METODELOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan di lahan hak guna usaha HGU DIV II PT PG Laju Perdana Indah site OKU dan Laboratorium Fisika dan Mekanika Tanah, FATETA IPB. Penelitian
dilaksanakan mulai bulan Juli 2011 hingga September 2011
.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Pengambilan Contoh Tanah:
1 Cangkul 2 Ring Sampler
3 Plastik wadah contoh tanah 4 Sekop kecil kored
b. Pengukur kadar air:
1 Wadah cawan contoh tanah 2 Neraca elektronik
3 Mesin pengering Oven
c. Pengukur MWD
1 Sekop kecil kored 2 Saringan ukuran 0.7 cm, 1.2 cm, 2 cm, 4 cm.
d. Uji Pemadatan Tanah Uji Proctor:
1 Mold dengan diameter 10 cm, volume 1 liter 2 Base Plate
3 Collar 4 Reamer 2.5 kg
5 Neraca elektronik 6 Peralatan pengukur kadar air
7 Ayakan tanah ϕ 4.76 mm
8 Wadah baki plastik 9 Extruder
11 Gambar 3. Alat uji pemadatan tanah Uji Proctor
e. Uji Geser Langsung:
1 Peralatan uji geser langsung Direct Shear Apparatus 2 Peralatan pembuat contoh tanah Trimmer
3 Peralatan pengukur kadar air
Gambar 4. Alat uji geser langsung Direct Shear Apparatus
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah contoh tanah lahan HGU DIV II PT PG Laju Perdana Indah site OKU, yaitu: petak 35C72 blok C48 dengan luas 2.43 ha, petak
48C82 blok C59 dengan luas 2.00 ha, dan petak 57C72 blok C68 dengan luas 1.46 ha.
12
C. Metode Pengolahan Tanah
Ada dua metode pengolahan tanah yang diterapkan pada 3 lahan percobaan ini, yaitu metode pengolahan yang baru diterapkan di PT LPI yang diberi nama metode Trash In
Corporation yang diterapkan pada lahan A 35C72 blok C48 dan lahan B 48C82 blok C59, bagan alir pengolahannya dapat dilihat pada gambar 5. Sedangkan lahan C 57C72 blok C68
diterapkan metode pengolahan tanah yang biasa diterapkan sebelumnya di PT LPI, bagan alir pengolahannya dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 5. Diagram alir metode Trash In Corporation
Gambar 6. Diagram alir metode Pengolahan tanah lama PT LPI Bakar seresah
Harrowing I
Furrowing Plowing I
Plowing II
Harrowing II Brushing
Harrowing I
Furrowing Giant Harrowing I
Giant Harrowing II
Harrowing II
13
1. Pengolahan Tanah dengan Metode Biasa
Metode biasa terdiri atas plowing 1, harrowing 1, plowing 2, dan harrowing 2. Plowing pembajakan merupakan pengolahan tanah primer, sedangkan harrowing
penggaruan merupakan pengolahan tanah sekunder. Setelah pengolahan tanah sekunder, kegiatan selanjutnya adalah penanaman planting baik secara manual manual planting
maupun mekanis mechanical planting. Jika penanaman dilakukan secara manual, maka kegiatan land preparation berakhir pada kegiatan ridging dan pemupukan basalt secara
mekanis. Namun jika penanaman dilakukan secara mekanis, maka tidak perlu dilakukan ridging dan pemupukan basalt secara mekanis.
1.1. Plowing 1
Plowing 1 pembajakan pertama dilakukan setelah kegiatan land clearing. Tujuan dari pembajakan pertama adalah untuk memotong, mengangkat, dan membalik
tanah dan bertujuan untuk mengurangi kekuatan tanah, membalikkan perakaran tebu pada lahan RPC, menutup vegetasi dan dan mengatur agregat tanah. Alat yang
digunakan di PT LPI untuk pembajakan pertama dan kedua adalah disc plow bajak piring, yakni implemen traktor yang mempunyai 4 disc dengan diameter masing-
masing 28 inci dan jarak antar disc sebesar 40 cm. Pada bagian ujung bajak terdapat disc datar dengan diameter 24 inci yang berfungsi sebagai roda pembantu untuk
mengatur kedalaman pengolahan dan menstabilkan pengoperasian pembajakan sehingga operasi dapat begerak lurus. Disc angle bajak sebesar 15
o
dan tilth angle sebesar 35
o
. Besarnya sudut ini dapat menentukan kedalaman dan tenaga yang dibutuhkan dalam
pembajakan selain dari pengaruh penetrasi dari implemen. Spesifikasi traktor yang digunakan pada pembajakan pertama adalah traktor
dengan daya 90 hp. Transmisi yang digunakan adalah dengan kecepatan putar 1900 rpm dan kecepatan maju sekitar 3-4 kmjam. Setelah pembajakan pertama selesai, lahan
’diklantang’, yaitu dibiarkan selama satu sampai dua minggu sebelum digaru harrow. Tujuannya adalah agar perakaran tunggul tebu dan gulma yang berada di permukaan
tanah mengering. Selain itu ’klantang’ bertujuan agar bongkahan tanah hasil plowing
cukup kering sehingga mudah dihancurkan pada saat harrowing. Kegiatan plowing 1 dapat dilihat di Gambar 7.
