Volume Backscattering Strength SV Elementary Sampling Distance Unit ESDU Threshold

gelombang suara, impedansi akustik dan bagian tubuh ikan daging, tulang, kekenyalan kulit dan distribusi sirip dan ekor walaupun pengaruh elemen terakhir ini kecil karena kerapatannya tidak berbeda jauh dengan air MacLennan dan Simmonds, 2005. TS plankton adalah angka yang menjadi indikasi ukuran dari echo tersebut. Semakin besar nilai echo maka semakin besar energi yang dikembalikan ke receiver oleh target. Satuan ukuran Standard Internasional SI untuk TS dinyatakan dalam bentuk decibel dB. Decibel adalah bentuk logaritmik dari dari perbandingan atau rasio dua intensitas yang dikarenakan nilai yang terlibat bisa sangat besar atau sangat kecil. MacLennan dan Simmonds 2005 memformulasikan TS sebagai backscattering cross-section dari target yang mengembalikan sinyal dan dinyatakan dalam persamaan : TS = 10 lo g σ 4π ....................................................... 1 Dimana σ = Individu target strength atau kesetaraan backscattering cross-section σ bs dengan TS yang dinyatakan oleh Burczynski dan Johnson 1986 dengan persamaan : TS = 10 log σ bs ............................................................. 2

2.1.3. Volume Backscattering Strength SV

Volume Backscattering Strength SV merupakan rasio antara intensitas yang direfleksikan oleh suatu group single target dimana target berada pada suatu volume air Lurton, 2002. Hal ini mirip dengan definisi TS dimana nilai TS merupakan hasil dari deteksi organisme tunggal sedangkan SV merupakan nilai untuk mendetaksi organisme kelompok. Xie dan Jones 2009 menyatakan SV didefinisikan kedalam persamaan : SV = 10 log I s I i .......................................................................... 3 Dimana I s = Intensitas scattering volume yang diukur 1 m dari pusat gelombang akustik. I i = Intensitas scattering yang dipancarkan

2.1.4. Elementary Sampling Distance Unit ESDU

Elementary Sampling Distance Unit ESDU adalah panjang dari jalur pelayaran dimana rata-rata dari pengukuran akustik diambil sebagai sebuah data. Sistem modern untuk analisis data akustik, seperti Echoview yang dikembangkan oleh Sonar data memungkinkan ESDU untuk dipakai. Jika ESDU terlalu besar, maka informasi penting tentang distribusi stok secara geografis akan hilang. Jika terlalu kecil, maka secara berturut-turut data akan didominasi oleh perubahan lokal. Data ESDU disusun berdasarkan waktu disamping jarak, selama jumlah ping di setiap ESDU tetap untuk menjaga keseragaman data secara statistik MacLennan dan Simmonds, 2005. Proses integrasi data akustik echogram untuk mencari nilai TS dan SV ikan pelagis dimulai dengan pengaturan EDSU dimana ping yang digunakan adalah 85 dengan threshold -20 sampai -60 dB. Pada kelompok target plankton, proses penyetingan nilai EDSU, digunakan threshold -85 sampai -100 dB dengan 85 ping MacLennan dan Simmonds, 2005.

