Rancangan Final Hierarki Pengembangan Industri Perikanan Tangkap

8 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI PERIKANAN TANGKAP BERBASIS DESA KLUSTER

8.1 Rancangan Final Hierarki Pengembangan Industri Perikanan Tangkap

Hierarki pengembangan ini dirancang dengan mempertimbangkan pola interaksi yang terjadi dalam pengelolaan perikanan tangkap dengan menjadikan desa kluster sebagai pijakan utama pengembangan. Hal ini dimaksud agar kebijakan pengembangan perikanan tangkap yang dipilih merupakan kebijakan yang tepat dan telah memperhatikan karakteristik setiap kluster desa di Kota Ambon serta mengakomodasi sejumlah kriteria harapan masyarakat untuk pengembangan perikanan tangkap di desanya. Untuk maksud ini, AHP diterapkan sebagai alat analisis terhadap kebijakan yang memiliki ciri berjenjang atau bertingkat hireraki. Ciri hierarki ini mencerminkan adanya prioritas keinginan atau preferensi pemangku kepentingan terhadap pilihan-pilihan yang dibangun atas beberapa faktor yang dirumuskan secara berjenjang atau bertingkat. Melalui penjenjangan ini, akan diketahui urutan prioritas dari pilihan yang ada. Adanya urutan prioritas ini sangat penting mengingat sumber daya yang tersedia untuk pembangunan umumnya adalah terbatas. Oleh karena itu, pembuatan urutan prioritas ini juga merupakan salah satu upaya untuk mengoptimumkan pembangunan dengan cara memobilisasi sumber daya pembangunan untuk pilihan-pilihan unggulan saja. Pada beberapa bab sebelumnya telah dijelaskan adanya 6 kluster untuk desa- desa di Kota Ambon. Kluster-kluster tersebut mencerminkan kategori desa berdasarkan kinerja usaha perikanan yang diukur dengan status desa pengembangan perikanan. Kluster 1 desa pesisir dicirikan oleh desa pesisir yang memiliki usaha perikanan tangkap dengan BCR tinggi 2,00, berstatus mina mandiri, dekat jalur bisnis, tingkat kepemilikan usaha perikanan tangkap UPT sedangtinggi, sedangkan Kluster 6 desa pesisir memiliki usaha perikanan tangkap dengan BCR rendah 1,5, status mina mula, jauh dengan jalur bisnis, dan tingkat kepemilikan UPT rendah. Nilai-nilai BCR setiap desa diperoleh dari analisis usaha-usaha perikanan yang dibahas dalam Bab 5. Status desa pesisir dalam konteks Keenam kluster desa pesisir tersebut berada di level 2 setelah pengembangan usaha oal kebijakan pengembangan perikanan tangkap berbasis desa kluster di level 1. telah dibahas dalam Bab 4. 162 Dalam model AHP, enam kluster desa pesisir tersebut ditempatkan pada tingkat 2, di bawah tujuan pada tingkat 1, yaitu kebijakan pengembangan industry perikanan tangkap berbasis kluster desa. Pemilihan kebijakan pengembangan perikanan tangkap berbasis kluster desa ini juga mengakomodir setiap kriteria teknis, termasuk faktor determinan yang dibahas di Bab 7, dan harapan atau hal-hal penting yang perlu dihargai dalam pengembangan. Hal ini dimaksud agar kebijakan yang dipilih releven dengan kondisi dan kebutuhan di lokasi, sehingga dalam implementasinya dapat memberi manfaat yang maksimal. Secara umum, ada 6 enam hal yang perlu menjadi perhatiankriteria teknis dalam pengembangan tersebut, yaitu : 1 Potensi sumberdaya ikan SDI 2 Perangkat hukum 3 Dukungan teknologi 4 Dukungan infrastruktur 5 Pasar prosepektif 6 Persaingan sehat Perhatian terhadap kriteria potensi sumberdaya ikan dapat mengakomodir kepentingan faktor determinan ekologi desa terutama untuk mensiasati pencemaran perairan dan ekosistem terumbu karang. Kriteria dukungan teknologi dapat membantu pengembangan teknis usaha perikanan tangkap terutama dari aspek alat tangkap dan metode operasi