Hubungan Fitoplankton dengan Klorofil-a

Arinardi et al. 1997 menyatakan bahwa jenis fitoplankton Skeletonema sp. dapat memanfaatkan kadar zat hara lebih cepat daripada diatom lainnya. Hal tersebut dapat menjadi alasan mengapa Skeletonema lebih banyak ditemukan dibandingkan fitoplankton lainnya. Skeletonema mendominasi di setiap stasiun pengamatan Lampiran 2. Selain itu, Teluk Jakarta merupakan tempat bermuara 13 sungai sehingga menyebabkan kadar salinitas yang tidak stabil. Skeletonema merupakan fitoplankton yang memiliki toleransi terhadap salinitas yang rendah. Menurut Newell dan Newell 1993 in Adnan 1998 bahwa Skeletonema merupakan fitoplankton yang tumbuh di daerah euryhaline dan tumbuh melimpah di eustuaria, terutama terjadi pada bulan setelah musim hujan. Hal ini dipertegas oleh Arinardi dan Adnan 1980 in Adnan 1998 bahwa dalam studi perbandingan musim hujan dan musim kemarau di perairan Teluk Jakarta, menunjukkan bahwa kepadatan Skeletonema pada musim hujan lebih tinggi dari pada musim kemarau. Pada musim hujan kepadatan Skeletonema sebesar 98,61 dan musim kemarau hanya tercatat 87,60 .

4.1.2 Hubungan Fitoplankton dengan Klorofil-a

Kandungan klorofil-a merupakan indikator biomassa fitoplankton di perairan. Hubungan kelimpahan fitplankton dan klorofil-a dapat dilihat pada Gambar 6. Kandungan klorofil-a yang digunakan adalah nilai klorofil-a hasil dugaan dari citra MODIS. Klorofil-a diduga menggunakan persamaan dibawah ini. y = 250.09x 3 - 106.92x 2 + 11.781x + 0.0776 Wouthuyzen, 2006……………7 Gambar 6. Hubungan kelimpahan fitoplankton dan klorofil-a. Perubahan kelimpahan fitoplankton tidak selalu dikuti dengan perubahan kandungan klorofil-a secara linear Gambar 6. Stasiun dengan kandungan klorofil-a yang tinggi tidak selalu akan memiliki kelimpahan fitoplankton yang tinggi pula. Stasiun 18 memiliki kelimpahan fitoplakton yang tinggi namun kandungan klorofil-anya lebih rendah dibandingkan beberapa stasiun lainnya. Hal ini diduga disebabkan dari ukuran fitoplankton tersebut. Kandungan klorofil-a tergantung pada ukuran fitoplankton, sehingga walaupun kelimpahan fitoplankton melimpah di perairan namun bila jenis fitoplankton tersebut mempunyai bio- volume yang kecil maka klorofil-a yang terkandung dalam sel-sel fitoplankton tersebut akan sedikit. Pada Stasiun 18 dengan kelimpahan fitoplankton yang tinggi namun kandungan klorofil-anya rendah maka kemungkinan besar pada stasiun tersebut memiliki kelimpahan fitoplankton yang banyak namun ukurannya bio-volumenya kecil. Sebaliknya Stasiun 36, 37 dan 38 memiliki kandungan klorofil-a tinggi namun kelimpahan fitoplankton rendah dibandingkan beberapa stasiun lainnya. Hal ini diduga karena Stasiun 36, 37 dan 38 letaknya berdekatan dengan daratan sehingga kemungkinan adanya bias perhitungan kandungan klorofil-a yang diduga berasal dari detritus dan serasah yang terbawa dari daratan menuju ke Teluk Jakarta. Sedimen tersuspensi dan detritus adalah penyebab utama kesalahan pengukuran klorofil-a di daerah pantai Richardson et al., 2005. Gambar 7. Regresi liniear hubungan kelimpahan fitoplankton dan klorofil-a Secara linier hubungan antara klorofil-a x dengan kelimpahan fitoplankton y mempunyai persamaan regresi berikut y = 0.013x +0.573 Gambar 7. Hubungan klorofil-a dengan fitoplankton memiliki tingkat keakuratan yang rendah yakni dengan nilai koefisien korelasi r dan koefisien determinasi R 2 sebesar 0.295 dan = 0.087.

4.2 Kurva Reflektansi Spektral Skeletonema