Pengaruh Transplantasi di Habitat Buatan Kolam Terhadap Reproduksi Seksual Spons

39

4.4. Pengaruh Transplantasi di Habitat Buatan Kolam Terhadap Reproduksi Seksual Spons

Berdasarkan data yang diperoleh peemindahan spons ke habitat baru kolam pemeliharaan dengan metode fragmentasi mempengaruhi ukuran oosit. Pada penelitian ini diketahui bahwa lokasi hidup spons dalam hal ini habitat buatan kolam mempengaruhi reproduksi seksual jumlah dan ukuran oosit spons Petrosia petrosia nigricans. Salah satu cara reproduksi aseksual buatan pada spons Petrosia petrosia nigricans yaitu melalui fragmentasi dengan memotong koloni spons menjadi fragmen menggunakan pisau stainless steel kemudian menanam atau meletakan fragmen tersebut pada substrat buatan di lokasi transplan kolam. Spons yang mengalami luka setelah pemotongan dari habitat aslinya laut yang menyebabkan kehilangan sebagian jaringan sehingga terjadi penurunan fungsi reproduksi. Penurunan fungsi reproduksi merupakan respon umum yang terjadi karena pada spons yang terfragmentasi akan mengalokasikan sumberdaya yang tersisa secara bertingkat mulai dari fungsi pemeliharaan, perbaikan, pertumbuhan, dan reproduksi. Penurunan fungsi reproduksi tersebut menyebabkan perubahan pada proses reproduksi dimana rata- rata ukuran oosit lebih kecil bila dibandingkan dengan rata-rata ukuran oosit pada habitat aslinya, dan rata-rata jumlah oosit di habitat buatan kolam lebih banyak dibandingkan dengan rata-rata jumlah oosit di habitat aslinya. Oosit yang didapat pada setiap fase bulan tidak mengalami perkembangan. Oosit yang didapat masih berada pada tahap I, baik pada fase bulan barumati, fase bulan ¼, fase bulan ¾, maupun fase bulan purnama. Kondisi kolam pemeliharaan dengan nilai parameter fisik dan kimia yang ada belum dapat menopang perkembangan reproduksi spons, dalam hal ini 40 pertumbuhan oosit spons. Keadaan kolam yang semi tertutup juga mempengaruhi cahaya pada setiap fase bulan yang diterima oleh spons tidak maksimal, sehingga perkembangan reproduksi spons terganggu. Faktor lain yang menyebabkan tidak adanya perkembangan pada reproduksi seksual spons yaitu nilai nutrien yang terdapat pada kolam pemeliharaan hanya cukup untuk pemulihan spons akibat pemotongan spons tiap pengambilan sampel. Pada spons yang memiliki luka akan mengutamakan energi yang tersedia untuk pemulihan pertahanan tubuhnya terlebih dahulu dibandingkan meningkatkan fungsi reproduksinya. Luka akibat fragmentasi serta perubahan kondisi lingkungan akibat pemindahan ke habitat yang baru menyebabkan penurunan fungsi reproduksi yang disebabkan oleh fungsi pengaturan untuk adaptasi spons terhadap habitat baru sehingga memerlukan energi yang besar. Energi yang diperlukan unuk menghasilkan oosit cukup besar, sehingga energi tidak cukup tersedia apabila spons dalam keadaan terluka.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Tipe seksualitas spons Petrosia petrosia nigricans adalah gonokhorik karena hanya ditemukan gamet betina pada preparat histologis fragmen yang berbeda. 2. Oosit yang ditemukan pada sampel kolam pemeliharaan tidak menunjukkan perkembangan yang berbeda pada setiap fase bulan fase bulan barumati, fase bulan ¼, fase bulan ¾, fase bulan purnama dan belum mencapai kematangan reproduksi seksual. 3. Kondisi fisik dan kimia pada kolam pemeliharaan dengan ukuran serta volume air yang ada belum dapat menopang perkembangan reproduksi spons khususnya jumlah dan ukuran oosit. 4. Habitat buatan kolam pemeliharaan mempengaruhi reproduksi seksual spons. Nilai jumlah dan ukuran oosit spons hasil transplantasi di kolam pemeliharaan terbukti berbeda signifikan dengan spons non transplantasi di laut. Sampel hasil transplantasi di kolam pemeliharaan mengalami penghambatan perkembangan reproduksi, baik jumlah maupun ukuran oosit.

5.2. Saran

1. Perlu adanya pengukuran parameter fisik dan kimia lainnya, seperti kuat arus, intensitas cahaya bulan, DO, pH. Data parameter merupakan informasi penting dalam mengontrol kondisi lingkungan hidup biota. 41