Bilangan Kurva Aliran Permukaan BKAP Debit Puncak Aliran Hasil Pengukuran

25 Setiap jenis tanah memiliki kemampuan berbeda dalam menyerap air. Kemampuan tersebut dapat diketahui melalui pendekatan klasifikasi kelompok hidrologi tanah. Kelompok hidrologi tanah dapat didekati berdasarkan jenis tanah. Kelompok hidrologi tanah dikelompokkan ke dalam empat kelompok dan ditandai dengan huruf A, B, C, dan D Lampiran 4. Pengelompokkan hidrologi tanah DAS Ciliwung Hulu disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Kelompok Hidrologi Tanah KHT DAS Ciliwung Hulu Jenis Tanah Deskripsi Lapang berdasarkan bahan induk dan fisiografi KHT Assosiasi Aluvial Kelabu Aluvial Coklat Kekelabuan Endapan liat dan pasir ; dataran C Asosiasi Andosol Coklat Regosol Coklat Abupasir, tuf, dan tuff volkan intermedier ; Volkan A Asosiasi Latosol Coklat Latosol Coklat Kemerahan Tuff volkan intermedier ; Volkan A Kompleks Regosol Kelabu Litosol Abupasir, tuff, batuan volkan intermedier ; volkan A Latosol Coklat Tua Kemerahan Tuff volkan intermedier ; Volkan dan bukit lipatan A Latosol Coklat Tuff volkan intermedier ; Volkan bukit lipatan A Keterangan : Data atribut peta tanah Berdasarkan Tabel 4, Kelompok hidrologi tanah KHT di DAS Ciliwung Hulu terdiri dari dua kelompok yaitu KHT A dan C. Kelompok hidrologi tanah A memiliki potensi aliran permukaan rendah, sedangkan kelompok hidrologi tanah C memilki potensi aliran permukaan agak tinggi.

4.4. Bilangan Kurva Aliran Permukaan BKAP

Penggunaan lahan memiliki pengaruh pada debit aliran. Input penggunaan lahan pada model HEC WMS menggunakan bilangan kurva aliran permukaan BKAP sebagai parameter pada persamaan waktu tenggang TLAG. Bilangan kurva aliran permukaan digunakan dalam mengevaluasi penggunaan lahan di kawasan DAS Ciliwung Hulu. Nilai BKAP referensi DAS Ciliwung Hulu disajikan pada Tabel 5. Nilai BKAP referensi yang dimaksud adalah nilai BKAP 26 yang sesuai dengan nilai BKAP dari literatur. Nilai BKAP tersebut ditentukan berdasarkan kelas penggunaan lahan di DAS Ciliwung Hulu. Tabel 5. Nilai Bilangan Kurva Aliran Permukaan BKAP Sumber : Arsyad, 2010 Penetapan nilai BKAP didasarkan pada tiga faktor, yaitu kelompok hidrologi tanah, penggunaan lahan, dan pengelolaan penggunaan lahan. Pengelolaan penggunaan lahan di DAS Ciliwung Hulu umumnya baik hingga sedang.

