Pengertian Good Corporate Governance

Universitas Sumatera Utara 2.1.3 Good Corporate Governance

2.1.3.1 Pengertian Good Corporate Governance

Good Corporate Governance GCG dapat didefinisikan sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan Pemegang SahamPemilik Modal, KomisarisDewan Pengawas dan Direksi untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundang – undangan dan nilai – nilai etika. Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia FCGI 2001 pengertian corporate governace adalah Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak – hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Tujuan corporate governance ialah untuk menciptakan pertambahan nilai bagi semua pihak pemegang kepentingan stakeholders. Komite Cadbury Cadbury committee mendefinisikan Good Corporate Governance GCG sebagai : Good Corporate Governance adalah sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan, dengan tujuan, agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan Universitas Sumatera Utara pertanggungjawaban kepada stakeholders.Hal ini berkaitan dengan peraturan kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang saham dan sebagainya. Organization for Economic Coorperation and Development OECD 2004 mendefinisikan corporate governance sebagai : “Sekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan, board, pemegang saham, dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan. Corporate governance juga mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja.” Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-117M-MBU2002, corporate governance adalah : Suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memerhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai – nilai etika. Finance Committee on Corporate Governance Malaysia 2008, menurut lembaga tersebut didefinisikan sebagai berikut : GCG merupakan suatu proses serta struktur yang digunakan untuk mengarahkan sekaligus mengelola bisnis dan urusan perusahaan ke arah peningkatan pertumbuhan bisnis dan akuntabilitas perusahaan. Adapun tujuan akhirnya adalah menaikkan nilai saham dalam jangka panjang tetapi tetap memperhatikan berbagai kepentingan para stakeholders lainnya. Universitas Sumatera Utara 2.1.3.2 Prinsip – prinsip Good Corporate Governance Direksi dan Komisaris dipandang sebagai kunci utama keberhasilan pengembangan Good Corporate Governance oleh dunia usaha. Secara Teoritis harus diakui bahwa dengan melaksanakan prinsip Good Corporate Governance ada beberapa manfaat yang bisa diambil antara lain sebagai berikut : a. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang baik. b. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang murah yang apda akhirnya akan meningkatkan corporate value. c. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. d. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus untuk menigkatkan shareholders. Secara umum, penerapan prinsip GCG secara konkret, memiliki tujuan terhadap perusahaan sebagai berikut. 1. Memudahkan akses terhadap investasi domestic maupun asing; 2. Mendapatkan cost of capital yang lebih murah; 3. Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan kinerja ekonomi perusahaan; 4. Meningkatkan keyakinan dan kepecayaan dari stakeholder terhadap perusahaan; 5. Melindungi direksi dan komisaris dari tuntutan hukum. Universitas Sumatera Utara 2.1.3.3 Implementasi Prinsip Corporate Governance Penerapan prinsip – prinsip Good Corporate Governance dalam suatu perusahaan menjadi salah satu bahan pertimbangan utama dari bagi kreditor dalam mengevaluasi potensi suatu perusahaan untuk menerima pinjaman kredit.Bahkan bagi perusahaan yang berdomisili di negara – negara berkembang, implementasi prinsip corporate governance secara konkret, dapat memberikan kontribusi untuk memulihkan kepercayaan para kreditor terhadap kinerja suatu perusahaan yang telah dilanda krisis, misalnya di Indonesia.Di dunia Internasional, penerapan good corporate governance sudah merupakan suatu syarat utama dalam perjanjian pemberian kredit.Seringkali perusahaan yang telah mengimplementasikan prinsip – prinsip good corporate governance, mempunyai kemungkinan besar untuk memperoleh bantuan kredit bagi usahanya. Penerapan prinsip good corporate governance digunakan untuk menghasilkan kinerja perusahaan yang efektif dan efisien, melalui harmonisasi manajemen perusahaan.Dibutuhkan peran yang penuh komitmen dan independen dari dewan direksi dan dewan komisaris dalam menjalankan kegiatan perusahaan, sehingga menghasilkan kinerja perusahaan yang baik. Universitas Sumatera Utara 2.1.4 Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan yang diukur dengan presentanse jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen Sujono dan Soebiantoro, 2007. Sturuktur kepemilikan manajerial dapat dijelaskan melalui dua sudut pandang, yaitu pendekatan keagenan dan pendekatan ketidakseimbangan. Pendekatan keagenan menganggap struktur kepemilikan manajerial sebagai suatu instrument atau alat yang digunakan untuk mengurangi konflik keagenan diantara beberapa klaim terhadap sebuah perusahaan. Sedangkan, Pendekatan ketidakseimbangan informasi memandang mekanisme struktur kepemilikan manajerial sebagai suatu cara untuk mengurangi ketidakseimbangan informasi secara insider dengan outsider melalui pengungkapan informasi didalam perusahaan. Meningkatkan kepemilikan manajerial digunakan sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah yang ada di perusahaan. Dengan meningkatnya kepemilikan manajerial maka manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya sehingga dalam hal ini akan berdampak baik kepada perusahaan serta memenuhi keinginan dari para pemegang saham. Menurut Jensen dan Meckling 1976 semakin besar kepemilikan manajerial dalam perusahaan maka manajemen akan lebih giat untuk meningkatkan kinerjanya karena manajemen mempunyai tanggung jawab untuk memenuhi keinginan dari pemegang saham yang tidak lain adalah dirinya sendiri. Universitas Sumatera Utara Perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dengan fungsi kepemilikan akan rentan terhadap masalah keagenan. Perusahaan menggunakan laporan tahunan untuk mengurangi asimetris informasi antara manajemen dan pemilik. Masalah utama keagenan adalah adanya perbedaan antara pemilik dengan manajer. Semakin banyak saham yang dimiliki oleh publik, maka semakin besar tekanan yang dihadapi perusahaan untuk mengungkapkan informasi lebih banyak dalam laporan tahunannya. Adanya