Plankton Prinsip Kerja Metode Hidroakustik

kebisingan yang berasal dari listrik di peralatan, akustik gaung atau gema gabungan dari non target species plankton misalnya dalam kasus survei ikan. Apapun sumber, mengaburkan suara gema yang lebih kecil dengan ukuran keinginan. Ketika sebuah sinyal threshold diterapkan, setiap gema yang lebih kecil daripada ambang batas juga diabaikan. Bias tergantung pada rasio amplitudo sinyal dan noise SNR McLennan dan Simmonds, 1992. Menurut MacLennan dan Simmonds 1992, dalam keadaan yang menguntungkan, yang unthresholded echogram mungkin menunjukkan tanda- tanda yang jelas dari gerombolan schooling atau resiko terhadap ikan besar dengan latar belakang planktonik diabaikan. Di sisi lain, jika plankton mendominasi gema echo yang lengkap integral, menjadi lebih banyak meskipun secara individual lebih lemah daripada mereka yang berasal dari ikan, baik dipilih ambang sinyal mungkin satu-satunya cara untuk menolak plankton gema. Survey yang dilakukan di wilayah tropis sering terjadi gema plankton yang kuat.

2.1.6. Plankton

Istilah plankton pertama kali digunakan oleh Victor Hensen pada tahun 1887, dan disempurnakan oleh Haeckel tahun 1980. Dalam bidang perikanan, plankton didefinisikan sebagai jasad renik yang melayang dalam air, tidak bergerak, dan mengembara mengikuti arus. Plankton dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu fitoplankton plankton tumbuhan atau plankton nabati dan zooplankton plankton hewani. Plankton telah dipelajari dengan metode akustik sejak bertahun-tahun lalu, namun ketertarikan pada bidang ini kini jelas. Salah satunya untuk melihat kontribusi penutupaan zooplankton dan micronekton menjadi daya tarik tersendiri. Ada tiga tema terkemuka yang dibahas di kota Scotland mengenai plankton yaitu pertama, pemahaman dari penyebaran plankton bahwa secara regeresinya dalam penggunaan akustik perikanan tidak cukup menggambarkan hubungan pantulan akustik dan kelimpahan, ukuran, jenis, perilaku dari plankton. Kedua, instrumen akustik pada sampel plankton menggunakan resolusi frekuensi yang tinggi dan bandwidth yang lebar untuk mendapatkan data yang baik. Terakhir menjelaskan bahwa hamburan kompleks pada suara yang dihasilkan oleh plankton mengandung informasi yang dapat digunakan untuk menafsirkan kelimpahan dan parameter biofisik lainnya MacLennan dan Holiday, 1996. Berdasarkan sebaran vertikal plankton dibagi menjadi : a Epiplankton Epiplankton adalah plankton yang hidup di lapisan permukaan sampai kedalaman sekitar 100 m. Lapisan laut teratas merupakan lapisan sedalam sinar matahari dapat menembus perairan. Namun dari kelompok epiplankton ini ada juga yang hanya hidup di lapisan yang sangat tipis di permukaan yang langsung berbatasan dengan udara. Plankton semacam ini disebut neuston. Contoh yang menarik adalah fitoplankton Trichodesmium, yang merupakan sianobakteri berantai panjang yang hidup di permukaan dan mempunyai keistimewaan dapat mengikat nitrogen langsung dari udara. Neuston yang hidup pada kedalaman sekitar 0-10 cm disebut hiponeuston. Ternyata lapisan tipis ini mempunyai arti yang penting karena bisa mempunyai komposisi jenis yang kompleks. Dari kelompok neuston ini ada juga yang mengambang di permukaan dengan sebagian tubuhnya dalam air dan sebagian lain lagi tersembul ke udara yang disebut pleuston. b Mesoplankton. Mesoplankton yakni plankton yang hidup di lapisan tengah, pada kedalaman sekitar 100-400. Pada lapisan ini intensitas cahaya sudah sangat redup sampai gelap. Oleh sebab itu, di lapisan ini fitoplankton, yang memerlukan sinar matahari untuk fotosintesis, umumnya sudah tidak dijumpai. Lapisan ini dan lebih dalam didominasi oleh zooplankton. c Hipoplankton Hipoplankton adalah plankton yang hidupnya pada kedalaman lebih dari 400 m. Termasuk dalam kelompok ini adalah batiplankton bathyplankton yang hidup pada kedalaman 600 m, dan abisoplankton abyssoplankton yang hidup di lapisan yang paling dalam, sampai 3000 – 4000 m. Sebagai contoh, dari kelompok eufausid, Bentheuphausia ambylops dan Thysanopoda adalah jenis tipikal laut-dalam yang menghuni perairan pada kedalaman lebih dari 1500 m. Kelompok kaetognat, Eukrohnia hamata, dan Eukrohnia bathypelagica termasuk yang hidup pada kedalaman lebih dari 1000 m. Menurut Widodo et. al 1998 terdapat beberapa metode untuk melakukan estimasi potensi sumberdaya ikan di Laut Indonesia, salah satunya adalah dengan metode hidroakustik. Perkembangan teknologi dewasa ini berdampak baik pada perkembangan teknologi hidroakustik sehingga mampu mendeteksi agregasi dari plankton . Salah satunya Simrad EK-60 dan EY-60 adalah alat akustik yang mampu mendeteksi plankton SIMRAD, 2008. Keungulan yang dimiliki oleh EK-60 adalah alat ini dapat dioperasikan dengan simultan 7 frekuensi yang berbeda dengan jarak frekuensi 18-333kHz dengan jarak dinamik 150 dB. Menurut APEM data hidroakustik yang terekam memiliki koordinat GPS Global Positioning System sehingga data akustik dapat dengan mudah diaplikasikan dalam bidang GIS Geographic Information System.

2.1.7. Analisis Dinamika Plankton dan Ikan di Perairan