Perhitungan Capital Budgeting Analisiscapital Budgetingdan Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan Go Publicdi Bursa Efek Indonesia Periode 2009 Dan 2010)

68 Perlu diperhatikan bahwa payback period juga memiliki beberapa kelemahan. Pertama, tidak sesuai dengan prinsip nilai waktu uang time value of money. Contohnya, disaat uang tersebut diterima ternyata uang tersebut memiliki nilai yang lebih berharga dibandingkan nilai uang yang diterima pada tahun sebelumnya. Dalam payback period, nilai waktu uang tidak diperhitungkan. Kedua, tidak adanya kriteria yang objektif dalam payback period apabila investasi diterima atau disetujui. Investasi yang sama dengan data input yang sama dapat mengalami perbedaan hasil perhitungan investasi, dalam hal ini antara memilih empat atau lima tahun sebagai waktu dan hasil investasi. Ketiga, aliran kas setelah payback period tidak memiliki pengaruh berarti dalam perhitungan payback period, sebatas hanya sampai perhitungan waktu pengembaliannya saja. Payback period dapat menjadi alat ukur yang baik untuk menghitung risiko likuiditas dalam sebuah investasi, tetapi metode ini memiliki tiga kelemahan yang harus diperhatikan. Maka digunakanlah metode yang lebih baik lagi untuk mengukur risiko likuiditas dalam sebuah investasi yaitu discounted payback period, yang merupakan bentuk penyempurnaan dari payback period dengan memperhitungkan nilai waktu dari uang.

b. Discounted Payback Period

Discounted payback period dikembangkan dari payback period dan dibuat berdasarkan perhitungan dari nilai waktu uang. Discounted payback period adalah jumlah waktu yang dibutuhkan bagi nilai bersih 69 aliran kas perusahaan saat ini net cash flow’s present value untuk menghadapi hal yang tidak diinginkan terjadi terhadap investasi bersih yang ada. Nilai saat ini dihitung secara khusus dengan mengurangi aliran kas bersih pada tingkat pengembalian yang dibutuhkan. Pada umumnya, semakin pendek waktu pengembalian maka semakin baik investasi tersebut. Langkah pertama dalam proses perhitungan discounted payback period yaitu mengurangi aliran kas bersih perusahaan dalam tingkat pengembalian yang dibutuhkan dengan menghitung nilai bersih aliran kas saat ini, kemudian discounted payback period dihitung menggunakan cara yang sama seperti payback period tetapi menggunakan nilai sekarang dari arus kas. Hasil perhitungan masing-masing perusahaan seperti tergambar dalam tabel 4.5 dibawah ini : Tabel 4.5 Discounted Payback Period Kode Perusahaan Discounted Payback Period AMRT 2,37 APLN - BCIP - BPFI 5,98 BRAU 2,60 BUVA 1,98 BWPT 5,24 GREN - GTBO 3,92 ICBP 4,40 IPOL - KRAS - NIKL - PTPP 5,62 ROTI - 70 TRIO 5,33 Tidak jauh berbeda dari hasil yang ditunjukkan dengan menggunakan metode payback period, berdasarkan hasil perhitungan discounted payback period yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa perusahaan yang sudah memenuhi kriteria perhitungan discounted payback period ada 9 perusahaan, yaitu PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk AMRT dengan nilai discounted payback period sebesar 2,37 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 2,37 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu PT. Batavia Prosperindo Finance Tbk BPFI dengan nilai discounted payback period sebesar 5,98 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 5,98 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, yaitu PT. Berau Coral Energy Tbk BRAU dengan nilai discounted payback period sebesar 2,60 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 2,60 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu PT. Bukit Uluwatu Villa Tbk BUVA dengan nilai discounted payback period sebesar 1,98 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 1,98 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Sumber : Data Diolah 71 Indonesia, selanjutnya yaitu PT. BW Plantation Tbk BWPT dengan nilai discounted payback period sebesar 5,24 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 5,24 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu PT. Garda Tujuh Buana Tbk GTBO dengan nilai discounted payback period sebesar 3,92 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 3,92 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ICBP dengan nilai discounted payback period sebesar 4.4 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 4.4 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu PT. PP Persero Tbk PTPP dengan nilai discounted payback period sebesar 5,62 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 5,62 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu PT. Trikomsel Oke Tbk TRIO dengan nilai discounted payback period sebesar 5,33 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 5,33 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia. Namun perusahaan lainnya dengan kode perusahaan seperti APLN, BCIP, GREN, IPOL, KRAS, dan NIKL belum bisa memenuhi 72 kembali modal dasar yang disetorkan perusahaan sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia sehingga tidak bisa diperoleh nilai discounted payback period nya.

