Jenis data yang dikumpulkan Metode pengumpulan data Analisis kluster desa

33 program intervensi maupun insentif yang tepat untuk mendorong pengembangan setiap desa Feser and Isserman 2005, dalam hal ini pengembangan perikanan tangkap setiap desa.

3.4.1 Jenis data yang dikumpulkan

Penentuan desa yang dikelompokan pada suatu kluster, didasarkan pada empat indikator utama, yaitu status desa pesisir, tingkat kelayakan usaha perikanan, kedekatan jalus bisnis perikanan, dan proporsi kepemilikan usaha perikanan tangkap. Karena itu, data yang dikumpulkan untuk kepentingan penentuan kluster desa pesisir ini, adalah data-data selain data untuk penentuan status desa dan analisis BCR, yang telah dibahas pada bagian-bagian sebelumnya. Data-data yang dikumpulkan pada bagian ini ialah data tentang kedekatan jalur bisnis perikanan, dan kepemilikan usaha perikanan. Dengan demikian data yang dibutuhkan terkait dengan kedua indikator ini kedekatan jalur bisnis dan proporsi kepemilikan usaha perikanan tangkap, adalah : 1 Jumlah dan penyebaran armada penangkapan di desa pesisir; dan 2 Jarak tiap desa dengan sentra jaringan bisnis perikanan, yaitu sentra-sentra pemasaran pasar lokal, pasar industri dan jaringan distribusi hasil perikanan tangkap darat, laut, dan udara.

3.4.2 Metode pengumpulan data

Pengumpulan data untuk kepentingan pengklusteran desa, terhadap berbagai indikator kluster desa yang dikemukakan sebelumnya, khususnya indikator kedekatan jalur bisnis dan proporsi kepemilikan usaha perikanan tangkap, berupa data primer dan data sekunder. Untuk indikator kedekatan jalur bisnis, digunakan data primer yang diperoleh wawancara dan pengamatan lapang dan sekunder yang diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Ambon. Data untuk indikator proporsi kepemilikan usaha perikanan tiap desa menggunakan data sekunder, yang diperoleh dari Dinas Perikanan Kelautan Kota Ambon.

