkan nilai debit aliran
pada outlet DAS Ciliwung Hulu. Kejadian hujan yang digunakan terdiri dari 11 kejadian hujan. Pada bulan
Januari digunakan lima kejadian hujan, sedangkan untuk bulan Februari dan Maret masing-masing digunakan tiga kejadian hujan. Data hujan yang digunakan
diperoleh dari Stasiun Pos Polusi Udara Cibeureum Citeko, berupa data pias
6 °4
7 3
6 °4
7 3
6 °4
5 6
°4 5
6 °4
2 3
6 °4
2 3
6 °4
6 °4
6 °3
7 3
6 °3
7 3
6 °3
5 6
°3 5
106°5000 106°5000
106°5230 106°5230
106°5500 106°5500
106°5730 106°5730
107°0000 107°0000
PETA CURAH HUJAN RATAAN TAHUNAN WILAYAHDAS CILIWUNG HULU
N E
W S
2 2
4 Kilometers 1:150000
Keterangan :
3500-4000 mmtahun 4000-4500 mmtahun
4500-5000 mmtahun
7 °3
9 2
7 °3
9 2
6 °5
8 6
°5 8
6 °1
6 4
6 °1
6 4
5 °3
5 2
5 °3
5 2
105°200
105°2240 106°400
106°2440 107°600
107°2640 108°800
108°2840
Lok asi DA Ciliwu ng Hu lu