Kondisi Lokasi Pengamatan HASIL DAN PEMBAHASAN

40

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Lokasi Pengamatan

Konstruksi Bendungan Krenceng sendiri dimulai pada tahun 1962 dengan bantuan Sovjet Rusia USSR untuk keperluan industri baja yang sempat tertunda pada periode 1966-1971. Pada tahun 1971, PT. Krakatau Steel didirikan bersamaan dengan dimulainya pembangunan fasilitas industri baja pada tahun 1971 dan pertama kali berproduksi pada tahun 1974. Pembangunan Bendungan Krenceng diteruskan pada tahun 1974 itu juga dan dapat diselesaikan pada tahun 1977, termasuk konstruksi bendung Cidanau beserta pompa dan jaringan pipanya. Pasokan air yang diambil dari S. Cidanau ke Waduk Krenceng mulai dilakukan untuk pertama kali pada tahun 1978. Saat ini tubuh bendungan dibuat dari timbunan tanah homogen berupa lempung pasiran-lanauan, plastisitas rendah sampai sedang, warna coklat tua. Kemiringan rata-rata lereng hulu adalah 1V : 3,5 H dan lereng hilir 1V : 3,7 H Hasil pengukuran PT.Mezan DC, Juli 2000. Lereng hulu dilindungi dengan rip-rap batu kosong dan lereng hilir dilindungi dengan rumput dimana pada kaki bendungan dilengkapi dengan toe drain untuk “menangkap” air rembesan seepage yang mengalir dari waduk melalui tubuh bendungan. Gambar 38. Titik analisis struktur pada Bendungan Krenceng. Bendungan Krenceng merupakan jenis dari bendungan urugan tanah embankment dam dengan jenis tanah pada bendung adalah lempung-pasir lanauan dan tanah dasar pondasi adalah tufa pumis pasiran. Tanah lempung-pasir lanauan memiliki berat jenis sebesar 18,7 kNm 3 , kohesi 10 kPa dan sudut geser dalam 20 o sedangkan tanah tufa pumis pasiran memiliki berat jenis sebesar 24,525 kNm 3 , kohesi 10 kPa dan sudut geser dalam 35 o . Penelitian ini dilakukan di tiga lokasi pengamatan yaitu pada titik P10 sebelah kiri spillway dengan nilai SPT pada tubuh bendungan sebesar 9 dan pada tanah dasar 50, P12 sebelah kanan spillway dengan nilai SPT pada tubuh bendugan sebesar 9 dan pada tanah dasar 50, dan terakhir P30 dengan nilai SPT pada tubuh bendungan sebesar 6 dan pada tanah P 10 P 30 P 12 41 dasar 50 Gambar 38. Pemilihan ketiga lokasi P10,P12 dan P30 dikarenakan lokasi – lokasi tersebut memiliki nilai SPT yang rendah 10.

4.2 Analisis Kestabilan Bendungan