Mandor Besar Pengelolaan Kebun dan Upaya Pengendalian Hama Ulat Jengkal (Hypiosidra talaca) dengan Aplikasi Hyposidra talaca Nucleopolyhedrovirus pada Tanaman Teh di PT Perkebunan .Nusantara VIII Gunung Mas Bogor, Jawa Barat.
D
19 tanaman. Hama ulat jengkal Hyposidra talaca biasa ditemukan di dataran
tinggi Simanjuntak 2002. Menurut Hidayat 2001 Larva yang baru menetas dari telur akan
memencar dari pohon pelindung menuju perdu teh dengan bantuan angin atau merayap. Larva yang baru keluar dari telur berukuran antara 1.5 – 2
mm, sedangkan larva instar akhir dapat mencapai panjang 70 – 80 mm. Larva Hyposidra talaca berwarna coklat kehitaman dengan titik-titik putih
pada bagian dorsal. Pada stadium larva hama ini dapat menyerang dan mengakibatkan kerusakan pada pucuk teh Kartasapoetra 1993
Serangan tertinggi hama ulat jengkal di perkebunan teh Gunung Mas biasa terjadi pada musim kemarau atau pada musim peralihan antara
musim hujan ke musim kemarau, atau berkisar antara bulan Juni hingga November. Pada saat musim penghujan serangan hama ulat jengkal
menurun hingga musim peralihan selanjutnya. Parangin-angin 1992 menjelaskan bahwa perkembangan hama ini akan terhambat pada habitat
dengan curah hujan tinggi, karena larva akan jatuh dan terbawa air hujan.
Perkebunan Gunung Mas menggunakan berbagai macam cara pengendalian untuk mengatasi hama ini, antara lain: dengan cara fisik
mekanik yaitu dengan mengumpulkan secara manual pupa-pupa dari hama ini dari dalam tanah, menangkap imago dari Hyposidra talaca dengan
jaring dan perangkap lampu pada malam hari, membungkus pohon-pohon pelindung dengan plastik berperekat untuk memerangkap imago dan
memasang perangkap berperekat di setiap blok kebun.
Selain dengan cara fisik mekanik, pengendalian secara kimiawi juga dilakukan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif metomil
dengan dosis 0.5 – 1 ltha, bahan aktif sipermetrin dengan dosis 0.5 – 1 ltha, serta menggunakan insektisida nabati umbi gadung dan EM4 yang
dicampur dengan insektisida sintetik dengan dosis rendah.
Tetapi pengendalian secara kimiawi yang dilakukan di kebun Gunung Mas dengan penyemprotan juga menimbulkan masalah baru
Gambar 11 Luas serangan Hyposidra talaca tahun 2011
0.00 100.00
200.00 300.00
400.00 500.00
600.00 700.00
800.00
GM1 GM2
CS Total
D
20 seperti resistensi hama, dan keberadaan populasi hama yang tumpang
tindih overlapping sehingga untuk dapat mengendalikan hama ini membutuhkan dosis yang lebih tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh
kegiatan aplikasi yang tidak tepat.
Kegiatan penyemprotan dilakukan secara terjadwal, sedangkan pada kondisi populasi hama tinggi dan jumlah insektisida yang kurang
mencukupi, mengakibatkan dosis yang diaplikasikan di bawah anjuran, hal ini dapat menyebabkan ada hama yang dapat bertahan dan menghasilkan
generasi yang lebih tahan.
Aplikasi yang terjadwal dan pengulangan yang tidak tepat mengakibatkan populasi hama Hyposidra talaca menjadi tumpang tindih.
Penyemprotan yang tidak serempak mengakibatkan ulat berkembang cepat di beberapa blok kebun yang belum diaplikasi, sedangkan di blok lain
yang telah diaplikasi belum tentu terkendali 100, hal inilah yang menyebabkan hama senantiasa ada dengan kondisi instar yang beragam
dari larva instar pertama hingga instar akhir.
Apikasi Lapangan Hyposidra talaca Nucleopolyhedrovirus HtNPV
Keadaan Umum
Nucleopolyhedrovirus NPV termasuk famili Baculoviridae dari genus Baculovirus. Sebagai parasit obligat, NPV hanya dapat berkembang pada sel-sel
hidup. NPV memiliki beberapa keunggulan antara lain: inangnya spesifik, efektif, persisten di alam tanah, air, tanaman, persisten dalam populasi inang rendah,
dan kompatibel dengan cara pengendalian yang lain termasuk insektisida botani dan kimia Tanada dan Kaya 1993.
Efektivitas NPV sebagai agens pengendalian hama terbukti dari hasil penelitian di laboratorium dan lapangan. Pada dosis 20 Polyhedral Inclusion
Bodies PIB mm
2
luas pakan, mortalitas ulat H. armigera instar 3 mencapai 95 pada hari ke-8 setelah perlakuan, hampir sama dengan mortalitas ulat pada dosis
160 PIBmm
2
97,5 pada hari ke-6 Gothama et al. 1989. Aplikasi lapangan Hyposidra talaca Nucleopolyhedrovirus HtNPV
dilakukan di Kebun Teh Gunung Mas, dengan luas areal yang diaplikasi seluas dua patok atau kurang lebih 800 m
2
pada blok kebun 9 yang telah disterilkan tidak disemprot insektisida sintetik. Aplikasi yang dilakukan, menggunakan 40
ekor larva Hyposidra talaca yang telah terinfeksi Nucleopolyhedrovirus NPV dengan ukuran larva 3 – 4 cm. Aplikasi HtNPV dilakukan pada waktu sore hari
antara pukul 16:00 – 17:00, hal ini dilakukan karena NPV sangat rentan terhadap sinar matahari khususnya sinar ultra violet Ignoffo dan Montoya 1976. Alat
semprot yang digunakan adalah power sprayer bertenaga baterei dengan kapasitas tangki 15 liter.
Areal yang digunakan untuk aplikasi dibagi menjadi 12 petakan kecil untuk 4 macam perlakuan dan 3 kali ulangan. Faktor frekuensi penyemprotan menjadi
bentuk perlakuan dalam percoabaan ini, terdiri dari tiga taraf 1 kali 1 minggu P1, 2 kali 1 minggu P2, dan 3 kali 1 minggu P3 serta kontrol tidak
disemprot dan kontrol positif yang disemprot hanya satu kali selama pengamatan P4. Setiap ulangan diambil lima tanaman sebagai sampel yang diamati.