penangkapan. Alat tangkap dan metode operasi penangkapan merupakan dimensi faktor teknis UPT faktor determinan 1 yang berpengaruh signifikan dalam pengembangan perikanan tangkap Bab 7. Kriteria infrastruktur mndukung pengembangan fisik desa faktor determinan 2, karena dengan kriteria ini, sarana dan prasarana desa, potensi SDA dan demografi desa menjadi lebih diperhatikan dalam implementasi strategi terpilih. Hal ini akan meningkatkan kesiapan desa secara fisik bagi pengembangan UPT berbasis kluster. Perhatian terhadap pasar prospektif dapat mendukung peningkatan BCR UPT faktor determinan 5. Pasar yang prospektif akan dapat menjamin kontinyuitas pasar produk perikanan, perbaikan keuntungan serta mempercepat pengembalian investasi. Selanjutnya, kontinyuitas, keuntungan, dan pengembalian investasi merupakan dimensi yang berpengaruh signifikan bagi peningkatan BCR UPT Bab 7. Kriteria perangkat hukum dan persaingan sehat mengakomodir kepentingan 163 faktor sosial budaya faktor determinan 3. Penegakan hukum yang baik tentu akan menciptakan budaya kerja yang baik, adil dan jujur, serta menjadi bentuk pengkormatan terhadap tata nilai yang berlaku di masyarakat. Persaingan sehat juga akan menciptakan kondisi bisnis yang adil, saling menghargai, dan meminimalisir konflik social diantara pelaku perikanan pada desa kluster di Kota Ambon. Dalam struktur hierarki AHP, keenam kriteria teknis ini berada di level 3 setelah desa kluster di level 2. Pemenuhan atau perhatian setiap desa kluster terhadap kriteria teknis tersebut dapat saja berbeda-beda sesuai karakteristik atau kesiapan setiap desa kluster tersebut. Pertimbangan setiap jenis kriteria teknis tersebut dan akomodasi karakteristik atau kesiapan setiap desa kluster menjadi proses penting dalam analisis kebijakan pengembangan pengembangan perikanan tangkap berbasis desa kluster dalam penelitian ini. Kebijakan yang dapat mengakomodir dengan baik karakteristik desa kluster yang ada Kota Ambon dan kriteria teknis yang dipersyaratkan dalam pengembangan tentu menjadi kebijakan pilihan prioritas. Berdasarkan hasil analisis faktor determinan pada Bab 7 dan hasil identifikasi status desa pesisir pada Bab 4, dapat ditentukan beberapa alternatif kebijakan yang dapat dipilih untuk pengembangan perikanan tangkap yang lebih baik dengan berbasis pada kluster desa, sebagai berikut : 1 Pengembangan sarana prasarana perikanan untuk kluster desa yang berdekatan 2 Pembinaan sumber daya manusia berbasis kinerja kluster 3 Perbaikan sistem pengelolaan usaha perikanan di kluster desa 4 Pengembangan teknologi tepat guna sesuai kebutuhan kluster desa 5 Pengembangan jaringan pemasaran produk unggulan untuk setiap kluster desa 6 Pengembangan zona penangkapan dan restocking Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, struktur hierarki final pengembangan perikanan tangkap berbasis desa kluster di Kota Ambon disajikan pada Gambar 33. Prioritas kebijakan untuk pengembangan perikanan tangkap berbasis desa kluster di Kota Ambon dapat diketahui setelah melakukan pertimbangan atau perbandingan kepentingan enam kluster desa pesisir di Kota Ambon, enam kriteria teknis pengembangan perikanan tangkap, dan enam alternatif kebijakan yang 164 diusulkan. Hasil analisis lanjut terhadap kepentingan setiap kluster, kriteria teknis, dan alternatif kebijakan akan dibahas lanjut pada Bagian 8.2 dan Bagian 8.3. Gambar 33 Hierarki pengembangan industri perikanan tangkap berbasis kluster desa di Kota Ambon 8.2 Kepentingan Kluster Desa dan Kriteria Teknis Pengembangan 8.2.1 Kepentingan kluster desa