Gambar 7
.
Kegiatan Plowing 1
14
1.2. Harrowing 1
Kegiatan Harrowing 1 penggaruan pertama dilakukan setelah Plowing 1. Tujuan Harrowing 1 adalah agar agregat tanah menjadi lebih kecil. Harrowing 1
termasuk pengolahan tanah sekunder secondary tillage. Kegiatan ini dilakukan untuk menghancurkan bongkahan tanah hasil Plowing 1 sehingga diperoleh tekstur tanah yang
sesuai untuk pertumbuhan tebu. Selain itu, harrowing juga bertujuan untuk meratakan tanah serta memotong rumput dan perakaran yang berada di permukaan tanah.
Harrowing 1 di PT LPI menggunakan traktor dengan daya 150 Hp dengan transmisi 3B dan kecepatan pitar 1900 rpm. Implemen yang digunakan adalah heavy-
duty disc harrow Heavy-duty disc harrow memiliki 20 scalloped disc yang disusun dua gang secara offset. Diameter scalloped disc yang digunakan yaitu 28 inci dengan jarak
antar disc 30 cm. Harrow ini melakukan aksi ganda pada pengoperasiannya dengan kedalaman pengolahan sebesar 25 cm dan lebar olah rata-rata 310 cm. Setelah
Harrowing 1 selesai, dilakukan peng- „klantangan’-an selama tiga hari, selanjutnya
dilakukan plowing 2
.
Kegiatan harrowing I dapat dilihat di Gambar 8.
Gambar 8. Kegiatan Harrowing I
1.3 . Plowing 2 dan Harrowing 2
Plowing 2 pembajakan kedua adalah kegiatan pengolahan tanah primer untuk kedua kalinya pada lahan budi daya. Kegiatan ini dilakukan setelah harrowing 1. Pada
harrowing 1, tidak semua tanah hasil plowing 1 tergaru. Tanah yang tergaru kedalamannya hanya sekitar 25 cm. Tujuan dari plowing 2 adalah untuk membalik
tanah yang sudah tergaru pada harrowing 1 ke bagian bawah dan mengangkat tanah yang belum tergaru pada harrowing 1 yang kemudian akan digaru kembali. Plowing 1
dilakukan setelah harrowing 1. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk memperhalus tekstur tanah serta menimbun rumput, sampah, dan perakaran yang telah
kering tertimbun oleh tanah. Arah pengolahan plowing 2 sebaiknya tidak sejajar dengan arah plowing 1,
melainkan tegak lurus. Hal ini dimaksudkan agar tidak terbentuk laju aliran air sehingga air yang ada pada tanah dapat tersimpan dengan baik dan dapat menahan erosi.
Penyilangan ini juga dilakukan untuk memotong tanah yang belum terpotong pada plowing 1. Setelah plowing 2 dilakukan, lahan dibiarkan 4-6 hari. Spesifikasi traktor dan
implemen yang digunakan pada plowing 2 sama seperti pada plowing 1. Dari hasil
15 pengamatan didapat besarnya lebar pengolahan adalah 190 cm dengan kedalaman
sebesar 28 cm. Kegiatan harrowing 2 dilakukan setelah plowing 2. Harrowing 2 bertujuan untuk
menggemburkan kembali tanah yang telah dibajak pada plowig 2 serta untuk menghancurkan akar dan sampah yang belum hancur pada saat Harrowing 1.
