17
ditusuk dengan jarum yang telah diikatkan benang kenur, setiap potongan diberi jarak ± 2 cm.
Gambar 3 menunjukkan rangkaian spons yang disusun pada benang lalu letakan kembali ke habitat awalnya dengan posisi tergantung pada karang mati
atau artificial reef yang ada disekitarnya. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk membantu proses aklimatisasi spons sehingga dapat mengurangi tingkat
stress pada spons. Proses aklimatisasi dilakukan selama satu bulan sebelum dibawa ke habitat buatan kolam pemeliharaan.
Setelah aklimatisasi selama satu bulan spons dipindahkan ke kolam pemeliharaan. Pengemasan sampel spons menggunakan plastik transparan
berukuran sedang, kemudian diberi oksigen dan dimasukkan ke dalam cool box yang berisi batu es.
Gambar 3. Aklimatisasi spons Petrosia petrosia nigricans di alam
3.3.2. Pemeliharaan spons Petrosia petrosia nigricans
Spons Petrosia petrosia nigricans ditransplantasi di habitat buatan berupa kolam dengan ukuran 5 m x 1,5 m x 1,5 m, ketinggian air dari dasar kolam
1 meter, dan diberi substrat rubble Gambar 4.
18
Gambar 4. Kolam pemeliharaan spons Petrosia petrosia nigricans
Kondisi perairan kolam dengan kualitas air yang mendukung sangat penting bagi kehidupan spons. Kolam pemeliharaan merupakan habitat baru bagi
spons sehingga sedemikian rupa diatur agar sama dengan habitat alaminya dan spons dapat bertahan hidup dengan jangka waktu yang lama. Kolam
pemeliharaan ini dilengkapi dengan aerator yang berguna untuk memberi sirkulasi udara di kolam, dan protein skimmer yang berguna sebagai perangkap amonia
serta racun yang terkandung dalam air kolam. Kolam dilengkapi dengan dua pompa air yang diletakkan dibagian protein skimmer dan bak penyaringan. Air
mengalir dan bersirkulasi selama 24 jam Gambar 5.
Keramik
Gambar 5. Skema kolam pemeliharaan spons Petrosia petrosia nigricans
19
Spons diletakan di atas keramik yang terdapat di dasar kolam. Air kolam berasal dari filter Seaworld yang dialirkan dengan pompa berkapasitas besar ke
Pusat Studi Ilmu Kelautan Ancol, Jakarta. Spons diaklimatisasi selama satu bulan untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru kolam pemeliharaan seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 6, sehingga dapat mengurangi stres akibat perubahan kondisi dari lingkungan sebelumnya. Spons yang telah diaklimatisasi
kemudian dipotong menjadi bagian yang lebih kecil sehingga berjumlah 12 fragmen.
a b
Gambar 6. a Aklimatisasi awal pemindahan spons Petrosia petrosia nigricans di kolam pemeliharaan, b Spons Petrosia petrosia nigricans di atas
keramik di dasar kolam pemeliharaan
3.3.3. Pengukuran parameter lingkungan
Pengukuran parameter lingkungan dilakukan untuk mengetahui kondisi perairan pada lokasi penelitian berdasarkan standar baku mutu kualitas perairan
Lampiran 1. Parameter lingkungan yang diukur adalah parameter fisik dan kimia yang dilakukan secara in situ dan pengamatan melalui analisis laboratorium.
Parameter fisik yang di ukur yaitu suhu dan salinitas, pengukuran dilakukan setiap minggu selama 5 minggu masa pemeliharaan spons di kolam. Pengukuran suhu
20
dilakukan dengan menggunakan termometer yang terpasang pada kolam pemeliharaan, sedangkan pengukuran salinitas menggunakan refraktometer
dengan cara meneteskan contoh air kolam pada refraktometer kemudian bisa dilihat langsung besarnya nilai salinitas air kolam pemeliharaan. Parameter kimia
yang di ukur yaitu nitrat, nitrit dan amonia. Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali selama 5 minggu masa pemeliharaan spons di kolam, yakni pada awal
minggu pertama dan akhir minggu kelima. Contoh air untuk dianalisis kandungan kimia perairannya diambil dengan botol sampel kemudian disimpan ke dalam
coolbox . Analisa kandungan nitrat, nitrit, dan amonia dilakukan di Laboratorium
Produksi Lingkungan, MSP-IPB. Pengukuran parameter laut dilakukan juga sebagai kontrol pada setiap pengambilan sampel laut. Tabel 3 menunjukkan
satuan, cara pengukuran, dan alat pengukuran parameter fisik dan kimia perairan yang di ukur.
Tabel 3. Parameter fisik dan kimia perairan yang di ukur
No Parameter Satuan Pengukuran
AlatMetode Parameter Fisik
1 Suhu
o
C in situ
Termometer Hg 2 Salinitas
PSU Practical Salinity Unit
in situ Refraktometer
Parameter Kimia 1 Nitrat
mgl laboratorium
Spektrofotometer 2 Nitrit
mgl laboratorium
Spektrofotometer 3 Amonia mgl
laboratorium Spektrofotometer
3.3.4. Pengambilan sampel di kolam
Pengambilan sampel spons yang dipelihara di kolam dilakukan pada setiap fase bulan secara beraturan, yaitu fase bulan barumati, fase bulan ¼ , fase bulan
¾, dan fase bulan purnama. Sedangkan pengambilan sampel spons alam dilakukan pada fase bulan purnama dan bulan mati yang berbarengan dengan
21
pengambilan spons di kolam pada fase yang sama. Spons yang diambil harus dalam kondisi yang baik sebanyak tiga buah sampel dari fragmen yang berbeda
pada setiap fase. Spons dipotong dengan ukuran 0,5 x 0,5 cm
2
. Sampel kemudian dimasukkan ke dalam plastik sampel dan diawetkan dengan formalin 10 dan air
laut dengan perbandingan 1:9 sebagai pengawet. 3.3.5. Pembuatan preparat awetan
Pembuatan preparat awetan dengan menggunakan metode histologis standar yaitu metode parafin dengan pewarnaan HE Haematoxylin Eosin
Gunarso, 1989 Lampiran 2. Berikut ini prosedur dalam histologis Gambar 7,
Sampel spons Petrosia petrosia nigricans Difiksasi dalam larutan formalin 10
Desilifikasi Dehidrasi
Gambar 7. Diagram alir proses standar histologis spons
3.3.6. Pengamatan laboratorium