Jumlah Anakan Pengukuran jumlah anakan sama seperti

dikarenakan curah hujan yang besar. Selain pertumbuhan tanaman dilakukan juga pengukuran terhadap hasil panen padi, diantaranya bobot 1000 butir padi, produktivitas perhektar dan jumlah gabah permalai. 4.3.1 Tinggi Tanaman Pengukuran tinggi tanaman padi selama pengamatan dilakukan satu minggu sekali dengan menggunakan penggaris kayu, dimana tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah hingga daun terpanjang. Hasil pengukuran menunjukkan perbedaan tinggi tanaman yang tidak jauh berbeda pada setiap perlakuan yang digambarkan oleh Gambar 6. Gambar 6 menunjukkan bahwa akumulasi tinggi tanaman pada saat tanam 2 lebih tinggi dibandingkan dengan akumulasi tinggi tanaman pada saat tanam 1 pada semua varietas. Hal ini terjadi dikarenakan radiasi yang terukur selama tanam 2 lebih tinggi dibandingkan tanam 1 selain itu kebutuhan air selama pertumbuhan tanaman juga tercukupi, sehingga penyerapan energi panas untuk proses fotosintesis serta respirasi tanaman lebih besar terjadi pada tanam 2 sehingga proses metabolisme tanaman dapat terjadi lebih optimal . Gambar 6 Pertumbuhan tinggi tanaman padi Ket: V1 : Inpari-10; V2 : Inpari-13; V3 : Ciherang; W1 : Tanam 1; dan W2 :Tanam 2 Pertambahan tinggi tanaman mulai menurun pada saat tanaman berumur 57 HST. Pertambahan tinggi tanaman berhenti karena penambahan bobot tanaman untuk pemanjangan batang dan daun tanaman berhenti dan berpindah untuk pembentukan malai, pengisian biji serta pemasakan biji padi. Berdasarkan 3 varietas yang ditanam, baik pada tanam 1 ataupun tanam 2 menunjukkan bahwa varietas Inpari-13 memiliki tinggi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan varietas Ciherang dan Inpari-10. Tinggi maksimum tanaman dari tiga varietas pada tanam 1 menunjukkan bahwa varietas Ciherang adalah varietas yang paling tinggi dibandingkan varietas lainnya yaitu mencapai 102,6 cm, sedangkan tinggi tanaman varietas Inpari-13 dan Inpari-10 adalah 101,7 cm dan 98,8 cm. Pada saat tanam 2 varietas Inpari-13 memiliki tinggi tanaman yang paling tinggi dibandingkan 2 varietas lainnya yaitu mencapai 121,1 cm dan tinggi varietas Inpari-10 dan Ciherang adalah 115,0 cm dan 110,5 cm. Tinggi tanaman padi varietas Inpari-13 pada tanam 1 sesuai dengan tinggi tanaman padi yang dijelaskan dalam buku Deskripsi Padi oleh Suprihatno et al. 2009 yaitu 101,0 cm, tetapi tidak pada tanam 2. Tinggi tanaman padi varietas Inpari-13 jauh lebih tinggi dibandingkan literatur yang didapatkan, hal ini diduga karena perbedaan kondisi lingkungan pertumbuhan, khususnya terhadap suhu dan radiasi.

