68
Perlu diperhatikan bahwa payback period juga memiliki beberapa kelemahan. Pertama, tidak sesuai dengan prinsip nilai waktu uang time
value of money. Contohnya, disaat uang tersebut diterima ternyata uang tersebut memiliki nilai yang lebih berharga dibandingkan nilai uang yang
diterima pada tahun sebelumnya. Dalam payback period, nilai waktu uang tidak diperhitungkan. Kedua, tidak adanya kriteria yang objektif
dalam payback period apabila investasi diterima atau disetujui. Investasi yang sama dengan data input yang sama dapat mengalami perbedaan
hasil perhitungan investasi, dalam hal ini antara memilih empat atau lima tahun sebagai waktu dan hasil investasi. Ketiga, aliran kas setelah
payback period tidak memiliki pengaruh berarti dalam perhitungan payback
period, sebatas
hanya sampai
perhitungan waktu
pengembaliannya saja. Payback period dapat menjadi alat ukur yang baik untuk menghitung risiko likuiditas dalam sebuah investasi, tetapi
metode ini memiliki tiga kelemahan yang harus diperhatikan. Maka digunakanlah metode yang lebih baik lagi untuk mengukur risiko
likuiditas dalam sebuah investasi yaitu discounted payback period, yang merupakan bentuk penyempurnaan dari payback period dengan
memperhitungkan nilai waktu dari uang.
b. Discounted Payback Period
Discounted payback period dikembangkan dari payback period dan dibuat berdasarkan perhitungan dari nilai waktu uang. Discounted
payback period adalah jumlah waktu yang dibutuhkan bagi nilai bersih
69
aliran kas perusahaan saat ini net cash flow’s present value untuk
menghadapi hal yang tidak diinginkan terjadi terhadap investasi bersih yang ada. Nilai saat ini dihitung secara khusus dengan mengurangi aliran
kas bersih pada tingkat pengembalian yang dibutuhkan. Pada umumnya, semakin pendek waktu pengembalian maka semakin baik investasi
tersebut. Langkah pertama dalam proses perhitungan discounted payback period yaitu mengurangi aliran kas bersih perusahaan dalam tingkat
pengembalian yang dibutuhkan dengan menghitung nilai bersih aliran kas saat ini, kemudian discounted payback period dihitung menggunakan
cara yang sama seperti payback period tetapi menggunakan nilai sekarang dari arus kas. Hasil perhitungan masing-masing perusahaan
seperti tergambar dalam tabel 4.5 dibawah ini :
Tabel 4.5 Discounted Payback Period
Kode Perusahaan
Discounted Payback Period AMRT
2,37 APLN
- BCIP
- BPFI
5,98 BRAU
2,60 BUVA
1,98 BWPT
5,24
GREN
-
GTBO
3,92
ICBP
4,40
IPOL
-
KRAS
-
NIKL
-
PTPP
5,62
ROTI
-
70
TRIO
5,33
Tidak jauh berbeda dari hasil yang ditunjukkan dengan menggunakan metode payback period, berdasarkan hasil perhitungan
discounted payback period yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa perusahaan yang sudah memenuhi kriteria perhitungan discounted
payback period ada 9 perusahaan, yaitu PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk AMRT dengan nilai discounted payback period sebesar 2,37 yang
artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 2,37 tahun sejak
melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu PT. Batavia Prosperindo Finance Tbk BPFI dengan nilai discounted payback period
sebesar 5,98 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu
5,98 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, yaitu PT. Berau Coral Energy Tbk BRAU dengan nilai discounted payback
period sebesar 2,60 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam
jangka waktu 2,60 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu PT. Bukit Uluwatu Villa Tbk BUVA dengan nilai
discounted payback period sebesar 1,98 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan
dalam jangka waktu 1,98 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek
Sumber : Data Diolah
71
Indonesia, selanjutnya yaitu PT. BW Plantation Tbk BWPT dengan nilai discounted payback period sebesar 5,24 yang artinya perusahaan
tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 5,24 tahun sejak melakukan IPO di
Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu PT. Garda Tujuh Buana Tbk GTBO dengan nilai discounted payback period sebesar 3,92 yang
artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam jangka waktu 3,92 tahun sejak
melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ICBP dengan nilai discounted payback
period sebesar 4.4 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam
jangka waktu 4.4 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu PT. PP Persero Tbk PTPP dengan nilai discounted
payback period sebesar 5,62 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan dalam
jangka waktu 5,62 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, selanjutnya yaitu PT. Trikomsel Oke Tbk TRIO dengan nilai
discounted payback period sebesar 5,33 yang artinya perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi kembali modal dasar yang dikeluarkan perusahaan
dalam jangka waktu 5,33 tahun sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia. Namun perusahaan lainnya dengan kode perusahaan seperti
APLN, BCIP, GREN, IPOL, KRAS, dan NIKL belum bisa memenuhi
72
kembali modal dasar yang disetorkan perusahaan sejak melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia sehingga tidak bisa diperoleh nilai discounted
payback period nya.