2.1.5. Threshold

Jumlah target dapat dihitung dengan metode akustik yaitu dengan menjumlahkan sinyal secara keseluruhan yang terdapat dalam kolom terintegrasi. Saat melakukan integrasi terlebih dahulu menetapkan nilai minimum dan maksimum dari threshold sehingga sinyal yang muncul di dalam kolom adalah sinyal yang telah melalui atau di dalam batasan threshold yang diberikan MacLennan dan Simmonds, 2005. Nilai threshold dapat digunakan untuk melihat perbedaan jumlah kawanan ikan dan plankton pada masing-masing threshold yang diujikan. Biasanya dalam melakukan suatu penelitian digunakan sebanyak 3 thresshold yaitu pada kisaran - 80 dB; -75 dB; -70 dB. Perkiraan nilai tersebut digunakan untuk menjaring target yang diperkirakan sebagai nilai ikan ataupun plankton. Cara ini mengikuti Longerwell yang menggunakan 4 threshold: -69 dB; -75 dB; -79 dB; dan -85 dB. Duror 2004 menyebutkan bahwa kisaran nilai backscattering volume zooplankton krill pada kedalaman 5-200 m untuk frekuensi 120 kHz antara - 92,75 dB sampai dengan -73,49 dB, sementara untuk frekuensi 38 kHz antara - 86,75 dB sampai dengan -62,64 dB. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sunardi, 2008 menjelaskan pada threshold -44,49 dB--43,96 dB berupa target Selar boops Oxeve scad, dan pada threshold -45,34dB--43,06 dB berupa Megalapis cordyla Torpedao scad Tabel 1.. Pada threshold -50 dB target berupa ikan kembung Rastrelliger kanagurata, threshold -47,7 dB berupa ikan layang Decapterus russelli, dan threshold -44,9 dB ikan selar bentong Selar crumenophthalmus Muripto, 2000. Namun pada penelitian berdasarkan index values related to the threshold dengan nilai indeks hubungannya terhadap threshold untuk Decapterus russelli Lf fork length atau panjang standar = 15 cm berada pada threshold -51,4 dB dan Selar crumenophthalmus Lf= 12,3 cm berada threshold pada 51,3 dB Cqtel, 1995. Untuk threshold -75 dB--63 dB merupakan spesies gelatinous animal Aurelius Aurelia Mutlu,1996. Ikan selar pada perairan dapat ditemukan pada kisaran kedalaman 10-700 meter, ikan layang Decapterus russelli dapat ditemukan pada kisaran kedalaman 20-100 meter, ikan kembung Rastrelliger kanagurata dapat ditemukan pada kedalaman 26 meter sedangkan Aurelius Aurelia yang termasuk jenis jellyfish yang dapat ditemukan diperairan pada kisaran kedalaman 20-700 meter. Hal tersebut diperkuat pada survey yang dilakukan “ANNEX I: Scientific and technical staff of the survey Sumatra, 6-30 August 1980”. Tabel 1. TS data from in situ measurement Sunardi, 2008 Variabel Selar boops Megalapis cordyla Source level dB 236 225 Range of fish depth meter 6,98-7,69 8,44-10,99 TS average at low frequency dB -44,49 -45,34 TS average at high frequency dB -43,96 -43,06 Scomberomorus commerson dan Scomberomorus guttatus termasuk spesies mackerel ditemukan di perairan Indonesia. Scomberomorus commerson yang biasa dikenal dengan ikan tjalong atau ikan tenggiri ini ditemukan pada kisaran kedalaman 10-70 meter diperairan, sedangkan Scomberomorus guttatus ikan tenggiri ditemukan pada kisaran kedalaman 20-90 meter Pauly, 1995. Scomberomorus commerson dan Scomberomorus guttatus memiliki nilai target strength pada range threshold -40,3 sampai -38,6 di perairan Tabel 2. Table 2. Target Strength Nakken, 1977. Spesies Freq. kHz TS dB Mackerel 38 38 120 120 -40,3 -38,6 -41,9 -40,6 Horse Mackerel 38 120 -34,0 -30,9 Prawn 38 38 120 120 -52,4 -47,4 -57,2 -51,2 Neoscopelus macrolepidotus dan Myctophum splendidum yang ditemukan pada kedalaman 0-289 meter Weber, 1965. Neoscopelus macrolepidotus dan Myctophum splendidum merupakan spesies yang dapat ditemukan di perairan Flores. Thunnus