Handoko et al. 1994 dalam Algas Project 1997 menyebutkan bahwa suhu dasar
tanaman padi untuk daerah tropis adalah sebesar 17
C. Konsep Heat Unit menurut Bey 1991
didasarkan pada kebutuhan total energi panas oleh tanaman untuk tumbuh dan menghasilkan
dan juga
diasumsikan bahwa
terdapat hubungan linear antara pertumbuhan tanaman
dan suhu. Menurut Baharsyah dalam Bey 1991,
konsep Heat
Unit memiliki
kelemahan, yaitu adanya perbedaan suhu dasar tanaman pada setiap tahap pertumbuhan,
dan tidak mempertimbangkan variasi kisaran suhu diurnal yang sering menentukan dalam
pertumbuhan tanaman daripada suhu rataan.
III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari
– September 2011. Pembuatan alat dilakukan di laboratorium instrumentasi
Geofisika dan Meteorologi FMIPA-IPB pada bulan Februari hingga Maret. Penanaman padi
pertama dilakukan pada tanggal 16 April 2011 dan tanam ke II pada tanggal 28 April 2011.
Lokasi penelitian dilakukan di Desa Langgeng Sari,
Kecamatan Lelea,
Kabupaten Indramayu, Jawa Barat pada lahan irigasi
teknis bagian
ujung. Pengolahan
data dilakukan di Laboratorium Klimatologi GFM-
FMIPA-IPB.
3.2. Bahan dan Peralatan 3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : multimeter, logger, sangkar cuaca
sensor radiasi surya, temperatur bola basah, temperatur bola kering, anemometer, penakar
hujan manual ombrometer, gelas ukur, Camera Digital, penggaris kayu, alat tulis,
seperangkat
komputer dengan
aplikasi Microsoft office dan costat, dan Grain
Moisture Meter. 3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
Bibit padi varietas Ciherang, Inpari-10, dan Inpari-13 Sumber : Balai Penelitian
Tanaman Padi Sukamandi Data curah hujan, radiasi surya, suhu bola
basah, suhu bola kering, dan kecepatan angin lokasi penelitian bulan Maret-
Agustus 2011
3.2.3 Rancangan Percobaan Rancangan
yang digunakan
dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap
dua faktorial. Perlakuan penelitian adalah waktu tanam petak utama dan varietas padi
anak petak. Setiap varietas dan waktu tanam dilakukan tiga kali ulangan dengan setiap kali
ulangan diambil 4 sampel tanaman padi pada tiga titik pengamatan.
3.3 Metoda Penelitian 3.3.1
Pengambilan Data
Pengambilan dan
pengukuran data
penelitian dilakukan di lapangan. Data yang diukur di lapangan adalah data pertumbuhan
tanaman padi, meliputi: tinggi tanaman dari permukaan tanah hingga daun terpanjang cm
dan jumlah anakan. Unsur cuaca yang diukur di lapangan adalah curah hujan, kecepatan
angin, radiasi surya, dan suhu udara. Pengukuran
pertumbuhan tanaman
padi dilakukan satu minggu sekali. Pengukuran
curah hujan dilakukan setiap hari, mulai tanggal 20 Maret 2011 hingga bulan Juli
2011. Pengukuran radiasi surya, suhu bola basah dan suhu bola kering dilakukan setiap
10 menit setiap hari dimulai dari tanggal 27 Maret 2011.
3.3.2 Analisa Data Penelitian a.
Pertumbuhan Tanaman Padi
Data yang digunakan untuk mengukur dan menganalisa pertumbuhan tanaman padi
adalah tinggi dan jumlah anakan tanaman padi dari awal tanam hingga panen. Laju
pertumbuhan tanaman
dihitung dengan
menggunakan rumus :
r = P
t
– P
t-1
Keterangan : P
t
: Tinggi tanaman minggu ke-t cm P
t-1
: Tinggi tanaman minggu ke t-1 cm r : Laju pertumbuhan tanaman
cmminggu
b. Curah hujan
Curah hujan CH diukur menggunakan wadah berbahan plastik dengan jari-jari 5.5
cm yang diletakkan di tempat terbuka di Desa Langgeng Sari. Pengambilan data CH yang
terukur hari ini diukur pagi hari adalah data CH
pada hari
sebelumnya dengan
menggunakan gelas ukur. Curah hujan yang tertampung pada hari tersebut diukur dengan
rumus :
CH =
c. Kelembaban Udara
Nilai kelembaban udara diduga dengan menggunakan data suhu udara dan suhu bola
basah yang diukur di lapangan. Rumus yang digunakan untuk menghitung kelembaban
udara adalah :
RH = eaesTBK 100 Dimana :
esTBK = 6.1078 EXP 17.139 x TBK TBK + 237.3
esTBB = 6.1078 EXP 17.139 xTBB TBB + 237.3
ea = esTBB-0.66xTBK-TBB
Keterangan : es
: Tekanan uap air jenuh ea
: Tekanan uap air aktual TBB : Suhu bola basah
o
C TBK : Suhu Bola Kering
o
C
d. Pendugaan
nilai Evapotranspirasi
tanaman Nilai Evapotranspirasi potensial ETp
harian diduga dengan menggunakan metode Penman, parameter yang digunakan adalah
suhu udara, intensitas radiasi, kelembaban udara RH dan kecepatan angin yang diukur
pada ketinggian 2 meter diatas permukaan tanah dengan persamaan :
ETp = {Δ Δ+γQn-G+γΔ+γ ƒu
e
s
– e
a
} λ
Dengan : ETp
: Evapotranspirasi potensial harian mmhari
Δ : Gradien tekanan uap air jenuh
terhadap suhu udara kpaK Qn
: Radiasi netto MJm
2
hari G
: Fluks radiasi bumi MJm
2
hari, diasumsikan sebesar 15 dari
radiasi netto.
γ
: Konstanta psikrometer 0,0661 kpa
C ƒu
: fungsi aerodinamik angin MJ m
-2
kpa
-1
hari
-1
λ : Bahang laten vaporisasi
MJ kg
-1
e
s
– e
a
: defisit tekanan uap air kPa Nilai-nilai peubah dalam Penman yang
tidak diukur langsung dapat diduga seperti yang dijelaskan oleh Meyer et al. 1987 :
Δ = 0.1 exp21.555-5304T+273.1 x {5304T+273.1
2
} ƒu = 4.84 + 0.0742 u
e
s
= 0.6108 exp17.27 TT+273.3 e
a
= 0.6108 exp 17.27 Tmin Tmin+273.3
λ = 2.50025
– 0.002365 T
dimana : u : Jelajah angin harian pada ketinggian
2 meter diatas permukaan tanah kmhari
T : Suhu udara rata-rata harian C yang
dihitung dengan T=Tmax+Tmin2 Cara yang digunakan untuk menduga nilai
Qn dengan menggunakan persamaan :
Qn = 1- αQs
α merupakan nilai albedo yang nilainya ditentukan berdasarkan ketentuan FAO yaitu
sebesar 0,24. Evapotranspirasi tanaman ETc dihitung
dengan menggunakan persamaan :
ETc = Kc x Etp
Kc merupakan koefisien tanaman yang ditentukan berdasarkan ketentuan FAO 1979
dalam Susilawati, 2004
e. Heat Unit