c. Net Present Value
Net Present Value NPV adalah penjumlahan dari nilai sekarang arus kas perusahaan ditingkat pengembalian yang diinginkan dikurangi
dengan nilai investasi. Nilai bersih sekarang pada suatu investasi, memberikan suatu ukuran nilai bersih net value dari investasi
perusahaan yang terkait dengan nilai perusahaan sekarang. Karena semua arus kas didiskontokan kembali ke nilai sekarang, membandingkan
perbedaan antara jumlah nilai sekarang dari arus kas akhir tahunan dan pengeluaran
awal adalah
memadai. Menurut Freddy
Rangkuti 2012:159 menyatakan bahwa net present value mempunyai keunggulan
dalam mengetahui profitabilitas investasi, yaitu : a. Dapat mengetahui time value of money atau nilai rupiah saat ini
memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rupiah yang akan diterima dimasa yang akan datang.
b. Menggunakan seluruh nilai cash flow yang dimiliki suatu investasi.
c. Perhitungan NPV bersifat objektif karena menggunakan ukuran yang sudah jelas yaitu estimasi cash flow dan discount rate.
d. Bersifat value-additivitty principle, masing-masing NPV suatu investasi dapat dijumlahkan. Artinya, jumlah NPV tersebut dapat
meningkatkan nilai suatu perusahaan.
73
e. Metode NPV selalu konsisten dengan tujuan memaksimalkan nilai suatu investasi.
Ketika NPV suatu investasi lebih besar dari nol, maka investasi perusahaan tersebut layak dan diterima, sedangkan ketika NPV suatu
investasi hasilnya negatif, maka tidak disarankan untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Perhitungan NPV kepada perusahaan yang
melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia dapat terlihat dalam tabel dibawah ini :
Tabel 4.6 Net Present Value
Kode Perusahaan
Net Present Value AMRT
2444531984874,94 APLN
-218137678627,02 BCIP
-241436088361,25 BPFI
3082918704,09 BRAU
9032959073950.24 BUVA
19951471405335,90 BWPT
91065810388,67 GREN
-931539397379,76 GTBO
90492283964,91 ICBP
8001410223531,96 IPOL
-965150677346,07 KRAS
-7272443625013,66 NIKL
-109718835100,60 PTPP
773943953935,26 ROTI
-145555732642,39 TRIO
143749522965,67
Berdasarkan hasil perhitungan net present value dalam tabel 4.6 diatas, dapat dilihat bahwa sejumlah perusahaan, diantaranya PT Sumber
Sumber : Data Diolah
74
Alfaria Trijaya Tbk AMRT, PT. Batavia Prosperindo Finance Tbk BPFI, PT Berau Coral Energy Tbk BRAU, PT Bukit Uluwatu Villa
Tbk BUVA, PT BW Plantation Tbk BWPT, PT Garda Tujuh Buana Tbk GTBO, PT Indofood CBP Sukses Makmur ICBP, PT PP Persero
Tbk PTPP, PT. Trikomsel Oke Tbk TRIO memiliki nilai NPV yang lebih besar dari nol dan telah memenuhi kriteria, yaitu ketika NPV suatu
investasi lebih besar dari nol, maka investasi kepada perusahaan tersebut layak dan diterima, dan juga memenuhi syarat untuk penilaian kelayakan
investasi berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dan hasil positif yang diperoleh dari perhitungan NPV menggambarkan investasi yang akan
dilakukan pada akhirnya dapat meningkatkan nilai dari perusahaan tersebut, sedangkan sisanya yaitu PT. Agung Podomoro Land Tbk
APLN, PT. Bumi Citra Permai Tbk BCIP, PT. Evergreen Invesco Tbk GREN, PT. Indopoly Swakarsa Industry Tbk IPOL, PT.
