Komponen Bioaktif Rempah-Rempah Pepes Ikan Mas

Reaksi yang cepat dari radikal DPPH dapat terjadi dengan berberapa polifenol, termasuk tokoferol, tetapi reaksi sekunder yang lambat dapat menyebabkan penurunan yang progresif pada nilai absorbansi. Oleh sebab itu, keadaan tetap steady state mungkin tidak tercapai pada berberapa saat lamanya. Berberapa laporan mengatakan bahwa aktifitas pencegahan terjadi setelah 15 menit hingga 30 menit Gordon, 1992

I. Komponen Bioaktif Rempah-Rempah Pepes Ikan Mas

Pepes adalah produk olahan daging unggas atau ikan dengan menambahkan rempah bumbu pada daging dan dikemas dengan menggunakan daun pisang. Rempah atau bumbu yang digunakan dalam pembuatan pepes ikan mas adalah bawang putih, kunyit, jahe, daun sereh, lemon, lemon grass, dan bay leaves Irawati et al 2000 . Berikut ini adalah informasi komponen bioaktif yang terdapat pada masing-masing rempah atau bumbu pada pembuatan pepes ikan mas: 1. Bawang Putih Bawang putih Allium sativum Linn. termasuk salah satu rempah-rempah yang telah terbukti dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Komponen bawang putih yang telah terbukti dapat menghambat mikroba adalah alisin atau asam diallil tiosulfinat. Daya antimikroba tinggi yang dimiliki bawang putih dikarenakan kandungan alisin yang tinggi dan senyawa sulfida lain yang terjandung dalam minyak atsiri bawang putih Whitmore dan Naidu, 2000. Daya antimikroba inilah yang membuatnya berpotensi dijadikan sebagai pengawet bahan pangan. Komponen bioaktif lainnya adalah alliin, gurwithrays, scordinin, dan ajoene Soetomo, 1987. 2. Kunyit Komponen bioaktif yang dapat memberikan aktivitas antimikroba adalah kurkumin. Pada penelitian Ramprasad dan Siri 1995 menunjukkan bahwa kurkumin memiliki sifat antibakteri, terutama Micrococcus pyrogenes var. aureus. Hal ini karena kurkumin merupakan senyawa fenolik yang mekanisme kerjanya mirip dengan senyawa fenolik lainnya. Fungsi lain dari kurkumin adalah sebagai antioksidan, antiinflamasi, efek pencegah kanker serta menurunkan risiko serangan jantung anonim, 2006. 3. Jahe Komponen bioaktif yang terdapat pada jahe meliputi minyak atsiri dan oleoresin. Minyak atsiri jahe merupakan komponen pemberi aroma yang khas, sedangkan oleoresin merupakan pemberi rasa pedas dan pahit. Komponen utama minyak atsiri jahe adalah zingiberen dan zingiberol. Secara umum oleoresin jahe tersusun oleh komponen- komponen sebagai berikut: gingerol dan zingeron, shagaol, minyak atsiri, dan resin Koswara, 1995. Jahe juga termasuk jenis rempah yang berpotensi memiliki aktifitas antioksidan dan antikanker yang tinggi Darwis et al, 1991. Kikuzaki dan Nakatani 2000 juga meyakini dalam jahe terkandung sejumlah senyawa fenolik yang bersifat antioksidan. 4. Lemon Buah jeruk lemon Citrus medica Var. Lemon berbentuk bulat telur dan pada ujungnya terdapat sebuah tonjolan. Buah ini banyak mengandung vitamin C yang dapat berfungsi sebagai antioksidan Sarwono, 1991. 5. Lengkuas Lengkuas termasuk dalam famili Zingiberaceae, dan memiliki nama lain Alpinia galanga L. Swartz. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahayu 1999 menunjukkan bahwa minyak atsiri lengkuas mengandung 29 komponen dengan komponen utama 8-pinen, 1,8-sineol, farnasen, isokariofen, dan asetokavikol asetat. Komponen minyak tersebut diketahui bersifat antimikroba. Ekstrak air lengkuas diperkirakan mengandung senyawa fenolik seperti asam fenolat, turunan dehidrosinamat dan flavonoid Duke, 1994. 6. Cabe Merah Cabe memiliki rasa pedas, yang disebabkan oleh kandungan capcaisin dan dihidrocapcaisin. Kandungan homocapcaisin dan homodihidrocapcaisin terdapat dalam konsentrasi sangat kecil. Selain itu pada cabe merah terdapat karotenoid capsanthin, capsorubin, carotene, dan lutein, lemak 9-17, protein 12-15, vitamin A, vitamin C, dan sejumlah kecil minyak volatil Lukmana, 1994. 7. Daun Salam Daun salam Syzygium polyanthum mengandung minyak atsiri nerolidol, farnesol, lonalool, aldehida, pinen, tanin, flavonoid, alkaloid, saponin, dan steroid. Senyawa fenolik, flavonoid, minyak atsiri, terpena, asam organik tertentu, dan alkaloid tanaman mempunya aktivitas antimikroba Syamsuhidayat, 1991.

J. Eritrosit