31
bersangkutan. Meskipun dalam beberapa kasus suatu proyek baru mungkin mengambil penjualan dari proyek perusahaan yang ada
sekarang, namun dalam kasus lain usaha baru mungkin benar- benar bisa membawa penjualan baru ke lini yang sudah ada.
Intinya adalah arus kas apa pun yang masuk ke bagian mana pun dari perusahaan itu yang mungkin dihasilkan dari keputusan
yang diambil harus diperhitungkan pada saat mengambil keputusan itu Arthur, 2010.
c. Arus Kas Bebas
Menurut Dayananda 2002, secara umum arus kas bebas suatu proyek akan termasuk ke dalam salah satu dari tiga kategori
berikut ini: 1 Pengeluaran awal
Pengeluaran awal mencakup arus kas keluar yang langsung diperlukan untuk membeli aktiva dan untuk
mengoperasikannya. Jumlah
ini mencakup
biaya memasang aktiva itu harga pembelian aktiva plus
pengeluaran apa pun yang terkait dengan pengiriman atau pemasangan dan pengeluaran tunai non biaya seperti
kenaikan kebutuhan modal kerja. Biaya setelah pajak dari berbagai pengeluaran yang terjadi sebagai akibat dari
investasi baru juga harus dimasukkan sebagai arus kas keluar.
32
2 Arus kas bebas tahunan Arus kas bebas tahunan berasal dari arus kas operasi,
perubahan dalam modal kerja, dan pengeluaran modal apa pun yang terjadi. Dalam perhitungan akan dimulai dengan
laporan pro forma lalu setelah itu dilakukan penyesuaian untuk depresiasi bunga, dan modal kerja, serta
pengeluaran modal apa pun yang terjadi. 3 Arus kas akhir
Perhitungan arus kas akhir umumnya mencakup nilai akhir perusahaan ditambah atau dikurangi pendapatan
atau kerugian kena pajak apa pun yang terkait dengan penjualannya. Faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi
arus kas akhir antara lain nilai sisa proyek setelah pajak, pengeluaran kas yang terkait dengan penghentian proyek
dan pendapatan kembali atas pengeluaran non biaya yang terjadi pada saat awal proyek dimana hal ini mencakup
investasi modal kerja.
4. Initial Public Offering
Untuk mempercepat perkembangan usahanya, salah satu aksi korporasi perusahaan adalah mencari modal dari pihak luar dengan
melakukan penawaran saham perdana selanjutnya disebut sebagai IPO. IPO adalah kegiatan penawaran
saham atau efek lainnya yang dilakukan oleh emiten perusahaan yang akan go public untuk menjual saham atau
33
efek kepada calon investor berdasarkan tata cara yang diatur oleh UU Pasar Modal dan Peraturan Pelaksanaannya.
Aspek yang menentukan keberhasilan IPO antara lain ketepatan waktu, pemilihan calon investor yang tepat, serta struktur penawaran
saham. Serta, perusahaan yang melakukan IPO selayaknya harus dapat memenuhi kriteria keuangan dan non keuangan, seperti telah
membuktikan tingkat rasio keuangan yang baik, penempatan posisi yang penting dalam sektor industrinya, dapat membuktikan memiliki prospek
yang baik, serta memiliki tim manajemen dan corporate governance yang baik.
Umumnya, perusahaan yang melakukan IPO akan memperoleh sejumlah keuntungan seperti:
a. Memperoleh tambahan modal, karena dengan mengedarkan saham, uang yang didapat dari investor yang membelinya akan
mengalir kedalam modal perusahaan, sehingga proyek investasi perusahaan akan semakin terwujud dengan adanya modal ini.
b. Menciptakan instrumen
keuangan yang
sifatnya dapat
dinegosiasikan ketika akan melakukan hubungan bisnis dengan perusahaan lain seperti merger, konsolidasi, dan sebagainya.
c. Meningkatkan fleksibilitas
perusahaan dalam
melakukan pendanaan ekuitas, sehingga perusahaan akan mendapatkan
modal ekuitas lebih cepat.
34
d. Meningkatkan citra perusahaan, karena dengan dilakukannya IPO, artinya perusahaan telah memiliki reputasi yang baik dimata
para investor dan menaruh kepercayaan bahwa modal yang diinvestasikan akan memberikan return yang menguntungkan
bagi investor juga. Dalam penelitian Ritter dan Welch 2002, alasan mengapa
perusahaan melakukan IPO terbagi kedalam 2 teori, yaitu Life Cycle Theories dan Market-Timing Theories. Teori yang pertama menjelaskan
bahwa dengan going public, perusahaan akan membantu menaikkan value dari perusahaan itu sendiri
dibandingkan dengan apa yang didapat dari penjualan langsung. Yang dimaksud dengan value disini adalah nilai
kepercayaan perusahaan dimata para shareholders dan stakeholders atas return yang dihasilkan, sedangkan menurut teori yang kedua adalah
bahwa perusahaan tidak akan melakukan IPO jika mereka mengetahui bahwa mereka sedang dalam kondisi undervalued. Artinya perusahaan
akan melakukan IPO jika kondisi waktu pasar memang sedang menguntungkan. Hal ini membuat perusahaan untuk semakin waspada
dalam menentukan waktu yang tepat untuk melakukan IPO. Proses IPO di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Pasar
Modal No. 8 Tahun 1995 Bab IX mengenai Emiten dan Perusahaan Publik, perusahaan di Indonesia mengatur tahapan dalam melakukan
penawaran umum. Kusumawardhani 2009 merangkum tahapan-tahapan tersebut sebagai berikut: