BEBAN KERJA TINJAUAN PUSTAKA

19 d Motor DC KomponGabungan Motor Kompon DC merupakan gabungan motor seri dan shunt. Pada motor kompon, gulungan medan medan shunt dihubungkan secara paralel dan seri dengan gulungan dynamo A. Sehingga, motor kompon memiliki torque penyalaan awal yang bagus dan kecepatan yang stabil. Makin tinggi persentase penggabungan yakni persentase gulungan medan yang dihubungkan secara seri, makin tinggi pula torque penyalaan awal yang dapat ditangani oleh motor ini. Contoh, penggabungan 40-50 menjadikan motor ini cocok untuk alat pengangkat hoist dan derek, sedangkan motor kompon yang standar 12 tidak cocok myElectrical, 2005.

2.8. BEBAN KERJA

Kerja dapat juga diartikan sebagai suatu aktivitas untuk menghasilkan sesuatu. Manusia menggunakan otot mereka hampir untuk seluruh jenis kegiatan atau pekerjaan, otot manusia sendiri memerlukan energi untuk melakukan kerja fisik. Jumlah energi yang dibutuhkan manusia untuk melakukan kerja tergantung dari tingkat pekerjaan yang dikerjakan. Beban kerja fisik dapat dilihat ketika pekerja melakukan pekerjaannya. Semakin besar beban kerja dalam melakukan suatu pekerjaan ditandai dengan kebutuhan energi yang semakin besar pula, dengan demikian sistem pernafasan bergerak lebih cepat, kebutuhan oksigen meningkat, denyut jantung semakin cepat dan terjadi peningkatan panas pada seluruh tubuh Singleton 1972 diacu dalam Hermana 1999. Setiap orang harus bekerja, bekerja untuk mendapatkan penghasilan agar dapat mencukupi kebutuhan hidupnya. Kerja itu sendiri merupakan suatu kegiatan yang menghasilkan, baik itu berupa barang atau jasa atau juga imbalan berupa penghasilan. Studi ergonomi dalam kaitannya dengan kerja manusia dalam hal ini ditunjukan untuk mengevaluasi dan merancang kembali tata cara kerja yang harus diaplikasikan agar dapat memberikan peningkatan efektivitas dan efesiensi, juga kenyamanan ataupun keamanan bagi manusia sebagai pekerjanya. Kerja fisik adalah kerja yang memerlukan energi fisik otot manusia sebagai sumber tenaganya power. Kerja fisik disebut juga manualoperation dimana performa kerja sepenuhnya akan tergantung pada manusia yang berfungsi sebagai sumber tenaga power ataupun pengendali kerja. Kerja fisik juga dapat dikonotasikan dengan kerja berat atau kerja kasar karena kegiatan tersebut memerlukan usaha fisik manusia yang kuat selama periode kerja berlangsung. Dalam kerja fisik konsumsi energi merupakan faktor utama yang dijadikan tolak ukur penentu berat atau ringannya suatu pekerjaan. Kerja fisik akan mengeluarkan energi yang berhubungan erat dengan konsumsi energi. Pengukuran beban kerja fisik dapat dilakukan dengan pengukuran fisiologis dan psikologis. Jika ditinjau dari pengukuran fisiologis maka bisa dilihat tiga parameter yaitu kimiawi, elektrik, dan fisik. Pengukuran dengan parameter kimiawi dapat berupa pengukuran kandungan urin dan konsumsi oksigen, sedangkan jika menggunakan parameter elektrik bisa berupa pengukuran dengan elektrokardiograf dan elektromiograf. Kalau dilihat dari segi parameter fisik maka bisa digunakan berbagai jenis parameter seperti denyut jantung, tekanan darah, suhu tubuh, dan laju pernapasan. Jika ditinjau dari pengukuran psikologis maka dapat digunakan parameter aktivitas dan sikap. Pengukuran beban kerja fisik dengan menggunakan parameter denyut jantung lebih mudah untuk diterapkan di lapangan. Hal ini karena pengukuran tenaga dengan teknik denyut jantung memiliki beberapa kelebihan seperti 20 data dapat disimpan dalam memori, interval pengukuran dapat diatur, pengamatan dapat dilakukan dari jarak jauh, serta akurasi yang diperoleh cukup baik. Kebutuhan bahan bakar bagi tubuh untuk melakukan gerak disalurkan oleh darah melalui pembuluh-pembuluh darah ke seluruh bagian tubuh. Setiap peningkatan penggunaan tenaga mekanis akan meningkatkan kebutuhan akan bahan bakar, hal ini berarti meningkatkan kerja jantung untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Laju denyut jantung yang tinggi tetapi diikuti oleh konsumsi oksigen yang rendah biasanya akan menunjukan kelelahan pada otot, terutama untuk pekerjaan statis Zander 1972 dan Sanders 1987 diacu dalam Herodian S et al 1999. Menurut Bridger 2003, denyut jantung meningkat sesuai fungsi dari beban kerja dan konsumsi oksigen. Banyak peneliti ergonomika percaya bahwa meningkatnya tingkat denyut jantung menunjukkan beban kerja fisik maupun mental, karena adanya