masalah diantara manajer dan pemegang saham disebut masalah agensi agency problem. Dalam konsep theory of the firm Jensen dan Meckling, 1976, adanya agency problem tersebut menyebabkan tidak tercapainya tujuan keuangan perusahaan, yaitu meningkatkan nilai perusahaan dengan cara memaksimumkan kekayaan pemegang saham. Selanjutnya, menurut Jensen dan Meckling 1976, menyatakan penyebab konflik antara manajer dengan pemegang saham adalah perbedaan dalam pembuatan keputusan yang berkaitan dengan aktivitas pencairan dana financing decision dan pembuatan keputusan yang berkaitan dengan bagaimana dana yang diperoleh diinvestasikan. Dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan dana yang diperoleh, manajer cenderung memilih untuk menginvestasikan dananya pada proyek dengan resiko rendah, tetapi investor cenderung untuk memilih dengan resiko tinggi karena resiko yang tinggi mencerminkan return yang akan diperoleh juga tinggi. Universitas Sumatera Utara Anderson Reeb 2002 mengatakan bahwa perusahaan yang dikendalikan oleh keluarga mempunyai struktur yang menyebabkan berkurangnya konflik agensi antara pemegang saham dan kreditur, dimana kreditur menganggap kepemilikan keluarga melindungi kepentingan kreditur. Hasil Penelitian Arifin 2005 menunjukkan bahwa perusahaan publik di Indonesia yang dikendalikan keluarga atau negara atau institusi keuangan masalah agensinya lebih baik jika dibandingkan perusahaan yang dikontrol oleh publik atau tanpa pengendali utama. Menurutnya, dalam perusahaan yang dikendalikan keluarga, masalah agensinya lebih kecil karena berkurangnya konflik antara principal dan agent. Jika kepemilikan keluarga lebih efisien, maka pada perusahaan dengan kepemilikan keluarga yang tinggi pengelolaan laba yang opotunis dapat dibatasi. Pengendalian yang lebih efisien dalam kepemilikan keluarga tersebut besar kemungkinan tidak berlaku di perusahaan konglomerasi seperti yang banyak terdapat di Indonesia. Untuk perusahaan konglomerasi, biasanya sebagian besar kekayaan pemilik tidak berada di satu perusahaan, tetapi tersebar di berbagai perusahaan. Jika hanya sedikit kekayaan pemilik yang berada di perusahaan yang go public, maka walaupun perusahaan go public tersebut dikendalikan keluarga, tetapi pengelolaan laba yang oportunistik mungkin justru tinggi. Kemungkinannya karena perusahaan go public tersebut hanya dijadikan sebagai sarana untuk mengumpulkan dana dari masyarakat untuk digunakan oleh kelompok perusahaan di Indonesia. Universitas Sumatera Utara 2.1.5 Independensi Dewan Komisaris Istilah independen pada komisaris independen bukan menunjukkan bahwa komisaris lainnya tidak independen. Istilah komisaris independen ataupun menunjukkan keberadaan mereka sebagai wakil dari pemegang saham independen minoritas dan juga mewakili kepentingan investor. Dewan Komisaris memiliki fiduciaryduty yang timbul dari hubungan fiduciary untuk memerhatikan kepentingan perusahaan secara sungguh – sungguh. Untuk melindungi kepentingan pemegang saham independen maka harus ada sistem yang baik yaitu Good Corporate Governance yang mewajibkan keberadaan dewan komisaris atau direksi yang independen. Adanya komisaris independen tidak terlepas dari keberadaan komisaris pada umumnya. Komisaris merupakan organ yang mengawasi kebijaksanaan direksi dalam menjalankan perseroan serta memberikan nasihat kepada direksi. Di Indonesia dewan komisaris merupakan organ yang bersifat pasif dan tidak dapat menjalankan fungsi pengawasannya secara efektif terhadap direksi. Atau pun sebaliknya, peran komisaris yang terlalu kuat dalam perusahaan, sehingga sering kali melakukan intervensi terhadap kebijakan direksi. Fenomena ini terjadi, karena struktur kepemilikan perusahaan di Indonesia masih sangat terkonsentrasi. Jabatan komisaris diberikan kepada seseorang bukan didasarkan kepada kompetensi dan profesionalisme, Universitas Sumatera Utara tetapi sebagai penghormatan atau penghargaan, sehingga loyalitas ditujukan pada pembeli jabatan. Atau jabatan komisaris diberikan kepada pejabat atau mantan pejabat pemerintah yang masih mempunyai pengaruh untuk meningkatkan posisi tawar bargaining power perusahaan di kalangan pemerintah. Hal ini bertolak belakang dengan pendapat Fama dan Jensen 1983 yang menyebutkan dewan komisaris merupakan mekanisme pengendalian intern tertinggi yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak. Sejalan dengan pendapat ini KNKG 2006 menyebutkan bahwa Dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG. Dapat dikatakan pemilihan komisaris perusahaan di Indonesia kurang mempertimbangkan integritas serta kompetensi orang tersebut. Oleh karena itu, muncul gagasan tentang keberadaan komisaris independen. Keberadaan komisaris independen diharapkan dapat bersifat netral terhadap segala kebijakan yang dibuat oleh direksi. Selain itu, komisaris independen diharapkan juga menciptakan keseimbangan berbagai kepentingan para pihak, yaitu pemegang saham utama, direksi, komisaris, manajemen, karyawan, maupun pemegang saham publik. Peraturan Bursa Universitas Sumatera Utara Efek yang mewajibkan perusahaan yang sahamnya tercatat di Bursa Efek untuk memiliki komisaris independen sekurang – kurangnya 30 dari jajaran anggota dewan komisaris yang dapat dipilih dahulu melalui RUPS sebelum pencatatan dan mulai efektif bertindak sebagai komisaris independen setelah saham perusahaan tersebut tercatat. Komisaris independen adalah komisaris yang bukan merupakan anggota manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat atau dengan cara lain yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari suatu perusahaan yang mengawasi pengelolaan perusahaan. Pengertian komisaris independen sebenarnya berasal dari pengertian komisaris dalam Pasal 1 angka 5 UU No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroaan Terbatas menyatakan : “Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum danatau khusus serta memberikan nasihat kepada direksi dalam menjalankan perseroan”. Evaluasi kinerja komisaris independen dilakukan setiap tahun melalui “self-assesment” didukung dengan evaluasi oleh presiden komisaris dan anggota komisaris lainnya serta oleh direksi perusahaan. Hasil evaluasi kinerja komisaris independen dikomunikasikan kepada masing – masing komisaris independen oleh presiden komisaris perusahaan. Kemudian, evaluasi tersebut diserahkan kepada RUPS sebagai Universitas Sumatera Utara bentuk laporan pertanggungjawaban komisaris independen akan tugas – tugas yang diembannya.