4.5. Debit Puncak Aliran Hasil Pengukuran

Debit aliran merupakan parameter hidrologi yang penting dalam menganalisa perilaku DAS. Dinamika debit aliran menjadi indikator baik atau buruknya kualitas suatu DAS, karena debit merupakan output hidrologis dari suatu ekosistem DAS Seyhan, 1990. Data tinggi muka air TMA diperoleh dari Bendung Katulampa mulai bulan Januari hingga Maret tahun 2010 berupa data jam - jaman. Nilai tinggi muka air dimasukkan pada persamaan 6, sehingga diperoleh nilai debit aliran hasil pengukuran. Data tinggi muka air dan debit lapang dapat dilihat pada Lampiran 1 sampai 3. Sedangkan, nilai debit puncak aliran hasil pengukuran tiap kejadian hujan dapat dilihat pada Tabel 6. A B C D 1 25 55 70 77 Hutan Lahan Kering Primer 2 36 60 73 79 Hutan Lahan Sekunder 3 45 66 77 83 Hutan Tanaman Industri HTI 4 55 69 78 83 Perkebunan 5 61 75 83 87 Permukiman 6 65 75 82 86 Pertanian Lahan Kering 7 62 71 78 81 Pertanian Lahan Kering Bercampur dengan Semak 8 59 70 78 81 Sawah 9 25 59 75 83 SemakBelukar 10 49 69 79 84 Tanah Terbuka Lucode_R Kelompok Hidrologi Tanah KHT Penggunaan Lahan 27 Tabel 6. Nilai Debit Puncak Aliran Hasil Pengukuran QpL Tanggal QpL m³s Tanggal QpL m³s 910-01-10 43.26 910-02-10 97.94 1314-01-10 29.92 1617-02-10 62.86 1920-01-10 43.26 1819-02-10 43.26 2223-01-10 43.26 23-03-10 35.83 2829-01-10 33.54 1011-03-10 81.77 1112-03-10 81.77 Debit puncak DAS Ciliwung Hulu relatif tinggi, karena DAS Ciliwung hulu didominasi oleh lereng yang agak terjal, dan pada bagian selatan memiliki kelas kemiringan lereng sangat curam, 40 Gambar 8. Topografi menyangkut kemiringan lereng akan mempengaruhi debit aliran permukaan, sehingga akan mempengaruhi waktu yang dibutuhkan air untuk mengalir dari titik terjauh secara hidrologi ke titik pembuangan outlet. Hujan yang jatuh pada kemiringan lereng curam akan banyak menjadi aliran permukaan dibandingkan pada lereng landai. Kondisi topografi DAS Ciliwung Hulu yang demikian harus dikelola dengan baik, agar mengurangi potensi terjadinya aliran permukaan yang tinggi. Gambar 8. Kelas Kemiringan Lereng DAS Ciliwung Hulu Kemiringan lereng mempengaruhi nilai debit maksimum dan minimum. Perbandingan nilai debit maksimum terhadap debit minimum di daerah pegunungan akan lebih tinggi dari pada daerah dataran landai. Perbandingan nilai debit maksimum terhadap debit minimum dapat dijadikan kriteria kesehatan DAS. Untuk mengetahui kondisi kesehatan DAS Ciliwung Hulu, maka digunakan 6° 47 3 6° 47 3 6° 45 6° 45 6° 42 3 6° 42 3 6° 40 6° 40 6° 37 3 6° 37 3 10 6 ° 5 00 0 10 6 ° 5 00 0 10 6 ° 5 23 0 10 6 ° 5 23 0 10 6 ° 5 50 0 10 6 ° 5 50 0 10 6 ° 5 73 0 10 6 ° 5 73 0 10 7 ° 0 00 0 10 7 ° 0 00 0 P E T A K E L A S K E M I R I N G A N L E R E N G W I L A Y A H D A S C I L I W U N G H U L U N E W S K eter an ga n : 0-2 15-40 2-15 40 1:1 25 000 2 2 4 K m 8 °1 8 4 8° 18 4 7 °3 7 2 7° 37 2 6 °5 6 6° 56 6 °1 4 4 6° 14 4 5 °3 3 2 5° 33 2 4 °5 2 4° 52 105 °2 00 105 °2 24 0 106 °4 00 106 °2 44 0 107 °6 00 107 °2 64 0 108 °8 00 108 °2 84 0 Lok a s i D AS C i liw un g H ulu 28 data debit Katulampa tahun 2004 2009. Tabel 7 dan Gambar 9 menunjukkan rasio debit maksimum terhadap debit minimum DAS Ciliwung Hulu. Tabel 7. Karakteristik Debit Sungai Ciliwung-Katulampa Debit m³s Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Qmax 21.14 26.08 44.73 132.79 52.84 451.47 Qmin 2.86 4.18 3.13 0.48 4.56 7.29 Qrataan 6.34 8.33 9.85 6.47 13.73 29.22 QmaxQmin 7.4 6.2 14.3 276.6 11.6 61.9 Sumber : BPSDA Ciliwung-Cisadane Berdasarkan Tabel 7, nilai Qmax bervariasi antara 21.14 m 3 s sampai dengan 451.47 m 3 s dan Qmin berkisar 0.48 hingga 7.29 m³s, serta variasi debit rataan antara 6.34 m 3 s sampai dengan 29.22 m 3 s. Nilai rasio debit maksimum terhadap minimum menunjukkan nilai rasio yang semakin besar mulai tahun 2004 hingga tahun 2009. Nilai rasio tinggi terjadi pada musim hujan, karena air yang mengalir hingga bendungan katulampa sangat tinggi. Sedangkan, rasio rendah terjadi pada musim kemarau, karena air pada bendungan katulampa sangat rendah dan hanya terdapat aliran dasar yang berasal dari air bawah tanah. Nilai rasio tertinggi terjadi pada tahun 2007. Peningkatan nilai rasio menunjukkan keadaan vegetasi dan penggunaan lahan buruk, sedangkan penurunan nilai rasio menunjukkan keadaan vegetasi dan penggunaan lahan baik. Gambar 9. Rasio QmaxQmin DAS Ciliwung Hulu Outlet Katulampa 29 Rasio debit maksimum dan minimum tahun 2009 berada pada kondisi cukup tinggi. Rata-rata ketinggian air pada bulan Desember hingga Januari di tahun tersebut berkisar antara 50 sampai 70 cm. Sedangkan, tahun 2007 menunjukkan nilai rasio sangat tinggi, karena tinggi muka air mencapai 250 cm.

4.6. Data Masukan Model HEC WMS