Spesifikasi traktor yang digunakan sama dengan harrowing 1, sedangkan implement yang digunakan yaitu jenis heavy-duty disc harrow. Setelah harrowing 1,
kegiatan selanjutnya dalah planting penanaman. Namun jika penanaman dilakukan secara manual manual planting, maka pengolahan tanah masih berlanjut dengan
kegiatan ridging pembuatan alur tanam dan basalt dressing pemupukan basalt.
1.4. Ridging
Ridging adalah kegiatan pembuatan baris row tanam atau biasa disebut ‘juring’, dengan cara membentuk bedengan ridge pada petak lahan yang sudah
dilakukan harrowing 2. Kegiatan ini sangat penting dalam budi daya tebu lahan kering dan hanya dilakukan pada petak lahan yang akan ditanam secara manual. Di PT LPI,
alat yang digunakan untuk ridging disebut ridger. Ridger adalah implemen yang terdiri dari dua wing sayap, pengoperasiannya
ditarik oleh traktor untuk tanaman single row maupun double row. Untuk tanaman single row, jarak antar wing adalah 1.5 m, dimana sebelumnya adalah 1.3 m. Perubahan
standar ini dikarenakan jarak tanam jarak antar row 1.3 m sudah tidak sesuai dengan spesifikasi traktor atau pun alsintan lain yang digunakan oleh perusahaan.
Pengoperasian ridger ini dilakukan secara overlap, karena operator membutuhkan satu juring sebagai patokan ban traktor untuk membuat juring lainnya.
Implemen ini ditarik oleh traktor berdaya 150 hp. Sebelum ridging dilakukan, operator harus memperhatikan kondisi lahan dan konturnya. Pembuatan baris tanam harus
mengikuti garis kontur untuk menghindari terjadinya erosi ataupun run off saat hujan. Untuk elevasi lahan yang tidak terlalu curam, bedengan dibuat dengan sudut sekitar 25
o
sedangkan untuk elevasi lahan yang curam, bedengan dibuat dengan sudut sekitar 45
o
. Untuk lahan yang mempunyai elevasi yang berbeda dalam satu petak maka
dilakukan pemotongan atau pembagian lahan mejadi beberapa bagian. Misalnya satu petak lahan mempunyai dua elevasi yang berbeda, maka diambil titik tengah dari kedua
elevasi tersebut kemudian di buat jalan kecil sebagai pemisah. Dari pembagian tersebut dibuat baris tanam sesuai dengan kontur pada setiap bagian dalam satu petakan. Tetapi
jika ingin memperkecil biaya operasi, maka dibuatlah arah ridging yang berkelok bahkan membentuk huruf S atau V sesuai dengan kontur yang ada. Namun operator
yang menjalankannya harus memiliki keahlian dan keterampilan yang tinggi. Kegiatan ridging dapat dilihat di Gambar 9
16 .
Gambar 9
.
Kegiatan Ridging
1. Pengolahan Tanah dengan Metode Trash Incorporation
Secara garis besar kegiatan, pengolahan tanah dengan metode trash in corporation sama dengan metode pengolahan tanah biasa. Namun ada sedikit perbedaan perlakuan pada
pengolahan tanah primer. Pada metode trash in corporation, pengolahan tanah primer tidak menggunakan disc plow, melainkan giant harrow atau sering disebut rome harrow. Rome
harrow adalah implemen yang terdiri dari 10 scalloped disc harrow berukuran 32 atau 36 inci, dengan 5 disc di gang depan dan 5 disc di gang belakang disusun secara offset. Standar
operasional rome harrow adalah 0.5 hajamunit. Rome harrow dibuat dengan tujuan untuk memotong dan menghancurkan trash
sampah, seresah sisa tebangan pada lahan RPC, sekaligus membalik dan memotong tanah seperti halnya disc plow. Dengan adanya program green cane, sisa sampah dari pemanenan
tidak boleh dibakar dan dibuang, namun diolah dan dicampur dengan tanah pada lahan RPC. Hal ini bertujuan untuk memperkaya unsur hara dan mikroorganisme di dalam tanah. Oleh
karena itu, pengolahan tanah primer dengan metode ini tidak menggunakan disc plow. Pada dasarnya rome harrow merupakan subtitusi dari plow dan harrow. Sehingga
implemen ini juga dapat digunakan untuk lahan PC. Namun implemen ini memiliki beberapa kekurangan, antara lain kedalaman bajak tidak dalam. Bahkan pada lahan yang kondisi
sampahnya tinggi dan padat, implemen ini tidak dapat memotong dan membalikkan tanah karena hanya dapat memotong sampah bahkan terpental karena sampah. Keistimewaan dari
metode ini adalah seresah- seresah tebu sisa pemanenan tidak dibakar sehingga dapat mengurangi efek pemansan global akibat dari asap hasil pembakaran seresah sampah tersebut
Kegiatan pembajakan dengan implement giant harrow dapat dilihat pada Gambar 10.