4.3.2 Jumlah Anakan Pengukuran jumlah anakan sama seperti

pengukuran tinggi tanaman. Jumlah anakan tanaman padi dihitung pada setiap rumpun tanaman padi. Hasil pengukuran perkembangan jumlah anakan padi pada tanam 1 dan tanam 2 dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7 Pertumbuhan jumlah anakan Tanaman Padi Ket: V1 : Inpari-10; V2 : Inpari-13; V3 : Ciherang; W1 : Tanam 1; dan W2 :Tanam 2 Gambar 7 menunjukkan bahwa perkembangan jumlah anakan tanaman padi maksimum terjadi saat 43 HST pada tanam 1 dan saat 35 HST pada tanam 2. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi perbedaan panjang periode bagi tanaman padi untuk menghasilkan jumlah anakan maksimum. Perbedaan ini terjadi dikarenakan faktor 20 40 60 80 100 120 140 14 25 28 35 43 49 57 63 70 77 T in g gi tan am an cm HST W1 V1 W1 V2 W1 V3 W2V1 W2V2 W2V3 5 10 15 20 25 30 35 14 25 28 35 43 49 57 63 70 77 Ju m la h a n aka n B atan g HST W1 V1 W1 V2 W1 V3 W2V1 W2V2 W2V3 lingkungan, seperti cuaca. Radiasi matahari yang tinggi menyebabkan suhu lingkungan tanaman juga tinggi, sehingga proses fotosintesis netto tanaman dapat terjadi lebih optimal sehingga laju pertumbuhan jumlah anakan dapat terjadi lebih optimal. Salisbury dan Ross 1992 dalam Humaerah 2002 juga mengatakan bahwa intensitas radiasi surya yang tinggi secara langsung meningkatkan laju fotosintesis karena merupakan sumber energi untuk berlangsungya proses tersebut. Akumulasi jumlah anakan yang ditunjukkan pada Gambar 7 menggambarkan bahwa jumlah anakan maksimum varietas Inpari-10 lebih tinggi dibandingkan varietas lainnya, akan tetapi pada saat fase pematangan terjadi pengurangan jumlah anakan, baik karena diserang hama tikus ataupun mati. Perbedaan jumlah anakan ditunjukkan oleh varietasnya, dimana jumlah anakan varietas Inpari-10 lebih banyak dibandingkan dengan jumlah anakan Ciherang dan diikuti oleh varietas Inpari-13 baik pada tanam 1 ataupun pada tanam 2. Dari tiga varietas dan 2 kali tanam, varietas yang menunjukkan jumlah anakan maksimum paling banyak adalah varietas Inpari-10. Akan tetapi jumlah anakan produktif yang dihasilkan hanya mendekati setengah dari jumlah anakan maksimumnya. Varietas dengan selisih jumlah anakan maksimum dan anakan produktif paling sedikit adalah varietas Inpari-13. Jumlah anakan produktif yang dihasilkan Inpari-13 juga tidak jauh berbeda dibandingkan 2 varietas lainnya. Itu berarti varietas Inpari-13 lebih efektif untuk meminimalkan penguapan yang terjadi. Tinggi tanaman varietas Inpari- 13 yang diukur adalah yang paling tinggi dibandingkan dua varietas lainnya dan varietas Inpari-10 lebih pendek dibandingkan dengan varietas Ciherang, akan tetapi jumlah anakan varietas Inpari-10 pada saat 49 HST adalah yang paling banyak. Varietas Inpari-13 yang menunjukkan tinggi tanaman yang paling tinggi diantara yang lainnya merupakan varietas yang jumlah anakannya lebih sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan energi radiasi ataupun konsumsi air pada varietas Inpari-13 lebih banyak digunakan untuk pertumbuhan tinggi tanaman dan sedikit untuk perkembangan jumlah anakan, sebaliknya pada varietas Inpari-10. Varietas dengan jumlah anakan maksimum paling banyak tidak menentukan bahwa varietas tersebut akan memberikan jumlah anakan produktif yang lebih banyak pula. Selain itu, jumlah anakan produktif juga tidak menentukan bahwa semua jumlah anakan produktif dapat hidup hingga panen. Perbandingan jumlah anakan tanaman padi ditunjukkan oleh Gambar 8 dan perbandingan persentase jumlah anakan bermalai dan jumlah anakan berproduksi dari jumlah anakan maksimum ditunjukkan Gambar 9. Gambar 8 Jumlah anakan padi Gambar 9 Persentase jumlah anakan bermalai dan anakan berproduksi dari jumlah anakan maksimum Ket : V1 : Inpari-10; V2 : Inpari-13; V3 : Ciherang; W1 : Tanam 1; dan W2 : Tanam 2 Gambar 8 menunjukkan bahwa jumlah anakan maksimum varietas Inpari-10 adalah yang paling tinggi dibandingkan varietas lainnya baik pada tanam 1 ataupun pada tanam 2, dan pada Gambar 9 menggambarkan bahwa persentase jumlah anakan yang berproduksi pada varietas Inpari-10 pada tanam 1 dan tanam 2 lebih kecil dibandingkan varietas Inpari-13 dan Ciherang. Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh varietas Inpari-13 pada tanam 1, dimana jumlah anakan bermalai adalah yang paling kecil dibandingkan lainnya dan pengurangan jumlah anakan yang bertahan mencapai setengah dari anakan maksimum. Hal ini terjadi karena varietas Inpari-13 adalah varietas yang berumur genjah dan memiliki masa vegetatif lebih cepat dari 5 10 15 20 25 30 W1V1 W1V2 W1V3 W2V1 W2V2 W2V3 A n ak an P ad i B at an g Perlakuan Anakan Maksimum Anakan Bermalai Anakan Berproduksi 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 W1V1 W1V2 W1V3 W2V1 W2V2 W2V3 P er se n ta se j u ml ah an ak an Perlakuan Anakan Bermalai Anakan Berproduksi Tabel 4 pengaruh perlakuan terhadap komponen hasil Perlakuan Produktivitas tonha Bobot Gabah 1000 Butir Persentase Gabah Isi V1W1 5,16b 29,30a 90,47a V2W1 4,82c 25,96c 82,81b V3W1 5,30b 25,80c 90,17a V1W2 6,73a 29,56a 92,32a V2W2 6,74a 27,11b 89,97a V3W2 6,94a 26,37c 90,95a Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 uji Duncan, V1 : Inpari-10; V2 : Inpari-13; V3 : Ciherang; W1 : Tanam 1; dan W2 : Tanam 2 varietas lainnya. Masa vegetatif yang lebih cepat menyebabkan Inpari-13 diserang hama tikus lebih banyak karena tanamannya menjadi lebih wangi dibandingkan varietas lainnya. 4.3.3 Komponen Hasil Rekapitulasi sidik ragam peubah komponen hasil dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan uji F menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata terhadap produktivitas tanaman, bobot 1000 butir, dan persentase gabah isi. Rata-rata hasil dari setiap perlakuan varietas dan waktu tanam yang ditampilkan pada Tabel 4 menunjukkan bahwa produktivitas pada waktu tanam 2 memiliki hasil yang lebih baik dibandingkan waktu tanam 1, dan dari setiap varietas menunjukkan bahwa varietas Ciherang memberikan produktivitas yang paling banyak dari pada dua varietas lainnya pada kedua waktu tanam. Hal ini diduga karena faktor genetika varietas tanaman tersebut. Hasil penelitian Suprihatno et al. 2009 juga menunjukkan hasil bahwa varietas Ciherang memiliki produktivitas yang lebih besar. Bila dilihat dari bobot gabah 1000 butir, bobot gabah 1000 butir varietas Inpari-10 menunjukkan angka yang lebih banyak dibandingkan varietas lainnya, hal yang sama juga ditunjukkan oleh persentase gabah isi, oleh sebab itu varietas Inpari-10 memiliki bobot 1000 butir yang paling tinggi dibandingkan kedua varietas lainnya. Hal ini diduga karena faktor genetik varietas Inpari- 10 merupakan varietas yang tahan terhadap kekeringan sehingga memiliki hasil yang lebih baik. Yoshida 1981 dalam Suhartatik et al. 2008 mengatakan semakin tinggi radiasi surya pada fase reproduktif dapat meningkatkan jumlah gabah. Radiasi surya menurut Best 1962 dalam Bey 1991 terhadap pertumbuhan tanaman sangat berpengaruh terhadap proses fotosintesis dan proses pembentukan tanaman, seperti batang, daun, dll. Suhu udara mempengaruhi proses fotosinetesis maupun respirasi tanaman. Ketidak-seimbangan antara kedua proses tersebut dapat mengurangi bobot gabah. Suhu udara tinggi pada stadia vegetatif diperlukan untuk merangsang pembentukan anakan, tetapi dari stadia pengisian gabah sampai panen diperlukan udara yang sejuk. Suhu yang tinggi mengakibatkan respirasi yang terjadi juga lebih cepat. Sutcliffe 1979 dalam Polii 2003 berpendapat bahwa perubahan suhu lingkungan dapat menyebabkan perubahan suhu tanaman sehingga dapat mempengaruhi aktifitas metabolisme tanaman.

4.4 Cuaca Dan Pertumbuhan Tanaman