Pemetikan Pengelolaan Kebun dan Upaya Pengendalian Hama Ulat Jengkal (Hypiosidra talaca) dengan Aplikasi Hyposidra talaca Nucleopolyhedrovirus pada Tanaman Teh di PT Perkebunan .Nusantara VIII Gunung Mas Bogor, Jawa Barat.

D 26 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kegiatan pemeliharaan tanaman menghasilkan TM di PT Perkebunan Nusantara VIII kebun teh Gunung Mas meliputi pemangkasan, pemupukan, pemetikan, pengendalian gulma, serta pengendalian hama dan penyakit. Tinggi rendahnya luas dan intensitas serangan hama dan penyakit sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan pengelolaan tanaman. Kondisi lingkungan pada musim kemarau dan pancaroba peralihan mendukung berkembangnya hama ulat jengkal Hyposidra talaca di kebun Gunung Mas. Kondisi sanitasi kebun yang kurang maksimal serta aplikasi insektisida sintetik yang kurang dari anjuran atau melebihai dosis juga turut berperan dalam peningkatan serangan hama di kebun Gunung Mas. Sistem pengelolaan hama dan penyakit di PT Perkebunan Nusantara VIII kebun Gunung Mas selama kegiatan cenderung mengutamakan faktor produksi disamping faktor ekologi, tetapi sistem pengendalian hama penyakit secara hayati juga sudah mulai dilakasanakan serta berprinsip pada pengendalian hama terpadu PHT. Keberadaan faktor sumberdaya manusia dalam hal ini tenaga kerja sangat berpengaruh pula terhadap kegiatan pengelolaan kebun. Kegitan pemeliharaan tanaman, produksi, dan pemasaran produk juga akan berlangsung baik jika di dukung dengan sumberdaya manusia yang baik. Alternatif pengendalian hama ulat jengkal Hyposidra talaca dengan memanfaatkan Hyposidra talaca Nucleopolyhedrovirus HtNPV dapat dilakukan dengan menggunakan konsentrasi sederhana yaitu 40 ekor larva terinfeksi untuk 15 liter, yang dapat menurunkan populasi lebih dari 50 dalam waktu 7 hari dan dapat menurunkan populasi hingga habis 0 ekor dalam waktu 11 hari, dengan intensitas penyemprotan yang efektif dan efisien dua kali dalam satu minggu. Saran Sanitasi kebun yang salah satunya meliputi pengendalian gulma, perlu mendapatkan perhatian yang lebih dan perlu ditingkatkan pengelolaannya agar kondisi kebun yang bersih dan sehat tetap terjaga, karena masih banyak ditemui blok-blok kebun dengan serangan gulma berat. Dengan kondisi kebun yang selalu bersih maka pengelolaan hama dan penyakit pun akan lebih sederhana. Penggunaan insektisida sintetik harus senantiasa sesuai anjuran, jangan menggunakan dosis di bawah anjuran atau melebihi dosis yang telah disarankan untuk mencegah terjadinya resistensi dan resurgensi hama. Jika serangan hama sangat berat dan harus dilakukan eradikasi harus menggunakan dosis yang tepat dan diaplikasi secara menyeluruh untuk mencegah terjadinya overpaling hama. Penggunaan insektisida sintetik yang dipadukan dengan insektisida hayati secara bijaksana dapat dipertahankan dan dijadikan salah satu upaya menjaga ekologi dan kestabilan kondisi hayati lingkungan antara hama penyakit dan musuh alaminya. D 27 Faktor sumberdaya manusia juga perlu mendapat perhatian lebih, pendekatan persuasif terhadap karyawan dan kegiatan-kegiatan sosial juga perlu diadakan, seperti kegiatan manajerial kebun, gatehring bersama karyawan, tukar pikiran antar semua lapisan di kebun termasuk staf dan karyawan agar harapannya, masalah ketenagakerjaan seperti mulai berkurangnya loyatitas dan etos kerja dapat diatasi. Penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan Hyposidra talaca Nucleopolyhedrovirus HtNPV perlu dilakukan, dengan menggunakan berbagai macam dosis aplikasi, agar dapat diketahui dosis aplikatif sederhana yang efektif dalam mengendalikan hama ulat jengkal di perkebunan teh. D 28 DAFTAR PUSTAKA Adisewojo RS. 1982. Bercocok Tanam Teh. Bandung ID: Penerbit Sumur Bandung. Diratpahgar, 2008. Multi Peran Tanaman Teh bagi Kehidupan [internet]. [diunduh 2012 Sep 25]. Tersedia pada: http:ditjenbun.deptan.go.idrempahbun rempahindex.php?option=com_contenttask=viewid=74Itemid=26. Gothama, AAA.,Indrayani IGAA, and Moscardi F. 1989. Preliminary studies on tehnucleopolyhedrosis virus on cotton in Indonesia. Proceedings on Biological Control of Pests in Tropical Agricultural Ecosystems. Bogor ID: Special Publication. hlm 157 164. Granados RR dan Frederici BA. 1986 The Biology of Baculovirus. Biologigal Properties and Molecular Biology. Boca Raton US: CRC Press. Hidayat A. 2001. Mengidentifikasi Jenis dan Sifat Hama [internet]. Jakarta ID: Departemen Pendidikan Nasional; [diunduh 2012 Sep 15]. Tersedia pada:_http:202.152.31.170.modulpertaianbudidaya_tanamanmengidenti fikasi_jenis_dan_sifat_hama.pdf. Ignoffo CM. dan Montoya EL. 1976. Teh effects of chemical insecticides and insecticidal adjuvants on a Heliothis Nucleo-polyhidrosisvirus. Jurnal Invertebr. Pathol.,8: 409-412. Indrayani IGAA, Winarno D, dan Deciyanto S. 2009. Potensi patogen serangga dalam pengendalian hama penggerek buah kapas Helicoverpa armigera Hubner. Jurnal Penelitian Tanaman Industri 122: 85-98. Kartasapoetra AG. 1993. Hama Tanaman Pangandan Perkebunan. Ed ke-3. Jakarta ID: Bumi Aksara. Parangin-angin. J. 1992. Pengamatan hama teh dan kentang di PTP Ciater Kabupaten Subang dan perkebunan teh di Cikajang, Kabupaten Garut serta pertanaman kentang di Pangalengan Kabupaten Bandung, Jawa Barat [skripsi]. Bogor ID: Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman, Institut Pertanian Bogor. Parasian F. 2007 Pengaruh Konsentrasi Nuclear polyhedrosis virus terhadap Mortalitas Beberapa Instar Larva Hyposidra talaca Wlk. Lepidoptera: Geometridae [skripsi]. Bogor ID: Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman, Institut Pertanian Bogor [Puslitbun] Pusat Penelitian Perkebunan Gambung. 1992. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh. APPPI-Puslitbun Gambung. Bandung ID. Samiyanto 1999. Pengelolaan Hama. Yogyakarta ID: Lembaga Pendidikan Perkebunan. Sanjaya Y. 2004. Konsumsi Makan dan Pertumbuhan Larva Helicoverpa armigera Toleran terhadap Pemaparan Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus HaNPV. Jurnal Matematika dan Sains. 94: 295-300. Semangun H. 1987. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebuan Indonesia. Yogjakarta ID: Yayasan Pembina Fakultas Pertanian, Universitas Gajah Mada.