c. Net Present Value

Net Present Value NPV adalah penjumlahan dari nilai sekarang arus kas perusahaan ditingkat pengembalian yang diinginkan dikurangi dengan nilai investasi. Nilai bersih sekarang pada suatu investasi, memberikan suatu ukuran nilai bersih net value dari investasi perusahaan yang terkait dengan nilai perusahaan sekarang. Karena semua arus kas didiskontokan kembali ke nilai sekarang, membandingkan perbedaan antara jumlah nilai sekarang dari arus kas akhir tahunan dan pengeluaran awal adalah memadai. Menurut Freddy Rangkuti 2012:159 menyatakan bahwa net present value mempunyai keunggulan dalam mengetahui profitabilitas investasi, yaitu : a. Dapat mengetahui time value of money atau nilai rupiah saat ini memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rupiah yang akan diterima dimasa yang akan datang. b. Menggunakan seluruh nilai cash flow yang dimiliki suatu investasi. c. Perhitungan NPV bersifat objektif karena menggunakan ukuran yang sudah jelas yaitu estimasi cash flow dan discount rate. d. Bersifat value-additivitty principle, masing-masing NPV suatu investasi dapat dijumlahkan. Artinya, jumlah NPV tersebut dapat meningkatkan nilai suatu perusahaan. 73 e. Metode NPV selalu konsisten dengan tujuan memaksimalkan nilai suatu investasi. Ketika NPV suatu investasi lebih besar dari nol, maka investasi perusahaan tersebut layak dan diterima, sedangkan ketika NPV suatu investasi hasilnya negatif, maka tidak disarankan untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Perhitungan NPV kepada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia dapat terlihat dalam tabel dibawah ini : Tabel 4.6 Net Present Value Kode Perusahaan Net Present Value AMRT 2444531984874,94 APLN -218137678627,02 BCIP -241436088361,25 BPFI 3082918704,09 BRAU 9032959073950.24 BUVA 19951471405335,90 BWPT 91065810388,67 GREN -931539397379,76 GTBO 90492283964,91 ICBP 8001410223531,96 IPOL -965150677346,07 KRAS -7272443625013,66 NIKL -109718835100,60 PTPP 773943953935,26 ROTI -145555732642,39 TRIO 143749522965,67 Berdasarkan hasil perhitungan net present value dalam tabel 4.6 diatas, dapat dilihat bahwa sejumlah perusahaan, diantaranya PT Sumber Sumber : Data Diolah 74 Alfaria Trijaya Tbk AMRT, PT. Batavia Prosperindo Finance Tbk BPFI, PT Berau Coral Energy Tbk BRAU, PT Bukit Uluwatu Villa Tbk BUVA, PT BW Plantation Tbk BWPT, PT Garda Tujuh Buana Tbk GTBO, PT Indofood CBP Sukses Makmur ICBP, PT PP Persero Tbk PTPP, PT. Trikomsel Oke Tbk TRIO memiliki nilai NPV yang lebih besar dari nol dan telah memenuhi kriteria, yaitu ketika NPV suatu investasi lebih besar dari nol, maka investasi kepada perusahaan tersebut layak dan diterima, dan juga memenuhi syarat untuk penilaian kelayakan investasi berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dan hasil positif yang diperoleh dari perhitungan NPV menggambarkan investasi yang akan dilakukan pada akhirnya dapat meningkatkan nilai dari perusahaan tersebut, sedangkan sisanya yaitu PT. Agung Podomoro Land Tbk APLN, PT. Bumi Citra Permai Tbk BCIP, PT. Evergreen Invesco Tbk GREN, PT. Indopoly Swakarsa Industry Tbk IPOL, PT. Krakatau Steel Tbk KRAS, PT. Latinusa Tbk NIKL, PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk ROTI memiliki nilai NPV yang masih menunjukkan hasil yang negatif sampai dengan periode laporan keuangan terakhir yakni tahun 2015, maka kepada para investor tidak disarankan untuk berinvestasi kepada perusahaan tersebut.

