Konsumsi Air Tanaman Padi

Tabel 5. Konsumsi air tanaman padi pada setiap fase pertumbuhan pada 2 waktu tanam. Fase Pertumbuhan W1V1 W1V2 W1V3 W2V1 W2V2 W2V3 Semai-tanam 95 95 95 99 99 99 Tanam-Primordia 179 173 179 189 183 183 Primordia – Pembungaan 112 98 118 117 101 123 Pembungaan – Panen 161 157 150 145 156 149 Jumlah 547 522 542 550 539 554

4.5 Konsumsi Air Tanaman Padi

Konsumsi air tanaman merupakan jumlah air yang digunakan tanaman pada saat pertumbuhan tanaman terjadi. Konsumsi air tanaman berbeda pada setiap fase pertumbuhan tanaman. Pendugaan besar konsumsi air tanaman pada setiap fase pertumbuhan tanaman padi diduga dengan menghitung nilai evapotranspirasi potensial ETp di lokasi penelitian, kemudian dihitung nilai Evapotranspirasi tanaman ETc. Evapotranspirasi potensial ETp merupakan kehilangan air yang terjadi untuk memenuhi kebutuhan tanaman yang terjadi pada saat kondisi air tanah jenuh Xu and Chen 2005. Besar nilai ETp pada penelitian ini diduga dengan menggunakan persamaan empiris Penman. Setelah didapatkan nilai ETp, nilai ETc tanaman pada umur tertentu dihitung dengan menggunakan nilai koefisien tanaman Kc berdasarkan ketentuan FAO. Akumulasi nilai ETc berdasarkan hasil perhitungan digambarkan pada Tabel 5. Tabel 5 menunjukkan akumulasi evapotranspirasi tanaman pada setiap fase pertumbuhan tanaman. Dapat terlihat bahwa besarnya akumulasi evapotranspirasi potensial pada tanam 1 dan tanam 2 tidak jauh berbeda. Jumlah konsumsi air tanaman dari semai hingga panen pada 3 varietas yang digunakan lebih besar pada saat tanam 2 dibandingkan pada saat tanam 1 Tabel 5. Hal ini terjadi karena pada saat tanam 2 selain intensitas radiasi yang lebih tinggi, kecepatan angin yang terjadi juga lebih besar. Semakin tinggi kecepatan angin maka besar evapotranspirasi yang terjadi juga semakin tinggi, begitu pula pada radiasi, semakin tinggi intensitas radiasi pada suatu lingkungan akan menyebabkan pemanasan massa udara yang lebih tinggi sehingga penguapan yang terjadi juga akan tinggi. Rata-rata konsumsi air tanaman saat semai hingga tanam pada varietas Inpari-10, Inpari- 13 dan Ciherang adalah sama yaitu 97 mm. Pada saat tanam hingga primordia konsumsi air tanaman varietas Ciherang 181 mm tidak berbeda nyata dengan varietas Inpari-10 184 mm dan varietas Inpari-13 adalah yang paling kecil yaitu sebesar 178 mm. Konsumsi air tanaman saat primordia hingga masuk pembungaan pada varietas Ciherang lebih besar dibandingkan dua varietas lainnya yaitu 121 mm, sedangkan varietas Inpari-13 adalah yang paling kecil yaitu 100 mm, pada varietas Inpari-10 sebesar 115 mm. Berbeda dari fase pertumbuhan sebelumnya, konsumsi air tanaman Inpari-13 saat pembungaan sampai panen lebih besar dari varietas lainnya yaitu 157 mm, sedangkan varietas Inpari-10 sebesar 153 mm dan varietas Ciherang 150 mm. Varietas Inpari-13 membutuhkan lebih banyak air saat pembungaan hingga panen, varietas Inpari-10 pada saat tanam hingga primordia dan pada varietas Ciherang lebih besar pada saat tanam hingga pembungaan. Rata-rata hasil produksi padi varietas Inpari- 10, Inpari-13 dan Ciherang masing-masing sebesar 5,9 tonhektar, 5,8 tonhektar dan 6,1 tonhektar. Tabel 6. Akumulasi Heat Unit pada setiap fase pertumbuhan padi Fase Pertumbuhan W1V1 W1V2 W1V3 W2V1 W2V2 W2V3 Fase Vegetatif 515a 506b 515a 516a 507b 507b Fase Generatif 206c 172d 215b 209c 179d 237a Fase Pemasakan 292a 291a 275c 266d 286b 256e Jumlah 1013a 969d 1005b 991c 972d 1000b Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 uji Duncan, V1 : Inpari-10; V2 : Inpari-13; V3 : Ciherang; W1 : Tanam 1; dan W2 : Tanam 2.

4.6 Heat Unit