Analisa Debit Aliran Model Analisa Debit Puncak Aliran Hasil Pengukuran

15 program Arcgis 9.3 dan Arcview 3.3 sehingga data dapat dijalankan dalam program model HEC WMS.

3.3.1. Pengolahan Data Sekunder a. Pengolahan Peta DAS Ciliwung Hulu

Pengolahan peta DAS Ciliwung Hulu terdiri dari pembuatan Digital Elevation Model DEM, digitasi peta KHT, digitasi peta penggunaan lahan, dan digitasi peta tanah. DEM merupakan suatu sistem, metode, dan alat dalam mengumpulkan, memproses, dan penyajian informasi lapangan Frederic J. Doyle, 1991. Peta hasil digitasi ditambahkan kolom sesuai kebutuhan, sedangkan DEM digunakan sebagai masukan model. Langkah awal pengolahan data pada model yaitu pendefinisian parameter hidrologi Job Control.

b. Pengolahan Data Hidrologi

Data hidrologi ditampilkan bersama nilai bilangan kurva aliran permukaan dan penggunaan lahan. Data hidrologi tersebut adalah data kelompok hidrologi tanah KHT. Penentuan kelompok hidrologi tanah KHT ditentukan berdasarkan jenis tanah, sedangkan penggunaan lahan berdasarkan kelas dan lucode penggunaan lahan. Data hidrologi tersebut diolah pada data atribut program Arcview 3.3. Data atribut kelompok hidrologi tanah diperoleh setelah dilakukan tahap query pada jenis tanah. Begitu pun dengan kelas dan nomor lucode penggunaan lahan yang diperoleh setelah tahap query pada penggunaan lahan. Setelah data kelompok hidrologi tanah berada pada data atribut peta jenis tanah dan data kelas penggunaan lahan berada pada data atribut peta penggunaan lahan, maka kedua peta dioverlay. Pada data atribut peta overlay ditambahkan data bilangan kurva aliran permukaan BKAP. Data BKAP ditentukan berdasarkan kelompok hidrologi tanah dan kelas penggunaan lahan.

3.3.2. Analisa Debit Aliran Model

Data input curah hujan berasal dari satu stasiun pengamat Stasiun Citeko. Model HEC WMS menerima satu data curah hujan dari penakar hujan yang mewakili DAS. Input data curah hujan berupa akumulasi curah hujan tiap 10 16 menit selama 24 jam. Sedangkan, penggunaan lahan ditampilkan dalam bentuk data nilai bilangan kurva aliran permukaan. Proses bilangan kurva aliran permukaan akan menghasilkan nilai BKAP di model HEC. Nilai BKAP digunakan dalam perhitungan waktu tenggang TLAG. Waktu tenggang TLAG adalah beda waktu antara waktu puncak hujan dan waktu debit puncak aliran permukaan. Persamaan waktu tenggang TLAG adalah sebagai berikut: ..............................5 di mana, TLAG : waktu tenggang jam L : panjang hidrolik kaki BKAP : bilangan kurva aliran permukaan Y : kemiringan permukaan tanah Dengan persamaan tersebut dapat dilanjutkan ke langkah routing data dan run simulation, sehingga diperoleh hidrograf keluaran model.

3.3.3. Analisa Debit Puncak Aliran Hasil Pengukuran

Karakteristik debit Katulampa diperoleh dari data tinggi muka air dan data pias curah hujan harian. Perhitungan debit aliran hasil pengukuran menggunakan data tinggi muka air harian tiap jam. Persamaan debit aliran hasil pengukuran diperoleh dari BPSDA Ciliwung-Cisadane. Persamaan debit puncak aliran hasil pengukuran adalah sebagai berikut : .................................................6 di mana, Q : debit aliran m 3 s H : tinggi muka air m Nilai tinggi muka air tiap jam dalam satu kejadian hujan dimasukkan dalam persamaan 6, sehingga diperoleh nilai debit tiap jam pada kejadian hujan tersebut. Nilai debit puncak aliran hasil pengukuran tiap kejadian hujan diperoleh dari nilai debit aliran maksimum pada kejadian hujan tersebut. Tinggi muka air berfluktuasi mengikuti curah hujan dan memberikan pengaruh pada nilai debit puncak aliran hasil pengukuran.                  Y BKAP L TLAG 1900 1 10 1000 7 . 8 .     480 . 2 00 . 890 . 25    H Q 17

3.3.4. Kalibrasi dan Validasi Model