d. Profitability Index

Indeks profitabilitas PI atau rasio manfaat biaya merupakan rasio nilai sekarang dari arus kas bebas masa depan terhadap pengeluaran awal. Meskipun kriteria investasi NPV memberikan suatu ukuran nilai 75 absolut yang diinginkan dari suatu investasi, indeks probabilitas menjadi ukuran relatif yang dinginkan investor yang merupakan rasio nilai sekarang dari manfaat masa depannya terhadap biaya investasi awal. Indeks probabilitas juga menghasilkan keputusan menerima atau menolak sebuah investasi yang sama dengan kriteria NPV. Ketika nilai sekarang dari arus kas bersih suatu investasi sama dengan atau lebih besar dari pengeluaran awalnya, maka NPV dari investasi tersebut akan positif, dan nilai indeks probabilitas investasi tersebut juga akan bernilai lebih dari 1 satu. Jadi, dua kriteria keputusan ini akan selalu menghasilkan keputusan yang sama, baik itu menerima maupun tidak disarankan berinvestasi kepada perusahaan tersebut. Perhitungan indeks profitabilitas dalam pengambilan keputusan investasi terhadap perusahaan yang melakukan IPO periode 2009 dan 2010 tergambar dalam tabel 4.7 berikut dibawah ini : Tabel 4.7 Profitability Index Kode Perusahaan Profitability Index AMRT 3,009 APLN 0,228 BCIP 0,136 BPFI 1,011 BRAU 2,001 BUVA 8,748 BWPT 1,103 GREN 0,068 GTBO 1,071 ICBP 1,457 IPOL 0,413 76 KRAS 0,635 NIKL 0,862 PTPP 1,085 ROTI 0,773 TRIO 1.094 Berdasarkan hasil perhitungan profitability index dalam tabel 4.7 diatas dapat disimpulkan bahwa sejumlah perusahaan yaitu PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk AMRT, PT. Batavia Prosperindo Finance Tbk BPFI, PT Berau Coral Energy Tbk BRAU, PT Bukit Uluwatu Villa Tbk BUVA, PT BW Plantation Tbk BWPT, PT Garda Tujuh Buana Tbk GTBO, PT Indofood CBP Sukses Makmur ICBP, PT PP Persero Tbk PTPP, PT. Trikomsel Oke Tbk TRIO yang memiliki nilai profitability index lebih dari 1 satu, hal itu bertepatan dengan asumsi bahwa ketika nilai sekarang dari arus bersih suatu investasi sama dengan atau lebih besar dari pengeluaran awalnya, NPV dari investasi tersebut akan positif, menandakan bahwa investasi kepada perusahaan tersebut bisa diterima, maka indeks probabilitas investasi tersebut juga akan bernilai lebih dari 1 dan investasi diterima. Dari tabel 4.7 juga dapat dilihat bahwa skor tertinggi dimiliki oleh PT Bukit Uluwatu Villa Tbk BUVA yakni dengan skor 8,748 hal ini menandakan bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik setelah melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia. Sumber : Data Diolah 77