obesus dan Thunnus albacores merupakan spesies mackerel yang dapat ditemukan pada perairan di kisaran kedalaman 0-1500 meter Josse, 2000. Astrones chrysophekadion dan Astrones cyaneus yang dapat ditemukan pada kedalaman ≤ 200 meter pada saat juvenile sedangkan pada saat dewasa ditemukan pada kedalaman 300-1400 m bahkan dapat mencapai 2000 m Gloerfalt-Trap, 1979. Pada Table 4. merupakan spesies ikan yang terdapat dalam hasil tangkapan trawl diperairan Indonesia berdasarkan survei yang dilaksanakan pada tahun 1974 hingga 1981. Survei ini dilakukan dengan menggunakan kapal-kapal penelitian Jurong, Mutiara 4, Dr. Fridtjof Nansen, Lemuru dan Bawal Putih 2. Keberadaaan ikan tersebut merupakan spesies yang ditemukan pada perairan Barat Indonesia dan perairan Selatan Australia. Dapat lebih jelasnya dapat di lihat sebagai berikut. Tabel 3. Teleostei yang ditemukaan di perairan Indonesia Pauly, 1995. Spesies Depth Range Meter Habitat Spesies Depth Range Meter Habitat Pellona ditchela 55 Pelagis Gazza minuta 110 Demersal Sardinella gibbosa 70 Pelagis Pampus argentus 110 Pelagis Leiognathus leuciscus 70 Demersal Pomadasys argenteus 115 Demersal Scomberomorus commerson 70 Pelagis Dussumieria acuta 120 Pelagis Amblygaster sirm 75 Pelagis Caranx tille 120 Demersal Nemipterus thosaporni 80 Demersal Pristipomoides typus 120 Demersal Lactarius lactarius 90 Demersal Upeneus moluccensis 120 Demersal Upeneus sulphureus 90 Demersal Sphyraena obtusata 120 Pelagis Rastrelliger kanagurta 90 Pelagis Decapterus macrosoma 140 Pelagis Scomberomorus guttatus 90 Pelagis Diagramma pictum 170 Demersal Sardinella lemuru 100 Pelagis Gymnocranius grandculis 170 Demersal Caranx ignobilis 100 Demersal Abalistes stellatus 170 Demersal Leiognathus splendens 100 Demersal Netuma thalassina 195 Demersal Leiognathus bindus 100 Demersal Pentaprion longimanus 220 Demersal Aprion virescens 100 Demersal Decapterus russelli 275 Demersal Parastromateus niger 105 Demersal Saurida micropectoralis 290 Demersal Selar crumenophthalmus 107 Pelagis Saurida undosquamis 290 Demersal Carangoides malabaricus 110 Demersal Terapon jarbua 290 Demersal Pomadasys maculatus 110 Demersal Priacanthus macracanthus 350 Demersal Leiognathus equulus 110 Demersal Trichiurus lepturus 385 Demersal Neoscopelus macrolepidotus 289 Demersal Myctophum splendidum 289 Demersal Thunnus obesus 1500 Pelagis Thunnus albacores 1500 Pelagis Astrones chrysophekadion 200 Pelagis Astrones cyaneus 200 Pelagis Pada dasarnya ambang sinyal diterapkan untuk menghapus suara, suara yang dimaksud berupa sinyal tidak diinginkan oleh echosounder, baik itu kebisingan yang berasal dari listrik di peralatan, akustik gaung atau gema gabungan dari non target species plankton misalnya dalam kasus survei ikan. Apapun sumber, mengaburkan suara gema yang lebih kecil dengan ukuran keinginan. Ketika sebuah sinyal threshold diterapkan, setiap gema yang lebih kecil daripada ambang batas juga diabaikan. Bias tergantung pada rasio amplitudo sinyal dan noise SNR McLennan dan Simmonds, 1992. Menurut MacLennan dan Simmonds 1992, dalam keadaan yang menguntungkan, yang unthresholded echogram mungkin menunjukkan tanda- tanda yang jelas dari gerombolan schooling atau resiko terhadap ikan besar dengan latar belakang planktonik diabaikan. Di sisi lain, jika plankton mendominasi gema echo yang lengkap integral, menjadi lebih banyak meskipun secara individual lebih lemah daripada mereka yang berasal dari ikan, baik dipilih ambang sinyal mungkin satu-satunya cara untuk menolak plankton gema. Survey yang dilakukan di wilayah tropis sering terjadi gema plankton yang kuat.

2.1.6. Plankton