17 Gambar 10. Kegiatan pembajakan dengan implement Giant harrow
D. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini melakukan pengukuran sifat fisik dan mekanik tanah, khususnya densitas, diameter berat rata-rata bongkah tanah MWD, kekuatan geser tanah, kadar air optimum dan
densitas maksimum. Pengukuran dilakukan pada saat sebelum dan sesudah pengolahan tanah. Bagan alir rancangan penelitian dapat dilihat pada Gambar 11.
1. Sebelum Pengolahan Tanah
Sebelum pengolahan tanah, ditentukan petak lahan RPC yang akan menjadi tempat pengambilan sampel tanah. Lahan yang dijadikan petak penelitian terbagi ke dalam tiga
petak. Setiap petak lahan ditentukan 5 titik pengambilan sampel yang membentuk pola diagonal Gambar 8. Selang kedalaman pengambilan sampel tanah adalah pada 0-10 cm,
10-20 cm, dan 20-30 cm. Kemudian diukur nilai sifat fisik tanah densitas dan diameter berat rata-rata bongkah tanah, dan nilai mekanik tanah kekuatan geser, kadar air maksimum
dan densitas optimum.
18 Gambar 11. Diagram alir rancangan penelitian
2.
Sete
lah Pengolahan Tanah
Kombinasi pengolahan tanah I, pengolahan tanah II, dan pembuatan alur tanam yang akan diterapkan adalah pengolahan tanah I-pengolahan tanah I-prengolahan tanah II-
pengolahan tanah II-kair. Metode ini sesuai dengan metode standar yang dipakai pada budidaya tebu lahan kering oleh PT PG Laju Perdana Indah site OKU . Bajak I
menggunakan implemen bajak piring dengan disc 28 inch dan rome harrow dan bajak II menggunakan implement heavy duty disc harrow, sedangkan pengkairan menggunakan
furrower kair. Lokasi yang berbeda
Kondisi sifat fisik tanah densitas kekuatan geser awal berbeda dan mungkin tekstur tanah yang berbeda
Diaplikasikan 2 metode pengolahan tanah yang berbeda
Sifat fisik tanah densitas,kekuatan geser dan ukuran bongkah tanah hasil pengolahan
tanah berbeda Jika ditanami tebu
Memberikan hasil produktivitas tebu TCH bervariasi
Dapat digunakan untuk merencanakan metode pengolahan tanah paling efektif dan efisien
perencanaan kebutuhan daya traktor, intensitas pengolahan tanah, waktu, dan biaya pengolahan tanah
19 Gambar 12. Petak lahan penelitian dan titik pengambilan sampel
Pengukuran dan pengambilan contoh tanah setiap petak lahan dilakukan pada 5 titik yang telah ditentukan pada tanah hasil pengolahan tanah bajak I, bajak II, dan kair.
Pengukuran densitas tanah dilakukan pada tiga selang kedalaman, tergantung kedalaman standar pada masing-masing kegiatan pengolahan tanah yang diharapkan oleh pihak PG.
Kedalaman standar hasil pengolahan tanah bajak I yang diharapkan oleh pihak PG sebesar 30 cm, sehingga selang kedalaman pengambilan sampel adalah pada selang 0-10 cm, 10-20
cm, dan 20-30 cm. Pengambilan sampel tanah hasil pengolahan tanah bajak II dan kair dilakukan pada selang kedalaman 0-10cm, 10-20 cm, dan 20-30 cm karena kedalaman
standar pengolahan tanahnya sebesar 30 cm. Pengambilan sampel tanah untuk mengukur diameter berat rata-rata bongkah tanah pada kedalaman tertentu misalnya 15 cm dari
permukaan tanah. Khusus untuk pengkairan, pengambilan sampel tanah diambil dari guludan, di mana dianggap permukaan tanah 0 cm adalah pada permukaan guludan.