e. Modified Internal Rate of Return

Internal Rate of Return IRR adalah metode yang menghitung tingkat bunga discount rate yang membuat nilai sekarang dari seluruh perkiraan arus kas masuk sama dengan nilai sekarang dari nilai ekspektasi arus kas keluar Hazen, 2009. IRR merupakan tingkat bunga yang membuat nilai NPV yang dihitung menjadi sama dengan nol. Jika hasil IRR yang didapat lebih besar dari discount rate maka menggambarkan bahwa investasi yang dilakukan akan menghasilkan return lebih besar dari yang diharapkan, sehingga investor sebaiknya menerima investasi tersebut. IRR yang lebih kecil dari discount rate menggambarkan investasi yang dilakukan akan menghasilkan return yang lebih kecil dari yang diharapkan, sehingga investor disarankan tidak berinvestasi kepada perusahaan tersebut, sedangkan IRR yang sama dengan discount rate maka investasi yang dilakukan diperkirakan akan menghasilkan return sebesar yang diharapkan Peterson,2002. Namun metode ini memiliki kelemahan, yaitu : a. Metode ini membutuhkan nilai discount rate dalam perhitungannya. b. Metode ini tidak dapat memberikan keputusan yang tepat ketika harus memperbandingkan mutually exclusive projects. c. Metode ini tidak dapat memberikan hasil yang maksimal ketika harus memilih suatu proyek yang capitalnya berupa rasio. 78 Setelah mengetahui beberapa kelemahan yang dimiliki oleh metode IRR tersebut, saat ini telah dikembangkan suatu metode untuk melengkapi kelemahan tersebut dengan sebuah metode yang disebut MIRR Modified Internal Rate of Return. Penggunaan metode ini mengkonversikan seluruh arus kas sesudah initial investment atau investasi awal dengan asumsi bahwa arus kas dapat diinvestasikan kembali pada discount rate menjadi arus kas tunggal pada akhir masa investasi tersebut Lefley, 2007. MIRR diperoleh dengan mengasumsikan arus kas keluar ditahun nol 0 dan arus kas masuk pada saat sesudah investasi. Arus kas masuk pada akhir masa investasi diasumsikan memiliki rate yang sama dengan discount rate, bukan dengan menggunakan IRR dimana umumnya lebih besar dari discount rate, sehingga hasil yang diperoleh akan lebih mendekati realistis dengan menggunakan metode ini. Hubungan antara NPV dengan MIRR adalah jika NPV positif maka MIRR harus lebih besar dari tingkat diskonto. Dengan demikian, semua kriteria arus kas yang didiskonto akan konsisten dan memberikan hasil yang sama seperti metode net present value yaitu keputusan menerima atau menolak suatu investasi. Perhitungan modified internal rate of return dalam pengambilan keputusan investasi perusahaan yang melakukan IPO periode 2009 dan 2010 tergambar dalam tabel berikut dibawah ini : 79 Tabel 4.8 Modified Internal Rate of Return Kode Perusahaan MIRR Discount Rate AMRT 9,4910 6,83 APLN -23,0599 6,83 BCIP -38,1760 6,83 BPFI 7,0570 6,83 BRAU 34,9541 6,83 BUVA 94,7990 6,83 BWPT 11,1950 6,83 GREN -54,3990 6,83 GTBO 9,2800 6,83 ICBP 18,5990 6,83 IPOL -16,7400 6,83 KRAS -7,7873 6,83 NIKL 1,3490 6,83 PTPP 9,4910 6,83 ROTI 0,7850 6,83 TRIO 9,4760 6,83 Kriteria dari MIRR sama dengan IRR yaitu akan menerima suatu investasi jika tingkat pengembalian internal lebih besar atau sama dengan tingkat diskonto, sedangkan apabila tingkat pengembalian internalnya kurang dari tingkat diskonto maka tidak disarankan untuk berinvestasi ke perusahaan tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan tingkat pengembalian internal yang telah dilakukan terdapat beberapa perusahaan, yaitu PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk AMRT, PT. Batavia Prosperindo Finance Tbk BPFI, PT Berau Coral Energy Tbk BRAU, PT Bukit Uluwatu Villa Tbk BUVA, PT BW Plantation Tbk BWPT, PT Garda Tujuh Buana Tbk GTBO, PT Indofood CBP Sukses Makmur Sumber : Data Diolah 80 ICBP, PT PP Persero Tbk PTPP, PT. Trikomsel Oke Tbk TRIO yang memiliki nilai MIRR diatas tingkat diskonto yang telah ditetapkan, maka dari itu segala bentuk investasi kepada perusahaan tersebut layak dan bisa diterima, karena perusahaan mampu memiliki tingkat pengembalian internal yang baik dan mampu memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.

