Analisis Data METODOLOGI PENELITIAN

22 Oosit yang diukur adalah oosit yang memiliki inti. Diameter terpanjang oosit diukur pada bagian yang paling panjang, sedangkan diameter terpendek oosit diukur pada bagian yang paling panjang Gambar 8. Gambar 8. Pengukuran diameter terpanjang dan diameter terpendek oosit 2. Pengukuran jumlah oosit Pengukuran jumlah oosit yang ditemukan pada setiap lapang pandang.

3.4. Analisis Data

Jumlah dan ukuran oosit spons Petrosia petrosia nigricans dianalisis dengan melakukan pengamatan preparat histologis secara visual dengan mikroskop perbesaran lensa 100x dan 400x dan gambar hasil mikrofotografi berdasarkan fase bulan pada kolam pemeliharaan dan habitat aslinya laut, kemudian membandingkannya dengan pustaka terbaru atau jurnal. Jumlah oosit diukur dengan menghitung rata-rata jumlah oosit terbanyak yang ditemukan pada lima lapang pandang di tiga sayatan berseri koloni sampel. Pengukuran diameter terpanjang serta diameter terpendek dilakukan dengan menggunakan alat mikrometer. Rata-rata geometrik diameter di dapat dari akar perkalian antara diameter terpanjang dan diameter terpendek. Rumus yang digunakan yaitu Permata et al., 2000: ....... 1 diameter terpanjang diameter terpendek 23 Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji-t untuk dua sampel dengan nilai α = 0,05 menggunakan Software Minitab 14. Analisis ini dilakukan untuk melihat pengaruh penggunaan metode transplantasi di lokasi transplantasi dengan habitat buatan kolam terhadap fungsi reproduksi spons Petrosia petrosia nigricans. Apabila nilai P 0,05 maka terima H o yang berarti ada perbedaan nyata pada reproduksi seksual spons dalam hal ini terhadap pengaruh lokasi hidupnya kolam dan laut, dan sebaliknya. Prosedur penelitian ditampilkan dengan diagram alir pada Gambar 9. 24 Analisis deskriptif Analisis data Pengolahan data Jumlah dan ukuran gamet spons alami Pengamatan preparat jumlah dan ukuran gamet spons hasil transplantasi di habitat buatan kolam Pengambilan sampel spons Petrosia petrosia nigricans dari alam Pembuatan preparat Transplantasi spons di habitat buatan kolam Pengambilan sampel spons Petrosia petrosia nigricans dari transplantasi di habitat buatan kolam Sampel Petrosia petrosia nigricans dari alam jumlah dan ukuran gamet spons alami jumlah dan ukuran gamet spons hasil transplantasi di habitat buatan kolam Uji-t untuk dua sampel Minitab 14 Jumlah dan ukuran oosit P value 0,05 tidak ada perbedaan nyata pada fungsi reproduksi spons terhadap lokasi hidupnya Tolak H P value 0,05 Terima H ada perbedaan nyata pada fungsi reproduksi spons terhadap lokasi hidupnya Gambar 9. Diagram alir penelitian

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Kolam Pemeliharaan

Pengukuran parameter lingkungan dilakukan untuk mengetahui kondisi perairan pada lokasi penelitian. Hasil pengukuran parameter fisik-kimia di kolam meliputi suhu, salinitas, nitrat, nitrit, dan amonia dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5. Tabel 4. Nilai kisaran hasil pengukuran parameter fisik kolam pemeliharaan Parameter Satuan Kolam Laut Baku Mutu Batas Toleransi Suhu o C 27-29 28-30 28-30 26-31 Salinitas 00 28-32 31-32 33-34 28-38 Sumber Kep. Men 179Men. KLH2004, Sumber De Voogd 2005 Nilai kualitas perairan kolam pemeliharaan spons Petrosia petrosia nigricans secara umum berada dalam kisaran baku mutu kualitas air untuk biota laut Kep. Men 179Men. KLH2004. Kisaran nilai parameter fisik, suhu dan salinitas diperoleh dari pengukuran yang dilakukan setiap minggu selama 5 minggu pemeliharaan di kolam Tabel 4. Nilai kisaran suhu perairan kolam selama penelitian antara 27-29 ˚C, sedangkan nilai suhu perairan laut yang terukur pada saat pengambilan sampel sebesar 28-30 ˚C. Suhu tersebut berada pada kisaran suhu yang baik untuk kehidupan spons sesuai dengan baku mutu kualitas air untuk spons. Perubahan suhu perairan dapat disebabkan oleh perubahan waktu dan cuaca pada saat pengukuran. Nilai salinitas pada kolam pemeliharaan berkisar antara 28-32 00 permil, sedangkan nilai salinitas perairan laut yang terukur pada saat pengambilan sampel sebesar 31-32 00 . Hasil pengukuran salinitas tersebut tidak sesuai dengan baku mutu air laut namun masih berada 25