11
melalui ostium juga bersama aliran air. Sperma akan masuk ke choanocytes atau amoebocytes yang berada di dalam spongocoel atau flagellated chamber. Sel
amoebocytes beserta sperma melebur dengan sel telur, selanjutnya terjadi pembuahan fertilisasi. Perkembangan embrio sampai menjadi larva berflagela
masih di dalam mesohyl. Larva berflagela larva amphiblastula keluar dari mesohyl dan bersama aliran air keluar dari tubuh induk melalui osculum. Larva
amphiblastula berenang bebas, beberapa saat kemudian menempel pada substrat dan berkembang menjadi spons muda sessile dan akhirnya tumbuh menjadi besar
dan dewasa.
2.4.2.5. Faktor yang mempengaruhi fungsi reproduksi spons
Mekanisme yang mengatur atau mempengaruhi reproduksi spons dikelompokan menjadi dua kategori, yaitu pengaruh internal dan pengaruh
eksternal. Pengaruh internal yang mempengaruhi reproduksi spons adalah:
1. Kontrol genetik Kontrol genetik mempengaruhi pematangan seksual. Spons Axinella
damicornis dan Axinella verrucosa mempunyai genus yang sama dan habitat yang sama tetapi memperlihatkan periode reproduksi yang sangat berbeda.
Variasi siklus reproduksi ditunjukkan juga oleh jenis yang berbeda pada daerah cuaca yang sama. Hal ini merupakan argumentasi lain diferensiasi seksual
yang dipengaruhi oleh kontrol genetik Sara, 1992. 2. Senyawa yang mirip dengan hormon
Penelitian penggabungan spesimen yang tidak berdiferensiasi seksual pada Tethya serica tidak memberikan petunjuk pada kematangan seksual dan
12
penggabungan spesimen ke bercampurnya gamet heterolog atau ke sebuah pengaruh satu tipe gamet yang lainnya. Kenyataan ini terjadi pada Polymastis
sp. yang menunjukkan bahwa dengan petunjuk yang terbatas, senyawa yang mirip hormon berpengaruh pada seksualitas spons dan kelihatannya
mengindikasikan sebuah dasar genetik pada diferensiasi Sara, 1992. 3. Pengaruh umur dan ukuran spons
Umur spesimen yang mungkin berkorelasi dengan ukurannya, merupakan mekanisme lain yang dapat mengontrol reproduksi pada spons. Ukuran
reproduktif minimum pada Tethya serrica panjangnya kira-kira 10 cm. Hippospongia lanchne diameternya kira-kira 14 cm. Mycale sp. hanya
spesimen yang volume bersihnya lebih besar dari 200 ml mengalami oogenesis, sedangkan spesimen yang kecil memperlihatkan spermatogenesis.
Sebaliknya, pada Suberitas ficus, oogenesis sering terjadi hanya pada spesimen yang ukurannya tidak lebih dari kira-kira 5 cm Sara, 1992.
Pengaruh eksternal yang mempengaruhi reproduksi spons adalah: 1. Suhu dan cahaya
Perubahan suhu memberikan penngaruh terhadap spons. Spons tumbuh pada kisaran suhu optimal 26-31 ÂșC dan di daerah empat musim suhu merupakan
faktor lingkungan utama yang mengatur reproduksi spons, sangat berhubungan dengan perubahan suhu yang mencolok pada tiap musimnya. Umumnya spons
tidak mampu beradaptasi pada perubahan suhu yang sangat cepat. Peningkatan suhu dan intensitas cahaya memberikan kontribusi pada pemilihan waktu
gametogenesis pada spons di perairan tropis pada Great Barrier Reef. Tiga parameter iklim suhu laut, cahaya sinar matahari dan curah hujan
13
berhubungan dengan awal dan penghentian aktifitas reproduksi pada tiga jenis spons, yaitu Haliclona amboinensis, Haliclona cymiformis, dan Niphates nitida
Fromont, 1994. Namun beberapa penelitian juga memperlihatkan bahwa gametogenesis sama sekali tidak berhubungan dengan faktor suhu Simpson,
1984. 2. Fotoperiode
Fotoperiode penting untuk pematangan oosit, misalnya pada spons intertidal Haliclona perlmolis di pantai Oregon Tengah. Pematangan oosit ini
berhubungan dengan suhu jaringan pada spons ini yang diakibatkan oleh fotoperiode. Permulaan oogenesis terjadi selama awal bulan maret
berhubungan dengan peningkatan intensitas cahaya, sementara spermatogenesis berhubungan dengan suhu jaringan. Spons ini secara fisiologi
dapat membentuk oosit pada suhu rendah sementara yang lainnya membentuk spermatosit lebih lambat pada suhu yang lebih tinggi. Pengaruh positif
fotoperiode terjadi juga pada proses pembentukan gemmule pada spons ini Sara, 1992.
3. Fase bulan Pengeluaran gamet spons pada daerah tropik berhubungan erat dengan fase
bulan. Spawning pada dua individu Agelas clathrodes terjadi pada pagi hari sebelum fase purnama Hoppe, 1987. Namun pengeluaran sperma dan telur
Aaptos aaptos di Pulau Barang Lompo tidak dipengaruhi oleh fase bulan Haris, 2005.
14
2.5. Histologis