2. Kinerja Keuangan Perusahaan

Ukuran kinerja keuangan perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio profitabilitas dan rasio leverage yaitu Net Profit Margin NPM, Operating Profit Margin OPM, Return on Equity ROE, Return on Asset ROA, Debt to Equity Ratio DER, Debt to Asset Ratio DAR, dan Earning per Share EPS. Berikut ini hasil perhitungan kinerja keuangan dari masing-masing perusahaan : a. Net Profit Margin NPM Net profit margin adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih. Warren Buffet 2002 mengatakan, “Perusahaan yang menarik adalah perusahaan yang menikmati margin laba yang tinggi dan menghasilkan keuntungan kas pada pemiliknya. Semakin besar NPM maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. 81 Tabel 4.9 Net Profit Margin 2010 2011 2012 2013 2014 2015 AMRT 1.82 1.98 2.06 1.63 1.37 1.26 APLN 14.54 17.91 17.94 18.98 18.58 18.70 BCIP 22.14 4.31 9.05 18.17 14.13 3.13 BPFI 28.76 18.18 18.45 17.41 18.17 25.72 BRAU 16.30 14.25 12.52 10.50 10.03 12.24 BUVA 24.52 24.99 25.28 26.27 10.84 18.72 BWPT 34.20 36.07 27.77 15.89 8.60 8.27 GREN 1.07 0.86 0.42 0.37 0.19 -9.30 GTBO 10.79 2.90 3.30 4.07 1.79 1.32 ICBP 9.48 10.67 10.58 8.91 8.43 9.21 IPOL 8.28 9.70 -11.72 -11.38 -6.98 -2.34 KRAS 7.14 1.45 -0.86 -0.65 -8.40 -24.70 NIKL 5.48 -1.52 -4.57 0.16 -4.39 2.44 PTPP 4.58 3.85 3.87 3.61 4.28 5.95 ROTI 3.28 23.10 117.09 -21.13 -15.46 -8.92 TRIO 3.71 4.26 3.98 4.82 2.99 3.09 Bisa dilihat dari tabel diatas bahwa hasil net profit margin dari masing-masing perusahaan terlihat naik turun selama periode 2010 sampai 2015, namun beberapa perusahaan seperti Evergreen Invesco Tbk GREN, Indopoly Swakarsa Industry Tbk IPOL, Krakatau Steel Tbk KRAS, Pelat Timah Nusantara Tbk NIKL, dan Nippon Indosari Corpindo Tbk ROTI hasil perhitungan net profit margin nya ada yang negatif pada tahun tertentu dan yang paling rendah yaitu Krakatau Steel Tbk KRAS dengan nilai net profit margin -24,70. Sumber : Data Diolah 82 b. Operating Profit Margin OPM Operating profit margin adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktivitas operasi perusahaan. Tabel 4.10 Operating Profit Margin 2010 2011 2012 2013 2014 2015 AMRT 2.21 2.73 2.60 2.71 2.80 2.67 APLN 15.12 23.23 23.39 24.01 17.72 19.07 BCIP 30.03 15.63 18.21 25.57 25.17 47.57 BPFI 35.98 23.93 24.42 22.72 24.00 26.52 BRAU 20.53 18.84 16.74 15.44 15.88 20.83 BUVA 34.45 36.64 38.38 39.09 22.42 32.65 BWPT 52.10 54.37 44.19 28.46 15.65 14.60 GREN 4.53 5.50 11.37 14.44 18.23 15.52 GTBO 17.10 4.07 7.27 7.42 5.83 6.06 ICBP 14.72 13.47 13.17 11.05 10.42 12.58 IPOL 29.41 32.37 33.09 14.94 11.06 12.76 KRAS 6.68 2.00 -0.70 -0.50 -3.77 -13.89 NIKL 5.65 -1.16 -4.77 1.79 -2.71 3.75 PTPP 8.91 10.51 8.88 9.21 10.11 11.23 ROTI -7.37 41.59 59.27 5.71 -10.92 -6.45 TRIO 7.44 8.22 8.63 9.89 10.03 9.11 Bisa dilihat dari tabel diatas bahwa hasil operating profit margin dari masing-masing perusahaan terlihat naik turun selama periode 2010 sampai 2015, namun beberapa perusahaan seperti Krakatau Steel Tbk KRAS, Pelat Timah Nusantara Tbk NIKL, dan Nippon Indosari Corpindo Tbk ROTI hasil perhitungan operating profit margin nya ada yang negatif pada tahun tertentu dan yang paling rendah yaitu Krakatau