korelasi yang linier terhadap konsumsi energi fisik physical energy cost. Oleh karena itu, sampel data kontinyu laju denyut jantung pada suatu aktivitas berguna sebagai indikator dari beban kerja psiko-fisiologis. Selain itu, terdapat dua faktor yang mempengaruhi kemampuan kerja fisik manusia, yaitu faktor personal dan lingkungan. Beberapa faktor personal adalah umur, berat badan, jenis kelamin, konsumsi rokok, gaya hidup, olahraga, status nutrisi, dan motivasi dalam melakukan kegiatan. Sedangkan beberapa faktor lingkungan yaitu polusi udara, kebisingan, faktor suhu udara, dan ketinggian tempat. Terdapat dua macam terminologi beban kerja, yaitu beban kerja kuantitatif dan beban kerja kualitatif Lovita 2009. Konsumsi energi kerja diawali pada saat pekerjaan fisik dimulai, semakin banyaknya kebutuhan untuk aktivitas otot bagi suatu jenis pekerjaan, maka semakin banyak pula energi yang dikonsumsi dan diekspresikan sebagai kalori kerja Nurmianto 2004. Peningkatan konsumsi energi juga akan diikuti dengan peningkatan nilai IRHR kejerihan. IRHR merupakan perbandingan relatif antara denyut jantung seseorang ketika melakukan suatu aktivitas dan ketika beristirahat. Tinggi rendahnya nilai IRHR mencerminkan besarnya beban kerja kualitatif kejerihan dari suatu aktivitas. Untuk menghindari subjektivitas nilai denyut jantung HR yang umumnya dipengaruhi faktor-faktor personal, psikologis dan lingkungan, maka perhitungan nilai HR harus dinormalisasi agar diperoleh nilai HR yang objektif Syuaib 2003. Normalisasi nilai HR dapat dilakukan dengan membandingkan nilai HR relatif saat bekerja dan nilai HR saat istirahat. Perbandingan tersebut dinamakan Increase Ratio of Heart Rate IRHR, dan dapat dihitung dengan Persamaan 6. …………………………………………………………6 Dimana : HR work = Denyut jantung pada saat melakukan kerja denyutmenit HR rest = Denyut jantung pada saat beristirahat denyutmenit IRHR = Tingkat kenaikan denyut jantung Untuk mengetahui kejerihan pekerjaan atau besarnya beban kerja kualitatif dapat dikategorikan berdasarkan nilai IRHR subjek saat kerja. Kategori pekerjaan berdasarkan nilai IRHR tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. 21 Tabel 1. Kategori pekerjaan berdasarkan IRHR Kategori Nilai IRHR Ringan 1.00 IRHR 1.25 Sedang 1.25 IRHR 1.50 Berat 1.50 IRHR 1.75 Sangat berat 1.75 IRHR 2.00 Luar biasa berat 2.00 IRHR Sumber: Lovita 2009 Pengukuran beban kerja fisik yang paling mudah untuk dilakukan pada kondisi lapang adalah dengan menggunakan parameter atau metode denyut jantung. Namun, pengukuran beban kerja dengan menggunakan metode ini memiliki kelemahan, yaitu denyut jantung berbeda-beda menurut waktu dan individunya, serta denyut jantung tidak saja dipengaruhi oleh kerja fisik akan tetapi juga beban mental sehingga diperlukan metode sistem kalibrasi data yang akurat Kastaman dan Herodian 1998. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengkalibrasi pengukuran dengan teknik denyut jantung adalah menggunakan metode step test atau metode langkah, selain itu dapat juga menggunakan sepeda ergometer. Metode step test pada dasarnya dilakukan dengan mengukur denyut jantung saat melakukan pekerjaan naik turun sebuah bangku dengan ketinggian tertentu 25- 40 cm dengan siklus yang telah ditentukan. Kondisi fisik manusia sering berubah-ubah menurut waktu dan individunya. Untuk mencegah perubahan kondisi fisik maka digunakan metode step test sebagai kalibrasi, sehingga didapatkan kondisi fisik dari pekerja yang akan bekerja. Metode step test ditujukan untuk mengukur karakteristik denyut jantung individual dari pekerja tersebut. Penggunaan metode ini berfungsi untuk mengetahui suatu pola hubungan antara denyut jantung manusia dalam setiap aktivitas kerjanya dengan daya yang dikeluarkannya melalui penyesuaian- penyesuaian dalam cara pengukuran maupun kalibrasi data hasil pengukurannya Kastaman dan Herodian 1998. Faktor-faktor yang digunakan untuk menentukan karakteristik individu pada metode ini adalah umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan. Metode step test memiliki beberapa keunggulan, diantaranya dapat dengan mudah mengatur selang beban kerja dengan mengubah tinggi bangku step test dan intensitas langkah. Selain itu, metode ini memiliki komponen pengukuran yang mudah dan bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja, sehingga ketidakstabilan denyut jantung seseorang dapat dengan mudah dianalisa. 22

