D
17 pangkasan. Umumnya pemetikan ini dilakukan 3-4 kali sampai bidang petik
rata dan rapat. Petikan produksi merupakan kegiatan lanjutan setelah pemetikan
jendangan dan merupakan tahapan terpanjang dalam pengambilan hasil tanaman teh. PT Perkebunan Nusantara VIII Kebun Gunung Mas
menggunakan rumus petikan medium.
Sebenarnya semakin muda pucuk, semakin baik kualitasnya. Tetapi,
dengan sistem pemetikan yang memiliki siklus, maka pemetikan dilakukan dengan memperhatikan ketersediaan pucuk yang akan datang. Petikan yang
dikehendaki PTPN VIII Kebun Gunung Mas adalah : P+1M, P+2M, P+3M, B+1M, B+2M, B+3M.
Petikan gendesan dilaksanakan satu sampai tiga hari menjelang pangkasan. Petikan dilakukan dengan memetik semua pucuk yang memenuhi
syarat mutu standar untuk diolah dipetik bersih tanpa memerhatikan daun yang ditinggalkan.
Selain pemetikan secara manual, kebun teh Gunung Mas telah menggunakan teknologi mesin petik. Salah satu tujuan digunakannya
teknologi ini adalah menutup kekurangan tenaga kerja petik dan meningkatkan efisiensi. Tetapi penggunaan mesin petik ini masih dalam taraf
uji coba.
Pemangkasan dan pemetikan yang sejajar dengan kemiringan lahan dapat mengurangi kemungkinan terserang penyakit cacar daun teh yang
disebabkan oleh patogen Exobasidium vexans. Permukaan kebun yang rata Gambar 9 Kegiatan pemetikan pucuk teh secara manual
Gambar 10 Kegiatan pemetikan teh dengan mesin petik
D
18 mempermudah pemerataan pestisida, serta dapat menghindari kerapatan sudut
tajuk. Sudut tajuk yang rapat dapat meningkatkan kelembaban pada tanaman yang menguntungkan perkembangan suatu penyakit Semangun 1987.
5. Pengendalian Hama di Perkebunan
Hama-hama penting yang sering menjadi masalah di perkebunan Gunung Mas ini antara lain: Helopeltis spp., Empoasca sp., dan Hyposidra
talaca. Selain hama ada pula penyakit yang umum menyerang tanaman teh yaitu cacar daun teh blister blight yang disebabkan oleh patogen
Exobasidium vexans.
a. Pengendalian hama penghisap daun Helopeltis spp.
Kepik pengisap daun atau Helopeltis spp. umumnya menyerang pucuk daun muda, akan tetapi juga dapat menyerang daun tua. Kepik ini
menusuk dan mengisap daun teh sehingga membentuk bercak-bercak hitam. Serangan hama ini dipengaruhi oleh kondisi iklim mikro seperti
suhu, kelembaban, dan intensitas sinar matahari.
Pengendalian hama Helopeltis spp yang dilakukan di Gunung Mas antara lain dengan cara mekanik yaitu dengan memasang perangkap
berperekat di beberapa titik pada setiap blok kebun. Dengan cara kimiawi yaitu dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif propoksur dengan
dosis 0.75 – 1 ltha, bahan aktif metomil dengan dosis 0.5 – 1 ltha, bahan aktif sipermetrin dengan dosis 0.5 – 1 ltha, dan menggunakan insektisida
nabati umbi gadung dan EM4 yang dicampur dengan insektisida sintetik dengan dosis rendah.
b. Pengendalian hama wereng hijau Empoasca sp.
Serangga ini menyerang pucuk teh, dengan menusuk dan menghisap cairannya. Jika pucuk sudah habis, serangan dapat berlanjut ke daun
muda dan tua. Gejala serangan berupa perubahan warna tulang daun teh menjadi merah coklat. Pada daun, timbul noda-noda berwarna kemerahan
seperti terbakar leaf burn, kemudian menguning. Pertumbuhan daun menjadi terhambat, dan pucuk daun teh tumbuh tidak normal
Simanjuntak 2002.
Pengendalian hama Empoasca sp. yang dilakukan di Gunung Mas adalah dengan memasang perangkap berperekat serta penyemprotan
insektisida berbahan aktif imidakloprid dengan dosis 0.25 – 0.5 ltha, bahan aktif Bifentrin dengan dosis 0.75 – 1 ltha, serta menggunakan
insektisida nabati umbi gadung dan EM4 yang dicampur dengan insektisida sintetik dengan dosis rendah.
c. Pengendalian hama ulat jengkal Hyposidra talaca
Ulat jengkal menjadi hama yang sangat penting di perkebunan Gunung Mas, serangan berat dari hama ini dapat menurunkan hasil
produksi hingga 40. Hama ini menyerang daun, pupus daun, dan tunas daun teh. Serangan berat dapat menyebabkan daun menjadi berlubang dan
pucuk tanaman menjadi gundul, sehingga hanya meninggalkan tulang daun saja. Hyposidra talaca juga bersifat polifag pada beberapa jenis