E. Prosedur Pengukuran
1. Pengukuran Densitas Tanah Bulk Density
a Contoh tanah diambil dari setiap titik dengan menggunakan ring sampel, kemudian
dimasukkan ke dalam kantong plastik. b Mengukur massa wadah Mw
c Mengukur volume tanah, Vt sama dengan volume wadahnya, Vw.
d Contoh tanah dikeringkan dalam oven pada suhu 105
o
C selama 24 jam.
e Contoh tanah dimasukkan ke dalam desikator hingga suhunya mencapai suhu ruang agar
tidak mempengaruhi massanya. f Menimbang massa kering tanah Mk + massa wadah Mw, dan dianggap sebagai Mt
g Mengukur densitas tanah Db. Menurut Kalsim dan Sapei 2003 densitas tanah dapat
dihitung dengan persamaan:
Db = MkVt = Mt-MwVt Di mana:
Db = Densitas tanah gcm
3
Mk = Massa kering tanah g Vt
= Volume tanah cm
3
Mw = Massa wadah g Titik
Pengambilan sampel
6
20 Mt = Massa wadah + massa tanah kering g
2. Pengukuran Diameter Berat Rata-Rata Bongkah Tanah
a Bongkah-bongkah tanah hasil pengolahan tanah diambil menggunakan sekop pada kedalaman tertentu misal pada kedalaman 15 cm.
b Bongkah tanah dijaga agar tidak rusak strukturnya. c Bongkah tanah disaring menggunakan saringan kawat bersusun dengan cara digoyang
sebanyak 25 kali dengan sudut 20
o
terhadap permukaan tanah. d Tanah yang tertahan pada masing-masing saringan ditimbang massanya.
e Diameter berat rata-rata bongkah tanah dihitung dengan persamaan Isron 2009 MWD
= ∑ Wi di W Di mana:
MWD = Diameter berat rata-rata bongkah tanah cm Wi
= Bobot tanah tertahan pada saringan ke-i g di
= Diameter saringan ke-i cm W
= Bobot tanah total bongkah tanah tertahan seluruh saringan g
3. Uji Pemadatan Tanah
Prosedur uji pemadatan tanah menggunakan metode Standard Proctor adalah: a. 3 kg contoh tanah lolos ayakan
ϕ 4.76 mm dimasukkan ke dalam wadah b. Tanah dipadatkan dengan membuat 3 lapisan, masing-masing lapisan diberikan tekanan
dengan reamer sebanyak 25 kali ketukan c. Bagian tepi atas tanah dipotong
d. Ukur Bulk Density tanah dengan cara: 1 Timbang berat mold + base plate m
1
2 Timbang berat mold + base plate + tanah padat m
2
3 Hitung kadar air contoh tanah w 4 Hitung
densitas basah ρt 5
Hitung densitas kering ρd 6
Hitung densitas jenuh tanah ρs dengan menggunakan persamaan: ρs =
ρ
w 1
S w
100
dimana : ρw = densitas air ≈ 1 gcm
3
GS = specific gravity ≈ 2.7
w = kadar air contoh tanah e. Kadar air tanah diubah dengan cara:
1 Tanah dikeluarkan dengan alat extruder 2 Tanah dihancurkan kembali
3 Ditambahkan air f. Tanah dipadatkan kembali, diulang terus hingga densitasnya turun ± 5 kali ulangan
7
8
21
4. Uji Kekuatan Geser Langsung Tanah
Prosedur uji kekuatan geser tanah menggunakan metode Uji Kekuatan Geser Langsung Direct Shear Test adalah:
a Buat contoh tanah dengan menggunakan Trimmer b Ukur berat, dimensi dan kadar air contoh tanah
c Letakkan masukkan contoh tanah ke dalam kotak geser d Pasang kotak geser ke peralatan geser
e Set pengukur beban R dengan deformasi δ = 0
f Beri beban normal
g Pemberian beban normal minimal ada tiga macam, yaitu 0.5 kgfcm
2
, 1.0 kgfcm
2
, dan 1.5 kgfcm
2
, supaya dapat dibuat kurva garis lurus dalam kurva terhadap . h Beri beban geser dengan laju pembebanan 1 menit
i Catat beban R pada setiap deformasi δ sebesar 20 skala, dengan nilai k = 0.2693
kgfskalaR j Hitung kekuatan
geser dengan rumus :
=
R .k
=
R .k 14 D
2
k Dari ketiga kurva hubungan terhadap diperoleh
max
pada tiap kurva. Buat kurva hubungan
max
terhadap , sehingga diperoleh suatu garis lurus, dan didapatkan nilai kohesi c dan sudut gesek dalam Φ