III. METODE PENELITIAN

3.1. WAKTU DAN TEMPAT

Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Pebruari 2012. Uji kinerja mesin pelubang tanah untuk menanam sengon ini dilakukan di Lahan Percobaan Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian serta Bengkel Metaniun, Leuwikopo, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Kondisi lahan dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7. Lahan Pengujian Mesin

3.2. ALAT DAN BAHAN

3.2.1. Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain : a Alat Ukur Torsi b Motor listrik 18 hp c Gear box d Inverter e Kabel f Peralatan bengkel g Kamera h Penggaris i Alat Tulis j Pita ukur k Patok kayu l Clamp Ampere Meter m Heart Rate Meter n Sound Level and Vibration Meter o Perlengkapan untuk mengukur kadar air tanah 3.2.2. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Aki kering 12 v5 AH 2 buah 2. Tanah dari lahan percobaan untuk pengukuran kadar air .

Dokumen yang terkait

Uji patogenitas Ganoderma spp. terhadap bibi tanaman sengon (Paraserienthes falcataria (L) Nielsen)

1 10 92

Potensi Hijauan pada Naungan Karet (Havea brasiliensis) dan Sengon (Albizia falcataria) di Kampus IPB Dramaga Bogor

1 12 29

PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON (Albizia falcataria) DAN KOTORAN KAMBING SEBAGAI BAHAN BAKU PUPUK ORGANIK Pemanfaatan Serbuk Gergaji Kayu Sengon (Albizia falcataria) dan Kotoran Kambing Sebagai Bahan Baku Pupuk Organik Cair dengan Penambahan Effec

0 4 20

PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON (Albizia falcataria) DAN KOTORAN KAMBING SEBAGAI BAHAN BAKU PUPUK ORGANIK Pemanfaatan Serbuk Gergaji Kayu Sengon (Albizia falcataria) dan Kotoran Kambing Sebagai Bahan Baku Pupuk Organik Cair dengan Penambahan Effec

0 2 15

PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON (Albizia falcataria) DAN BEKATUL SEBAGAI MEDIA TANAM Pemanfaatan Serbuk Gergaji Kayu Sengon (Albizia falcataria) Dan Bekatul Sebagai Media Tanam Budidaya Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus )

0 1 14

PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON (Albizia falcataria) DAN BEKATUL SEBAGAI MEDIA TANAM Pemanfaatan Serbuk Gergaji Kayu Sengon (Albizia falcataria) Dan Bekatul Sebagai Media Tanam Budidaya Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus )

0 2 17

EFEK PEMBERIAN HIJAUAN DAUN SENGON (Albizia falcataria) TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN SUSU KAMBING PERAH.

1 9 7

REGENERASI TANAMAN SENGON (Albizia falcataria) MELALUI MULTIPLIKASI TUNAS AKSILAR DENGAN PENGGUNAAN KOMBINASI ZPT DAN AIR KELAPA.

0 2 69

Analisis Teknik dan Uji Kinerja Mesin Pelubang Tanah untuk Resapan Air | Sugandi | Jurnal Teknotan 11426 32272 1 PB

0 0 10

ORGANIC FERTILIZER FROM SILK TREE LITTER (Albizia falcataria L.) TO ENHANCE MAGNESIUM AVAILABILITY FOR PADDY (Oryza sativa L.) IN ALFISOL

0 0 7