5
yang lebih dalam dan berarus tenang, pertumbuhannya cenderung tegak dan tinggi. Pada perairan yang lebih dalam spons cenderung memiliki tubuh yang
lebih simetris dan lebih besar sebagai akibat lingkungan yang lebih stabil apabila dibandingkan dengan jenis yang sama yang hidup pada perairan yang dangkal
Bergquist, 1978. Jumlah dan kelimpahan Petrosia sp. menjadi lebih tinggi seiring bertambahnya kedalaman. Spons yang hidup pada perairan yang lebih
dangkal akan dipengaruhi oleh sedimentasi yang lebih besar dari pada spons yang
hidup di perairan dalam.
2.2. Morfologi Spons
Spons merupakan hewan yang paling sederhana karena tidak memiliki jaringan, syaraf, otot-otot, dan organ dalam. Morfologi luar spons laut sangat
dipengaruhi oleh faktor fisik, kimiawi, dan biologis lingkungannya. Spesimen yang berada di lingkungan yang terbuka dan berombak besar cenderung pendek
pertumbuhannya atau juga merambat. Sebaliknya spesimen dari jenis yang sama pada lingkungan yang terlindung atau pada perairan yang lebih dalam dan berarus
tenang, pertumbuhannya cenderung tegak dan tinggi Amir dan Budiyanto, 1996. Spons dapat berbentuk sederhana seperti tabung dengan dinding tipis,
atau masif bentuknya dan agak tidak teratur. Banyak spons juga terdiri dari segumpal jaringan yang tak tentu bentuknya, menempel dan membuat kerak
pada batu, cangkang, tonggak, atau tumbuh-tumbuhan. Kelompok spons lain mempunyai bentuk lebih teratur dan melekat pada dasar perairan melalui
sekumpulan spikula. Bentuk-bentuk yang dimiliki spons dapat beragam. Beberapa jenis bercabang seperti pohon, lainnya berbentuk seperti sarung tinju,
6
seperti cawan atau seperti kubah. Ukuran spons juga beragam, mulai dari jenis berukuran sebesar kepala jarum pentul, sampai ke jenis yang ukuran garis
tengahnya 0,9 m dan tebalnya 30,5 cm. Jenis-jenis spons tertentu nampak berbulu getar karena spikulanya menyembul keluar dari badannya
Romimohtarto Juwana 1999. Spons merupakan biota multiseluler primitif yang bersifat filter feeder,
menghisap air dan bahan-bahan lain disekelilingnya melalui pori-pori ostia yang kemudian dialirkan ke seluruh bagian tubuhnya melalui saluran channel.
Selanjutnya air akan dikeluarkan melalui pori-pori yang terbuka ostula. Spons merupakan hewan laut yang masuk kedalam filum porifera yang berarti memiliki
pori-pori dan saluran. Pori-pori dan saluran-saluran ini dialiri air yang diserap oleh sel khusus yang dinamakan sel leher koanosit, yang dalam banyak hal
menyerupai cambuk. Filum hewan ini lebih dikenal sebagai spons, yakni hewan multiseluler bersel banyak yang primitif, yang berasal dari zaman paleozoik
sekitar 1,6 milyar tahun yang lalu. Gambar 2 memberi gambaran mengenai bentuk dan struktur dinding tubuh spons Romimohtarto Juwana, 2001
Gambar 2. Bentuk dan struktur dinding tubuh spons
7
Spons mempunyai tiga lapisan selular utama yaitu, pinacoderm yang terletak di bagian luar spons yang terdiri dari satu lapisan sel yang disebut
pinacocytes. Lapisan kedua adalah choanoderm yang tersusun dari sel choanocytes. Lapisan ketiga adalah mesohyl yang terletak antara pinacoderm dan
choanoderm yang membuat tubuh spons menjadi besar. Pinacocytes di bagian dasar dapat mengeksresikan bahan yang melekatkan spons ke substrat.
Choanocytes berfungsi untuk membuat arus dan mengarahkan air melewati sistem saluran air pada spons. Choanocytes mempunyai flagela dan berperan utama pada
fagositosis karena memiliki vakuola makanan Brusca dan Brusca, 1990. Saluran yang terdapat pada spons bertindak seperti halnya sistem sirkulasi
pada hewan tingkat tinggi yang merupakan pelengkap untuk menarik makanan ke dalam tubuh dan untuk mengangkut zat buangan keluar dari tubuh. Karena hal
inilah maka spons dimasukan kedalam kelompok hewan filter feeder. Arus air yang masuk melalui sistem saluran dari spons diakibatkan oleh cambuk koanosit
yang bergerak terus menerus. Koanosit juga mencernakan partikel makanan, baik disebelah maupun di dalam sel leher. Sisa makanan yang tidak tercerna dibuang
keluar dari dalam sel leher. Makanan tersebut dipindahkan dari satu sel ke sel lain kemudian diedarkan dalam batas-batas tertentu oleh sel-sel amuba yang
berkeliaran di dalam lapisan tengah spons McConnaughey, 1970.
2.3. Fisiologi Spons