3.4.3 Analisis kluster desa

Analisis kluster desa ini menggunakan prinsip kluster Anderson 2004 yaitu tentang kluster pengembangan ekonomi berdasarkan kelayakan usaha setiap unit aktivitas ekonomi. Analisis desa kluster merupakan kegiatan memilih, mengelompokkan, atau mengklusterkan kegiatan perikanan desa pesisir yang 34 berdasarkan kesamaan atau kemiripan potensi pengembangan perikanan tangkapnya. Pada tahap ini, pengklusteranpengelompokan desa berdasarkan pada: 1 Nilai benefit cost ratio BCR dari setiap usaha perikanan armada penangkapan di setiap desa 2 Status desa pesisir yang telah diidentifikasi pada bagian sebelumnya 3 Kedekatan atau kesamaan karakteristik lokasi di wilayah pesisir Kota Ambon. 4 Proporsi kepemilikan usaha perikanan masing-masing desa. Pengelompokan desa berdasarkan kesamaan status, tingkat kedekatan dengan jalur bisnis, dan nilai BCR dari usaha perikanan armada penangkapan yang ada, serta proporsi kepemilikan usaha perikanan, memungkinkan terdapatnya beberapa kluster desa dengan karakterikstik tersendiri. Setiap usaha perikanan armada penangkapan akan mempunyai nilai BCR tersendiri, berada di desa pesisir dengan status tertentu dan karakteristik tertentu. Hal ini menjadi alasan mendasar untuk dapat dilakukannya pengklusteran desa. Dalam kaitan pengklusteran desa berdasarkan nilai BCR, suatu desa pesisir bisa jadi mempunyai beberapa usaha perikanan armada penangkapan dengan BCR tinggi yang berbeda dengan desa lainnya. Jenis-jenis usaha perikananarmada penangkapan terpilih BCR tinggi akan mencerminkan potensi pengembangan desa. Desa dengan nilai BCR usaha perikanan armada penangkapan yang tinggi cenderung berada pada kluster teratas, sedangkan dengan nilai BCR sedang dan rendah berada pada kluster di bawahnya. Acuan tentang nilai kelayakan usahaBCR ini mengacu kepada KP3K 2006 dan Deprin 2005 yang dimodifikasi, yaitu : • BCR tinggi bernilai 2,00 diberi bobot 3, • BCR sedang bernilai 1,50 – 2,00 diberi bobot 2, dan • BCR rendah bernilai 1,50 diberi bobot 1. Begitu juga desa dengan status yang sama akan masuk dalam kluster yang sama untuk pengembangan desa. Dari segi status desa, maka : • Desa Mina Politan mendapat klasifikasi A diberi bobot 3 • Desa Mina Mandiri mendapat klasifikasi B diberi bobot 2 • Desa Mina Mula mendapat klasifikasi C diberi bobot 1 Indikator kedekatan jalur bisnis, yang menggambarkan atau memberi indikasi mempunyai peluang pengembangan usaha yang potensial. Desa yang relatif dekat dengan pusat-pusat pasar maupun jalur distribusi mempunyai peluang yang lebih 35 potensial untuk berkembangnya usaha perikanan tangkap dibandingkan dengan desa yang jauh dari pusat pasar dan jalur distribusi. Dengan demikian desa yang semakin dekat dengan pasar dan jalur distribusi, berada pada kluster yang teratas, demikian juga desa yang relatif jauh berada pada kluster di bawahnya. Karena itu, kedekatan sebuah desa dengan pusat pasar dan jalur distribusi, dikelompokan atas : Jarak Klasifikasi Bobot 0 – 10 km Dekat = A 3 10 – 20 km Sedang = B 2 20 km Jauh = C 1 Indikator proporsi kepemilikan usaha perikanan tiap desa atas kepemilikan usaha perikanan tanggkap di Kota Ambon, menunjukan bahwa desa dimaksud menonjol usaha perikanan tangkap nya dibanding dengan desa lainnya. Proporsi kepemilikan usaha perikanan yang tinggi menempatkan desa tersebut berada pada kluster yang tinggi, demikian sebaliknya. Penentuan proporsi kepemilikan usaha perikanan ini menggunakan analisis peta kendali p. Proporsi kepemilikan dikelompokan atas 3 klasifikasi, yaitu : Proporsi Klasifikasi Bobot 0,083 Tinggi = A 3 0,031 – 0,083 Sedang = B 2 0,031 Rendah = C 1 Tahap selanjutnya ialah mengklusterkan desa pesisir, dengan pengelompokan desa yang memiliki kemiripan status, nilai BCR, jarak dengan pusart pasar dan jalur distribusi, dan proporsi kepemilikan usaha perikanan dalam satu kluster. Caranya ialah menjumlahkan bobot yang diperoleh tiap desa pesisir terkait penilaian kriteriaelemen kelayakan usaha BCR tertinggi, status desa, kedekatan dengan jalur bisnis, dan tingkat kepemilikan usaha perikanan tangkap di desa. Adapun ketentuan dalam penentuan kluster desa berdasarkan total bobot tersebut adalah : 1 Total bobot tertinggi adalah 12, jika keempat elemen semuanya berbobot 3, dan terendah adalah 4, jika keempat elemen semuanya hanya berbobot 1. Hal ini disebabkan ada empat kriteriaelemen yang dinilai mempunyai kisaran bobot 1 – 3. Dengan demikian, terdapat 9 kluster yang secara berurutan total bobot dari yang tertinggi, yaitu: - Kluster 1 K1 : desa yang memperoleh total bobot 12 36 - Kluster 2 K2 : desa yang memperoleh total bobot 11 - Kluster 3 K3 : desa yang memperoleh total bobot 10 - Kluster 4 K4 : desa yang memperoleh total bobot 9 - Kluster 5 K5 : desa yang memperoleh total bobot 8 - Kluster 6 K6 : desa yang memperoleh total bobot 7 - Kluster 7 K7 : desa yang memperoleh total bobot 6 - Kluster 8 K8 : desa yang memperoleh total bobot 5 - Kluster 9 K9 : desa yang memperoleh total bobot 4 2 Bila dalam hal dalam proses klusterisasi nanti, ternyata kluster tidak mencukupi 9, maka kluster baru dapat dibuat ketentuan pengklusteran desa pada poin a tidak dipakai lagi. Jumlah dan urutan kluster baru akan dibuat berdasarkan total bobot tertinggi dan terendah yang dicapai dalam penelitian ini. 3.5 Metode Penentuan Faktor Determinan Tiap Kluster

3.5.1 Jenis data yang dikumpulkan