9
22 Gambar 13. Bagan alir prosedur penelitian untuk menentukan efektivitas pengolahan tanah
Diameter bobot bongkah tanah rata-rata MWD=∑ Wi di W
Porositas P=[1-DbDPT]x100
Densitas partikel tanah DPT
Densitas tanah Db = MkVt
Bobot tanah total bobot tanah
tertahan seluruh saringan W
Ukuran bongkah tanah rata-rata
tertahan di setiap saringan di
Bobot kering Tanah Mk
Volume Tanah Vt
Bobot tanah tertahan disetiap
saringanWi
Kekuatan geser tanah
Uji Proctor
Densitas maksimum, Kadar air optimum
pemadatan Uji Geser
Langsung
Efektivitas pengolahan tanah Areal tebu lahan kering 3 petak lahan
replanting cane
Pengujian kinerja traktor dan implemen Bajak, Garu, Kair
Pengambilan contoh tanah
Traktor roda empat Implement pengolahan
tanah
Uji homogenitas sifat fisik tanah
kadar air densitas
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum Wilayah Penelitian
PT Laju Perdana Indah Site Komering terletak di kecamatan Cempaka Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Propinsi Sumatera Selatan. Luas lahan perkebunan PT Laju Perdana Indah
adalah 37.500 hektar yang terdiri dari lahan bersertifikat Hak Guna Usaha HGU sekitar 21.500 hektar dan sisanya masih berupa ijin lokasi. Dari keseluruhan lahan tersebut, baru sekitar 8000
hektare saja yang telah ditanami tebu yang terbagi dalam tiga wilayah region, yaitu region 1 yang berpusat di Sungai Balak, region 2 yang berpusat di Gohong, dan region 3 yang berpusat di
Abaka. Dari jalan Lintas Timur Sumatera yaitu R-9 berjarak ± 25 km untuk menuju kantor Sungai Balak dengan waktu tempuh ± 30 menit. Jenis traktor dan implement yang digunakan
pada pengolahan tanah di PT LPI dapat dilihat pada tabel 1 Tabel 1. Spesifikasi Traktor yang Digunakan Dalam Pengolahan Tanah
Nama Traktor Tipe A
Traktor Tipe B Traktor Tipe C
Daya hp 150
150 90
Panjang mm 4630
4700 4037
Lebar mm 1974
2104 1777
Tinggi mm 3011
- 2889
Diameter roda belakang Belakang kanan mm
1750 1640
1530 Belakang kirimm
1750 1640
1530 Tabel 2. Spesifikasi Implement yang Digunakan Dalam Pengolahan Tanah
Nama Bajak Piring
Garu Garu
Kair
Tipe Standar
Giant harrow Heavy Duty Harrow
Ridgid Swing Jumlah Bottom
4 10
22 -
Diameter piringan mm 711.2
812.8 711.2
- Panjang mm
2930 5750
5570 2460
Lebar mm 1530
1680 2630
1150 Tinggi mm
1350 1350
1350 950
24 Gambar 14. Data Curah Hujan Wilayah II HGU PT LPI site OKU tahun 2011
Tabel 3. Persentase fraksi pasir, debu, dan liat
Petak Persentase fraksi
Kelas Tekstur
Pasir Debu
Liat Lahan A 35C72 blok C57
63.55 12.12
24.33 Lempung liat berpasir
Lahan B 48C82 blok C59 63.55
10.10 26.35
Lempung liat berpasir Lahan C 57C72 blok C68
61.53 10.10
28.37 Lempung liat berpasir
Hasil analisis tekstur terhadap contoh tanah DIV II PT LPI yang dilakukan di Laboratorium Kimia Tanah, Divisi Riset and Development PT LPI, menunjukkan bahwa ketiga
sample tanah tersebut diklasifikasikan bertekstur lempung liat berpasir. Tanah jenis ini mempunyai luas permukaan yang besar sehingga kemampuan menahan air dan menyerap unsur
haranya tinggi. Dari hasil Uji Homogenitas Tanah pada lampiran 5 Sebelum Pengolahan Tanah Kondisi Awal diketahui bahwa contoh tanah DIV II PT LPI seragam ditiap titik sample
pengambilan datanya. Kondisi lahan A, B,dan C sebelum pengolahan tanah adalah lahan tebu RPC replanting cane atau lahan yang akan ditanam kembali dengan bibit tebu yang baru
setelah tanaman ratoon III.
B. Hubungan Sifat Fisik dan Mekanik Tanah