Heat Unit HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1

4.6 Heat Unit

Heat Unit adalah ukuran jumlah energi panas tanaman yang terakumulasi selama musim tanam dan digunakan untuk menggambarkan perkembangan tanaman Peng et al. 1989 dalam Esparza et al. 2007. Dengan informasi suhu harian dapat dihitung besarnya jumlah panas yang dibutuhkan tanaman untuk mencapai fase - fase tertentu atau untuk menentukan umur tanaman. Pada penelitian ini dilakukan penghitungan jumlah Heat Unit yang dibutuhkan tanaman padi untuk mencapai fase vegetatif, fase reproduktif, dan fase pemasakan tanaman. Pada tanam 1 saat fase vegetatif, pengukuran suhu dilakukan dua hari setelah semai. Penghitungan Heat Unit rata-rata selama 1 hari kurang lebih sebesar 9 C o hari. Sehingga besar Heat Unit pada awal semai yang tidak terukur dapat diduga sebesar 18 C o hari. Hasil pendugaan Heat Unit ditambahkan pada Heat Unit yang sudah terukur sehingga besaran Heat Unit menjadi seperti yang tercantum pada Tabel 6. Rekapitulasi Heat Unit dan hasil sidik ragam peubah akumulasi Heat Unit pada setiap fase pertumbuhan tanaman dapat dilihat pada Tabel 6. Berdasarkan uji F dapat disimpulkan bahwa satuan panas berbeda nyata pada fase vegetatif, fase reproduktif dan fase pemasakan tanaman padi antar perlakuan. Kebutuhan panas tanaman pada setiap fase pertumbuhan tanaman menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan terhadap akumulasi Heat Unit pada setiap fase pertumbuhan berbeda nyata. Akumulasi Heat Unit varietas Inpari-13 pada fase vegetatif dan fase reproduktif tanaman lebih kecil dibandingkan dua varietas lainnya. Hal ini dikarenakan faktor genetika tanaman, dalam petumbuhan tanaman padi varietas Inpari-13 merupakan varietas genjah, yaitu varietas dengan umur tanaman yang pendek.

V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

Tinggi tanaman pada tanam 2 lebih tinggi dibandingkan pada tanam 1 dengan varietas yang paling tinggi adalah Inpari-13 pada dua waktu tanam. Jumlah anakan maksimum Inpari-10 lebih besar dibandingkan varietas lainnya pada 2 waktu tanam, akan tetapi varietas dengan jumlah anakan maksimum tidak menentukan bahwa varietas tersebut akan memberikan jumlah anakan produktif yang lebih banyak. Produktivitas pada tanam 2 lebih baik dibandingkan pada tanam 1, dan varietas Ciherang yang memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan varietas Inpari- 13 dan Inpari-10. Pada tanam 1 intensitas radiasi 18,7 MJm 2 hari, suhu 26,7 o C, RH 82, jelajah angin 96,2 Kmhari, besar produksi padi sebesar 5.2 tonhektar, 4.8 tonhektar, 5.3 tonhektar untuk varietas Inpari-10, Inpari-13 dan Ciherang. Pada tanam 2 rata-rata selama periode penanaman intensitas radiasi 19,3 MJm 2 hari, suhu 26,7 o C, RH 82, jelajah angin 98 Kmhari memberikan hasil produksi 6,73 tonhektar, 6,74 tonhektar, dan 6,94 tonhektar untuk varietas Inpari-10, Inpari-13 dan Ciherang. Konsumsi air tanaman varietas Inpari-10, Inpari-13 dan Ciherang, masing-masing adalah 549 mm, 531 mm dan 548 mm. Satuan panas hingga panen dengan suhu dasar tanaman sebesar 17 o C pada varietas Inpari- 10, Inpari-13 dan Ciherang, masing-masing adalah 1001 C o hari, 970 C o hari, dan 1002 C o hari. Rata-rata hasil produksi padi varietas Inpari-10, Inpari-13 dan Ciherang masing- masing sebesar 5,9 tonhektar, 5,8 tonhektar dan 6,1 tonhektar. Hasil produksi yang tinggi dimiliki oleh varietas Ciherang dengan konsumsi air tanaman dan satuan panas yang lebih besar. Karakter genjah varietas Inpari-13 ditunjukkan dengan kebutuhan satuan panas dan konsumsi air tanaman yang terkecil diantara tiga varietas yang digunakan.

5.2 Saran

Menganalisa pengaruh cuaca terhadap pertumbuhan tanaman dengan membandingkan lokasi penanaman pada ketinggian tempat yang berbeda akan memungkinkan mendapatkan hasil analisa yang lebih baik.