D
18 mempermudah pemerataan pestisida, serta dapat menghindari kerapatan sudut
tajuk. Sudut tajuk yang rapat dapat meningkatkan kelembaban pada tanaman yang menguntungkan perkembangan suatu penyakit Semangun 1987.
5. Pengendalian Hama di Perkebunan
Hama-hama penting yang sering menjadi masalah di perkebunan Gunung Mas ini antara lain: Helopeltis spp., Empoasca sp., dan Hyposidra
talaca. Selain hama ada pula penyakit yang umum menyerang tanaman teh yaitu cacar daun teh blister blight yang disebabkan oleh patogen
Exobasidium vexans.
a. Pengendalian hama penghisap daun Helopeltis spp.
Kepik pengisap daun atau Helopeltis spp. umumnya menyerang pucuk daun muda, akan tetapi juga dapat menyerang daun tua. Kepik ini
menusuk dan mengisap daun teh sehingga membentuk bercak-bercak hitam. Serangan hama ini dipengaruhi oleh kondisi iklim mikro seperti
suhu, kelembaban, dan intensitas sinar matahari.
Pengendalian hama Helopeltis spp yang dilakukan di Gunung Mas antara lain dengan cara mekanik yaitu dengan memasang perangkap
berperekat di beberapa titik pada setiap blok kebun. Dengan cara kimiawi yaitu dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif propoksur dengan
dosis 0.75 – 1 ltha, bahan aktif metomil dengan dosis 0.5 – 1 ltha, bahan aktif sipermetrin dengan dosis 0.5 – 1 ltha, dan menggunakan insektisida
nabati umbi gadung dan EM4 yang dicampur dengan insektisida sintetik dengan dosis rendah.
b. Pengendalian hama wereng hijau Empoasca sp.
Serangga ini menyerang pucuk teh, dengan menusuk dan menghisap cairannya. Jika pucuk sudah habis, serangan dapat berlanjut ke daun
muda dan tua. Gejala serangan berupa perubahan warna tulang daun teh menjadi merah coklat. Pada daun, timbul noda-noda berwarna kemerahan
seperti terbakar leaf burn, kemudian menguning. Pertumbuhan daun menjadi terhambat, dan pucuk daun teh tumbuh tidak normal
Simanjuntak 2002.
Pengendalian hama Empoasca sp. yang dilakukan di Gunung Mas adalah dengan memasang perangkap berperekat serta penyemprotan
insektisida berbahan aktif imidakloprid dengan dosis 0.25 – 0.5 ltha, bahan aktif Bifentrin dengan dosis 0.75 – 1 ltha, serta menggunakan
insektisida nabati umbi gadung dan EM4 yang dicampur dengan insektisida sintetik dengan dosis rendah.
c. Pengendalian hama ulat jengkal Hyposidra talaca
Ulat jengkal menjadi hama yang sangat penting di perkebunan Gunung Mas, serangan berat dari hama ini dapat menurunkan hasil
produksi hingga 40. Hama ini menyerang daun, pupus daun, dan tunas daun teh. Serangan berat dapat menyebabkan daun menjadi berlubang dan
pucuk tanaman menjadi gundul, sehingga hanya meninggalkan tulang daun saja. Hyposidra talaca juga bersifat polifag pada beberapa jenis
D
19 tanaman. Hama ulat jengkal Hyposidra talaca biasa ditemukan di dataran
tinggi Simanjuntak 2002. Menurut Hidayat 2001 Larva yang baru menetas dari telur akan
memencar dari pohon pelindung menuju perdu teh dengan bantuan angin atau merayap. Larva yang baru keluar dari telur berukuran antara 1.5 – 2
mm, sedangkan larva instar akhir dapat mencapai panjang 70 – 80 mm. Larva Hyposidra talaca berwarna coklat kehitaman dengan titik-titik putih
pada bagian dorsal. Pada stadium larva hama ini dapat menyerang dan mengakibatkan kerusakan pada pucuk teh Kartasapoetra 1993
Serangan tertinggi hama ulat jengkal di perkebunan teh Gunung Mas biasa terjadi pada musim kemarau atau pada musim peralihan antara
musim hujan ke musim kemarau, atau berkisar antara bulan Juni hingga November. Pada saat musim penghujan serangan hama ulat jengkal
menurun hingga musim peralihan selanjutnya. Parangin-angin 1992 menjelaskan bahwa perkembangan hama ini akan terhambat pada habitat
dengan curah hujan tinggi, karena larva akan jatuh dan terbawa air hujan.
Perkebunan Gunung Mas menggunakan berbagai macam cara pengendalian untuk mengatasi hama ini, antara lain: dengan cara fisik
mekanik yaitu dengan mengumpulkan secara manual pupa-pupa dari hama ini dari dalam tanah, menangkap imago dari Hyposidra talaca dengan
jaring dan perangkap lampu pada malam hari, membungkus pohon-pohon pelindung dengan plastik berperekat untuk memerangkap imago dan
memasang perangkap berperekat di setiap blok kebun.
Selain dengan cara fisik mekanik, pengendalian secara kimiawi juga dilakukan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif metomil
dengan dosis 0.5 – 1 ltha, bahan aktif sipermetrin dengan dosis 0.5 – 1 ltha, serta menggunakan insektisida nabati umbi gadung dan EM4 yang
dicampur dengan insektisida sintetik dengan dosis rendah.
Tetapi pengendalian secara kimiawi yang dilakukan di kebun Gunung Mas dengan penyemprotan juga menimbulkan masalah baru
Gambar 11 Luas serangan Hyposidra talaca tahun 2011
0.00 100.00
200.00 300.00
400.00 500.00
600.00 700.00
800.00
GM1 GM2
CS Total