Pelaksana Kegiatan Tingkat Karyawan

D 20 seperti resistensi hama, dan keberadaan populasi hama yang tumpang tindih overlapping sehingga untuk dapat mengendalikan hama ini membutuhkan dosis yang lebih tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh kegiatan aplikasi yang tidak tepat. Kegiatan penyemprotan dilakukan secara terjadwal, sedangkan pada kondisi populasi hama tinggi dan jumlah insektisida yang kurang mencukupi, mengakibatkan dosis yang diaplikasikan di bawah anjuran, hal ini dapat menyebabkan ada hama yang dapat bertahan dan menghasilkan generasi yang lebih tahan. Aplikasi yang terjadwal dan pengulangan yang tidak tepat mengakibatkan populasi hama Hyposidra talaca menjadi tumpang tindih. Penyemprotan yang tidak serempak mengakibatkan ulat berkembang cepat di beberapa blok kebun yang belum diaplikasi, sedangkan di blok lain yang telah diaplikasi belum tentu terkendali 100, hal inilah yang menyebabkan hama senantiasa ada dengan kondisi instar yang beragam dari larva instar pertama hingga instar akhir. Apikasi Lapangan Hyposidra talaca Nucleopolyhedrovirus HtNPV Keadaan Umum Nucleopolyhedrovirus NPV termasuk famili Baculoviridae dari genus Baculovirus. Sebagai parasit obligat, NPV hanya dapat berkembang pada sel-sel hidup. NPV memiliki beberapa keunggulan antara lain: inangnya spesifik, efektif, persisten di alam tanah, air, tanaman, persisten dalam populasi inang rendah, dan kompatibel dengan cara pengendalian yang lain termasuk insektisida botani dan kimia Tanada dan Kaya 1993. Efektivitas NPV sebagai agens pengendalian hama terbukti dari hasil penelitian di laboratorium dan lapangan. Pada dosis 20 Polyhedral Inclusion Bodies PIB mm 2 luas pakan, mortalitas ulat H. armigera instar 3 mencapai 95 pada hari ke-8 setelah perlakuan, hampir sama dengan mortalitas ulat pada dosis 160 PIBmm 2 97,5 pada hari ke-6 Gothama et al. 1989. Aplikasi lapangan Hyposidra talaca Nucleopolyhedrovirus HtNPV dilakukan di Kebun Teh Gunung Mas, dengan luas areal yang diaplikasi seluas dua patok atau kurang lebih 800 m 2 pada blok kebun 9 yang telah disterilkan tidak disemprot insektisida sintetik. Aplikasi yang dilakukan, menggunakan 40 ekor larva Hyposidra talaca yang telah terinfeksi Nucleopolyhedrovirus NPV dengan ukuran larva 3 – 4 cm. Aplikasi HtNPV dilakukan pada waktu sore hari antara pukul 16:00 – 17:00, hal ini dilakukan karena NPV sangat rentan terhadap sinar matahari khususnya sinar ultra violet Ignoffo dan Montoya 1976. Alat semprot yang digunakan adalah power sprayer bertenaga baterei dengan kapasitas tangki 15 liter. Areal yang digunakan untuk aplikasi dibagi menjadi 12 petakan kecil untuk 4 macam perlakuan dan 3 kali ulangan. Faktor frekuensi penyemprotan menjadi bentuk perlakuan dalam percoabaan ini, terdiri dari tiga taraf 1 kali 1 minggu P1, 2 kali 1 minggu P2, dan 3 kali 1 minggu P3 serta kontrol tidak disemprot dan kontrol positif yang disemprot hanya satu kali selama pengamatan P4. Setiap ulangan diambil lima tanaman sebagai sampel yang diamati. D 21 Pengamatan dilakukan setiap hari hingga jumlah penurunan populasi hama mencapai 100. Larva yang mati karena terinfeksi virus ini di lapangan, ditemukan pada bagian pucuk tanaman dalam posisi menggantung, membentuk huruf V terbalik Granados dan Frederici 1986. Menurut Sanjaya 2004, infeksi NPV akan mengakibatkan kerusakan sel- sel kolumnar yang terdapat di dalam saluran pencernaan bagian tengah, yang mengakibatkan kerusakan sistem pencernaan dan menurunkan konsumsi makan. Infeksi NPV biasanya dimulai dari saluran pencernaan, kemudian menyerang organ-organ internal serangga lainnya. Waktu dari NPV mulai tertelan sampai menunjukkan gejala serangan relatif lama, yaitu 2 sampai 3 hari dan kematian ulat baru terjadi pada hari ke-4 hingga ke-7 setelah infeksi Indrayani dkk 2009. Laju Penurunan Populasi Larva Hyposidra talaca Perlakuan Hyposidra talaca Nucleopolyhedrovirus HtNPV dengan empat taraf berdasarkan frekuensi aplikasinya, mengakibatkan tingkat penurunan populsi larva Hyposidra talaca yang beragam. Penurunan populasi larva H. talaca terbesar disebabkan kematian akibat aplikasi NPV. Larva yang mati karena terinfeksi virus ini di lapangan, banyak ditemukan dalam posisi menggantung pada bagian pucuk tanaman tetapi ada pula yang menempel dan hancur di permukaan daun teh Gambar 12. Dari hasil pengamatan yang dilakukan selama 11 hari, terlihat bahwa perlakuan P2 dan P3 menunjukkan penurunan jumlah larva tertinggi pada hari ke- 6 setelah aplikasi, dengan jumlah larva yang mati pada hari ke-6 untuk perlakuan P3 sebanyak 6 ekor dan perlakuan P2 sebanyak 5 ekor, sedangkan pada perlakuan P1 dan P4 penurunan larva tertinggi pada hari ke-7 setelah aplikasi yaitu untuk P1 sebanyak 5 ekor dan P4 sebanyak 4 ekor. Gambar 12 Larva Hyposidra talaca yang mati karena aplikasi NPV di lapangan