Peman Pengelolaan Kebun dan Upaya Pengendalian Hama Ulat Jengkal (Hypiosidra talaca) dengan Aplikasi Hyposidra talaca Nucleopolyhedrovirus pada Tanaman Teh di PT Perkebunan .Nusantara VIII Gunung Mas Bogor, Jawa Barat.

D 21 Pengamatan dilakukan setiap hari hingga jumlah penurunan populasi hama mencapai 100. Larva yang mati karena terinfeksi virus ini di lapangan, ditemukan pada bagian pucuk tanaman dalam posisi menggantung, membentuk huruf V terbalik Granados dan Frederici 1986. Menurut Sanjaya 2004, infeksi NPV akan mengakibatkan kerusakan sel- sel kolumnar yang terdapat di dalam saluran pencernaan bagian tengah, yang mengakibatkan kerusakan sistem pencernaan dan menurunkan konsumsi makan. Infeksi NPV biasanya dimulai dari saluran pencernaan, kemudian menyerang organ-organ internal serangga lainnya. Waktu dari NPV mulai tertelan sampai menunjukkan gejala serangan relatif lama, yaitu 2 sampai 3 hari dan kematian ulat baru terjadi pada hari ke-4 hingga ke-7 setelah infeksi Indrayani dkk 2009. Laju Penurunan Populasi Larva Hyposidra talaca Perlakuan Hyposidra talaca Nucleopolyhedrovirus HtNPV dengan empat taraf berdasarkan frekuensi aplikasinya, mengakibatkan tingkat penurunan populsi larva Hyposidra talaca yang beragam. Penurunan populasi larva H. talaca terbesar disebabkan kematian akibat aplikasi NPV. Larva yang mati karena terinfeksi virus ini di lapangan, banyak ditemukan dalam posisi menggantung pada bagian pucuk tanaman tetapi ada pula yang menempel dan hancur di permukaan daun teh Gambar 12. Dari hasil pengamatan yang dilakukan selama 11 hari, terlihat bahwa perlakuan P2 dan P3 menunjukkan penurunan jumlah larva tertinggi pada hari ke- 6 setelah aplikasi, dengan jumlah larva yang mati pada hari ke-6 untuk perlakuan P3 sebanyak 6 ekor dan perlakuan P2 sebanyak 5 ekor, sedangkan pada perlakuan P1 dan P4 penurunan larva tertinggi pada hari ke-7 setelah aplikasi yaitu untuk P1 sebanyak 5 ekor dan P4 sebanyak 4 ekor. Gambar 12 Larva Hyposidra talaca yang mati karena aplikasi NPV di lapangan D 22 Jumlah rata-rata larva yang tersisa pada 11 hari setelah aplikasi HtNPV di lapangan dengan frekuensi penyemprotan 1 kali 1 minggu P1, 2 kali 1 minggu P2, dan 3 kali 1 minggu P3 serta kontrol tidak disemprot dan kontrol positif yang disemprot hanya satu kali selama pengamatan P4 secara berturut turut 0 ekor; 0 ekor; 0 ekor; 20 ekor; dan 3 ekor per tanaman sampel ±1 m 2 . Populasi awal dari masing-masing perlakuan rata-rata 25 ekor per tanaman. Masing-masing perlakuan menunjukkan jumlah populasi larva yang berkurang setiap harinya, namun secara keseluruhan penurunan populasi lebih dari 50 terjadi pada hari ke-7 setelah aplikasi. Jumlah larva yang berkurang pada 7 hari setelah aplikasi untuk P1: 17 ekor, P2: 20 ekor, P3: 22 ekor, dan P4: 12. Gambar 13 Jumlah larva H. talaca yang berkurang setiap harinya pada berbagai frekuensi waktu aplikasi Gambar 14 Laju penurunan populasi larva H. talaca pada berbagai frekuensi waktu aplikasi 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Jum lah kem at ia n ekor Hari Setelah Aplikasi HSA perlakuan1 P1 perlakuan2 P2 Perlakuan3 P3 kontrol+ P4 kontrol 5 10 15 20 25 30 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Akum ul asi penurunan popul asi per hari ekor Hari Setelah Aplikasi HSA Perlakuan1 P1 Perlakuan2 P2 Perlakuan3 P3 Kontrol+ P4 Kontrol K