19
terbentuknya Departemen Kelautan dan Perikanan, juga berdampak ke daerah- daerah. Hal ini terlihat dari adanya pemisahan kelembagaan perikanan dari dinas
pertanian, ataupun penonjolan nama perikanan dalam hal urusan perikanan digabung dengan urusan lain pada sebuah dinasbadan daerah. Hal ini tidak pernah
terjadi sebelumnya, dan bertahan hingga saat ini. Hal lain yang penting ialah bidang perikanan menjadi salah satu bidang strategis nasional, sehingga program
mina politan menjadi program strategis dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah RPJM.
2.3 Pengelolaan Potensi Ekonomi Sektor Perikanam
Perairan Indonesia yang sangat luas dan keberadaan pada posisi silang di antara dua samudera dan dua benua, mengharuskan Indonesia untuk berperan aktif dalam
forum-forum regional sehingga terjalin kerjasama keamanan dengan negara-negara tetangga. Hal ini penting disamping untuk terciptanya keamanan regional sehingga
potensi ekonomi perairan teruatam sumberdaya perikanan dan kelautannya dapat dimanfaatkan secara maksimal Muchtar 1999.
Disamping itu, kerjasama luar negeri baik itu bilateral, regional maupun internasional perlu ditingkatkan untuk pengaturan stok sumberdaya ikan, penelitian
bahari maupun pengelolaan kawasan laut, termasuk dalam pengaturan batas ZEE. Pendayagunaan dan pemanfaatan fungsi wilayah laut nasional dengan menerapkan
konvensi hukum laut internasional meliputi penetapan batas wilayah perairan indonesia maupun ZEE serta mengembangkan potensi nasional merupakan
kekuatan pertahanan keamanan di bidang maritim untuk menjamin keselamatan dan pemanfaatan potensi ekonomi perairan untuk pembangunan.
Pemanfaatan potensi ekonomi perairan terutama sumberdaya perikanan laut, terkadang menimbulkan banyak kendala, terutama menyangkut permodalan dan
sistem perbankan yang belum kondusif bagi investasi usaha penangkapan ikan di laut. Pada kondisi tertentu permodalan justru menjadi masalah utama dalam
pengembangan ekonomi berbasis perikanan dan kelautan ini. Pemanfaatan sumberdaya ikan tentu dapat dioptimalkan bila didukung oleh kondisi kapal yang
layak dan memadai, alat tangkap dan teknologi penangkapan yang ramah lingkungan, persyaratan standar perbekalan dipenuhi. Tentu hal-hal ini dapat
dipenuhi bila modal tersedia dan cukup Jusuf 1999.
20
Sistem perizinan yang kurang efisien dan cenderung mempersulit, sistem charter kapal asing yang cenderung merusak harga merupakan kekurangan dari
kebijakan-kebijakan terdahulu dalam pengaturan pemanfaatan potensi ekonomi sektor perikanan dan kelautan. Hal ini tentu tidak sejalan dengan kondisi
masyarakat nelayan pada umumnya masih berada pada posisi yang memprihatinkan secara ekonomi. Dalam kaitan ini, maka perlu diadakan program-
program kemitraan yang dapat secara langsung menyentuh pada kebutuhan yang diperlukan oleh nelayan. Sebagian besar bank perkreditan dan koperasi yang
diharapkan bisa mendukung kegiatan ekonomi nelayan ini, belum banyak berperan, termasuk rendahnya kemampuan dalam mengalokasikan dana-dana
program pemberdayaan. Karena itu, sistem kemitraan dan pengelolaan bersama merupakan skema kerjasama terbaik yang lebih menguntungkan pihak nelayan dan
perbankan UU. No. 45 Tahun 2009. Untuk pembangunan ekonomi berbasis perikanan dan kelautan ke depan,
orientasi kerakyatan harus menjadi tumpuan dalam mencapai target sebagaimana juga telah ditetapkan pada PROTEKAN 2003. Untuk ke arah itu, maka kegiatan
perikanan rakyat seharusnya mendapatkan perhatian khusus, pemberdayaan perikanan rakyat nelayan melalui dukungan kelembagaan dan permodalan
merupakan solusi strategis untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang terjadi. Hal ini karena lembaga penggerak dan keuangan merupakan senjata utama
untuk mengerakkan kegiatan ekonomi termasuk di bidang perikanan dan kelautan. Komitmen pemerintah dalam mendukung pembangunan perikanan dan
kelautan merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam pembangunan nasional di sektor ini. Program kemitraan yang dianggap lebih menguntungkan dapat
implemnetasi pada sektor-sektor ril yang mendukung aktivitas utama pembangunan tersebut, seperti penyediaan sarana dan prasarana, modal kerja nelayan, pembinaan
managemen usaha, pemasaran, adopsi teknnologi tepat guna dengan perjanjian kerjasama kemitraan yang memihak pada nelayan tanpa merugikan mitra pembina
Clark 1985. Dalam mengembangkan program kemitraan sebagai basis penting kegiatan
ekonomi bidang perikanan dan kelautan ini, harus didorong pada upaya penangkapan ikan yang efektif dan efisien. Hal ini dapat dicapai melalui penciptaan
daerah penangkapan ikan baru yang potensial melalui pengembangan rumpon.
21
Rumpon dapat dikembangkan pada perairan laut dangkal maupun laut dalam. Kondisi yang fleksibel ini, tentu sangat memudahkan untuk pemilihan lokasi-lokasi
pemasangan rumpon yang terjangkau dengan armada dan pembiayaan yang dimiliki oleh nelayan pemanfaat dan kondisi cuaca di lokasi. Menurut Nikijuluw 2002,
kegiatan ekonomi tersebut perlu terus dipertahankan, dimana pemerintah harus dapat menjadi fasilitator dengan memberikan perlindungan dan jaminan
keberpihakan kepada kelompok nelayan melalui program kerjasama tersebut sehingga dapat berlangsung langgeng dan berkembang dengan baik. Melihat
rumitnya struktur kelembagaan pemerintah ambil bagian dalam menangani persoalan-persoalan nasional termasuk perikanan dan kelautan ini terkadang
semakin memperumit masalah yang ada. Karena itu, perlu penataan kembali lembaga-lembaga yang terkait dalam bidang perikanan dan kelautan sehingga
wewenang dan fungsinya jelas dan optimal. Bila hal ini tercapai, maka misi pembangunan ekonomi nasional berbasis perikanan dan kelautan ini dapat tercapai.
2.4 Pengembangan Usaha Perikanan Berbasis Kluster