Metode iradiasi telah disetujui oleh tiga badan dunia yaitu The Joint Expert Committee on Wholesomeness of Irradiation Foods JECWIF yang
mewakili WHO, IAEA dan FAO tahun 1981 setelah menelaah data-data makanan yang diiradiasi sampai dosis rata-rata 1 Mrad, sehat untuk
dikonsumsi. Selanjutnya Codex Allimentarius Comunission dari FAO mengesahkan kesimpulan yang dikeluarkan JECWIF.
Oleh karena itu, perlu diinformasikan mengenai aplikasi iradiasi dalam teknik pengawetan pangan dan pengaruhnya terhadap keamanan dan mutu
pangan yang merupakan masalah yang banyak mendapat perhatian dan menimbulkan kesalahpahaman. Penelitian yang dilakukan oleh Al-Bachir
2007 membuktikan bahwa radiasi menggunakan sinar gamma dengan dosis 2, 4, dan 6 kGy dapat digunakan untuk mengontrol Total Plate Count
pada daging unta serta dapat meningkatkan umur simpan dari dua bulan menjadi lebih dari enam bulan. Iradiasi gamma tidak menyebabkan
perubahan kualitas karakteristik daging unta.
F. Toksikologi Iradiasi
Iradiasi tidak menyebabkan pangan menjadi bersifat radioaktif, seperti halnya pada alat pendeteksi bagasi atau barang di airport tidak menjadikan
bagasi atau barang tersebut bersifat radioaktif. Selain itu, juga tidak menyebabkan perubahan konponen kimia menjadi komponen yang
berbahaya. Proses iradiasi ini memang dapat menyebabkan kehilangan sejumlah komponen nutrisi, namun tidak lebih dari metode pengolahan
lainnya seperti halnya pemasakan, pengalengan, atau aplikasi pasteurisasi. Agar pangan yang diiradiasi tidak tercampur dengan pangan non iradiasi,
maka pangan iradiasi disyaratkan menggunakan label radura agar dapat dibedakan FDA Consumer Magazine, 2000.
Dosis yang masih dinyatakan aman hingga saat ini untuk iradiasi makanan oleh WHO. FAO, IAEA Badan Tenaga Atom Internasional
adalah sampai pada dosis 10 kGy. Sehubungan dengan hal itu, maka ketiga organisasi dunia tersebut memberikan anjuran agar semua makanan yang
diiradiasi dengan dosis hingga batas 10 kGy tidak memerlukan pemeriksaan toksikologi Eale, 1998.
Bradley et al 1968 menginkubasi akar Vicia favia dalam larutan sukrosa 2 yang telah diiradiasi dengan dosis 20 kGy. Inkubasi dilakukan
selama empat jam pada pH 3-7.5 serta 24 jam pada larutan pH 6.5. Penelitian tersebut menghasilkan peningkatan anafase abnormal hanya pada
larutan yang memiliki pH rendah. Peningkatan tersebut disebabkan oleh larutan sukrosa telah diiradiasi pada dosis yang lebih tinggi dari kontrol.
Vijayalaxmi 1980 melakukan iradiasi pada media kultur sel limfosit dengan dosis lebih dari 20 kGy. Media yang diiradiasi tersebut dibagi
menjadi dua perlakuan, yaitu penggunaan langsung pada sel limfosit atau penyimpanan media selama 12 bulan.sebelum digunakan. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa tidak ada efek mutagenik yang ditemukan pada sel limfosit pada kedua macam media tersebut.
G. Radikal Bebas