2.1.6 Komite Audit

Dokumen yang terkait

Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, dan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

8 121 97

Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Dewan Komisaris Independen, Leverage, dan Komite Audit Pada Perusahaan Perbankan Terdaftar di BEI

3 79 92

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Komisaris Independen, Komite Audit, Kualitas Audit, Leverage dan Profitabilitas Terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI pada Tahun 2010-2013

1 34 125

Analisis pengaruh mekanisme corporate governance terhadap manajemen laba (studi empiris perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di BEI)

2 33 138

Pengaruh Corporate Governance Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kinerja Perusahaan : studi pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek Jakarta

1 5 76

Pengaruh corporate governance terhadap tax avoidance : studi empiris pada sektor perbankan yang terdaftar di bei periode tahun 2009-2013

0 15 0

1. Akasha Wira Internasional Tbk ADES 7.390181 6.917706 - Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Independensi Dewan Komisaris, Komite Audit Terhadap Harga Sahan dengan Return On Investment (ROI) sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Sektor Industri Barang

0 0 18

Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Independensi Dewan Komisaris, Komite Audit Terhadap Harga Sahan dengan Return On Investment (ROI) sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI tahun 2010 - 2013

0 0 32

Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Independensi Dewan Komisaris, Komite Audit Terhadap Harga Sahan dengan Return On Investment (ROI) sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI tahun 2010 - 2013

0 0 11

Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Independensi Dewan Komisaris, Komite Audit Terhadap Harga Sahan dengan Return On Investment (ROI) sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI tahun 2010 - 2013

1 0 11