Sumber : Data Diolah 83 Steel Tbk KRAS dengan nilai operating profit margin sebesar - 13,89. c. Return on Equity ROE Return on equity adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakan modal sendiri dan menghasilkan laba bersih yang tersedia bagi pemilik atau investor. Tabel 4.11 Return on Equity ROE 2010 2011 2012 2013 2014 2015 AMRT 23.58 24.70 15.52 21.85 19.04 18.52 APLN 6.69 13.62 13.25 12.90 11.63 12.80 BCIP 12.14 1.30 4.93 14.51 12.19 2.10 BPFI 17.20 14.19 15.53 16.44 9.36 13.75 BRAU 21.91 21.22 22.37 20.07 19.64 22.76 BUVA 8.90 10.47 7.43 7.66 3.15 5.42 BWPT 21.50 22.47 15.74 8.32 2.80 0.19 GREN 0.53 0.46 0.13 0.12 0.05 -2.29 GTBO 16.52 4.59 5.31 6.28 2.65 2.44 ICBP 33.40 19.29 19.04 16.85 16.83 17.84 IPOL 24.84 30.69 -74.09 -202.27 246.01 32.83 KRAS 11.41 2.52 -1.75 -1.29 -17.59 -18.26 NIKL 15.30 -4.34 -15.16 0.65 -20.02 8.93 PTPP 19.02 16.85 18.70 21.20 22.26 16.52 ROTI 0.33 22.55 74.20 -8.15 -6.72 -4.28 TRIO 23.91 27.74 20.74 24.64 13.59 4.85 Bisa dilihat dari tabel diatas bahwa hasil return on equity dari masing-masing perusahaan terlihat naik turun selama periode 2010 sampai 2015, namun beberapa perusahaan seperti Evergreen Invesco Tbk GREN, Indopoly Swakarsa Industry Tbk IPOL, Krakatau Steel Tbk Sumber : Data Diolah

Dokumen yang terkait

Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Perusahaan Antar Sektor Yang Go Public Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia ( 2005 – 2010 )

0 29 102

PENGARUH KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN TERHADAP KINERJA SOSIAL PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN TAMBANG YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010 DAN 2011

0 14 229

PENGARUH KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN TERHADAP KINERJA SOSIAL PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN TAMBANG YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010 DAN 2011

2 22 197

ANALISIS DAMPAK AKUISISI TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PENGAKUISISI PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2005 2006

1 3 71

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TELAH GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Yang Telah Go Public Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 13

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN YANG Analisis Laporan Keuangan Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia (Studi Kasus pada PT. Unilever Indonesia Periode 2006 - 2010)

0 0 14

PENDAHULUAN Analisis Laporan Keuangan Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia (Studi Kasus pada PT. Unilever Indonesia Periode 2006 - 2010).

0 0 11

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN YANG Analisis Laporan Keuangan Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia (Studi Kasus pada PT. Unilever Indonesia Periode 2006 - 2010

0 0 16

ANALISIS DAMPAK AKUISISI TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PENGAKUSISI PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2006-2008.

0 0 21

AN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN SEBE lSISI (PADA PERUSAHAAN PENGAKUISIS AR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010

0 2 113