Kondisi Kolam Pemeliharaan HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Kolam Pemeliharaan

Pengukuran parameter lingkungan dilakukan untuk mengetahui kondisi perairan pada lokasi penelitian. Hasil pengukuran parameter fisik-kimia di kolam meliputi suhu, salinitas, nitrat, nitrit, dan amonia dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5. Tabel 4. Nilai kisaran hasil pengukuran parameter fisik kolam pemeliharaan Parameter Satuan Kolam Laut Baku Mutu Batas Toleransi Suhu o C 27-29 28-30 28-30 26-31 Salinitas 00 28-32 31-32 33-34 28-38 Sumber Kep. Men 179Men. KLH2004, Sumber De Voogd 2005 Nilai kualitas perairan kolam pemeliharaan spons Petrosia petrosia nigricans secara umum berada dalam kisaran baku mutu kualitas air untuk biota laut Kep. Men 179Men. KLH2004. Kisaran nilai parameter fisik, suhu dan salinitas diperoleh dari pengukuran yang dilakukan setiap minggu selama 5 minggu pemeliharaan di kolam Tabel 4. Nilai kisaran suhu perairan kolam selama penelitian antara 27-29 ˚C, sedangkan nilai suhu perairan laut yang terukur pada saat pengambilan sampel sebesar 28-30 ˚C. Suhu tersebut berada pada kisaran suhu yang baik untuk kehidupan spons sesuai dengan baku mutu kualitas air untuk spons. Perubahan suhu perairan dapat disebabkan oleh perubahan waktu dan cuaca pada saat pengukuran. Nilai salinitas pada kolam pemeliharaan berkisar antara 28-32 00 permil, sedangkan nilai salinitas perairan laut yang terukur pada saat pengambilan sampel sebesar 31-32 00 . Hasil pengukuran salinitas tersebut tidak sesuai dengan baku mutu air laut namun masih berada 25 26 dalam kisaran nilai toleransi hidup spons. Kecerahan pada kolam semi tertutup mencapai 100, karena kondisi perairan kolam jernih sehingga dasar kolam dapat terlihat sangat jelas. Pengukuran parameter kimia pada perairan kolam pemeliharaan spons dilakukan dua kali, yakni minggu pertama dan minggu kelima selama masa pemeliharaan Tabel 5. Tabel 5. Hasil pengukuran parameter kimia kolam pemeliharaan Parameter Satuan Kolam Laut Baku Mutu Batas Toleransi I II Nitrat NO 3 mgl 0,912 0,354 0,080 0,008 - Nitrit NO 2 mgl 0,005 0,006 0,034 0,06 0,050 Amonia NH 3 mgl 0,643 0,954 0,322 0,300 - Sumber Kep. Men 179Men. KLH2004 Sumber Effendi 2003 Nitrat NO 3 adalah senyawa anorganik yang berperan sebagai nutrien. Kandungan nitrat pada hasil pengukuran awal mencapai 0,912 mgl dan pada pengukuran kedua nilainya menurun menjadi 0,354 mgl, sedangkan nilai kandungan nitrat perairan laut yang terukur pada saat pengambilan sampel sebesar 0,080 mgl. Kandungan nitrat yang terukur melebihi ambang batas aman baku mutu Kep. Men 179Men. KLH2004 yaitu 0,008 mgl. Nilai nitrat yang melebihi 0,200 mgl dapat memicu terjadinya eutrofikasi perairan yang kemudian dapat menstimulir pertumbuhan algae dan tumbuhan air secara pesat Effendi, 2003. Kandungan nitrit NO 2 pada pengukuran pertama sebesar 0,006 mgl dan pada pengukuran kedua sebesar 0,005 mgl, sedangkan nilai kandungan nitrit perairan laut yang terukur pada saat pengambilan sampel sebesar 0,034 mgl. Nilai tersebut masih dalam batas aman karena apabila kadar nitrit dalam suatu perairan melebihi 0,050 mgl dapat bersifat toksik bagi organisme perairan yang 27 sangat sensitif Effendi, 2003. Keberadaan nitrit menggambarkan berlangsungnya proses biologis perombakan bahan organik yang memiliki kadar oksigen terlarut sangat rendah Effendi, 2003. Hasil pengukuran amonia NH 3 pada awal pemeliharaan 0,643 mgl dan pada pengukuran kedua 0,954 mgl, sedangkan nilai kandungan nitrat perairan laut yang terukur pada saat pengambilan sampel sebesar 0,322 mgl. Amonia yang dihasilkan diduga berasal dari proses metabolisme biota-biota yang hidup diperairan. Pengambilan sample air yang dekat dengan populasi spons juga diduga merupakan penyebab tingginya nilai amonia pada penelitian ini, hal tersebut dikarenakan buangan spons mengandung amonia. Data ini sekaligus mengindikasikan bahwa buangan yang dikeluarkan spons melalui oskulum adalah benar mengandung amonia. Kadar amonia yang tinggi dalam suatu perairan akan bersifat toksik atau akan menyebabkan pencemaran. Amonia yang terkandung dalam air kolam berasal dari sisa metabolisme spons dan biota-biota lain yang hidup di kolam seperti Aiptasia sp., dan algae. Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air, dapat terlihat bahwa kondisi perairan dalam kolam pemeliharaan cukup baik, sehingga dapat menunjang pertumbuhan spons Petrosia petrosia nigricans. Pada kolam pemeliharaan dipasang pipa di dua sudut kolam yang berlawanan sehingga terjadi aliran air yang tidak terlalu besar menyerupai arus. Namun ada beberapa faktor yang belum dapat disesuaikan pada kolam pemeliharaan yaitu pasang surut dan kedalaman yang berbeda dengan kondisi di alam yang sangat mungkin berpengaruh terhadap pertumbuhan spons. 28

4.2. Pengamatan Mikroskopis Terhadap Preparat Histologis Spons Petrosia petrosia nigricans