Krakatau Steel Tbk KRAS, PT. Latinusa Tbk NIKL, PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk ROTI memiliki nilai NPV yang masih
menunjukkan hasil yang negatif sampai dengan periode laporan keuangan terakhir yakni tahun 2015, maka kepada para investor tidak
disarankan untuk berinvestasi kepada perusahaan tersebut.
d. Profitability Index
Indeks profitabilitas PI atau rasio manfaat biaya merupakan rasio nilai sekarang dari arus kas bebas masa depan terhadap pengeluaran
awal. Meskipun kriteria investasi NPV memberikan suatu ukuran nilai
75
absolut yang diinginkan dari suatu investasi, indeks probabilitas menjadi ukuran relatif yang dinginkan investor yang merupakan rasio nilai
sekarang dari manfaat masa depannya terhadap biaya investasi awal. Indeks probabilitas juga menghasilkan keputusan menerima atau
menolak sebuah investasi yang sama dengan kriteria NPV. Ketika nilai sekarang dari arus kas bersih suatu investasi sama dengan atau lebih
besar dari pengeluaran awalnya, maka NPV dari investasi tersebut akan positif, dan nilai indeks probabilitas investasi tersebut juga akan bernilai
lebih dari 1 satu. Jadi, dua kriteria keputusan ini akan selalu menghasilkan keputusan yang sama, baik itu menerima maupun tidak
disarankan berinvestasi kepada perusahaan tersebut. Perhitungan indeks profitabilitas dalam pengambilan keputusan investasi terhadap
perusahaan yang melakukan IPO periode 2009 dan 2010 tergambar dalam tabel 4.7 berikut dibawah ini :
Tabel 4.7 Profitability Index
Kode Perusahaan
Profitability Index AMRT
3,009 APLN
0,228 BCIP
0,136 BPFI
1,011 BRAU
2,001 BUVA
8,748 BWPT
1,103 GREN
0,068 GTBO
1,071 ICBP
1,457 IPOL
0,413
76
KRAS 0,635
NIKL 0,862
PTPP 1,085
ROTI 0,773
TRIO 1.094
Berdasarkan hasil perhitungan profitability index dalam tabel 4.7 diatas dapat disimpulkan bahwa sejumlah perusahaan yaitu PT Sumber
Alfaria Trijaya Tbk AMRT, PT. Batavia Prosperindo Finance Tbk BPFI, PT Berau Coral Energy Tbk BRAU, PT Bukit Uluwatu Villa
Tbk BUVA, PT BW Plantation Tbk BWPT, PT Garda Tujuh Buana Tbk GTBO, PT Indofood CBP Sukses Makmur ICBP, PT PP Persero
Tbk PTPP, PT. Trikomsel Oke Tbk TRIO yang memiliki nilai profitability index lebih dari 1 satu, hal itu bertepatan dengan asumsi
bahwa ketika nilai sekarang dari arus bersih suatu investasi sama dengan atau lebih besar dari pengeluaran awalnya, NPV dari investasi tersebut
akan positif, menandakan bahwa investasi kepada perusahaan tersebut bisa diterima, maka indeks probabilitas investasi tersebut juga akan
bernilai lebih dari 1 dan investasi diterima. Dari tabel 4.7 juga dapat dilihat bahwa skor tertinggi dimiliki oleh PT Bukit Uluwatu Villa Tbk
BUVA yakni dengan skor 8,748 hal ini menandakan bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik setelah melakukan IPO di Bursa
Efek Indonesia.
Sumber : Data Diolah
77
e. Modified Internal Rate of Return
Internal Rate of Return IRR adalah metode yang menghitung tingkat bunga discount rate yang membuat nilai sekarang dari seluruh
perkiraan arus kas masuk sama dengan nilai sekarang dari nilai ekspektasi arus kas keluar Hazen, 2009. IRR merupakan tingkat bunga
yang membuat nilai NPV yang dihitung menjadi sama dengan nol. Jika hasil IRR yang didapat lebih besar dari discount rate maka
menggambarkan bahwa investasi yang dilakukan akan menghasilkan return lebih besar dari yang diharapkan, sehingga investor sebaiknya
menerima investasi tersebut. IRR yang lebih kecil dari discount rate menggambarkan investasi yang dilakukan akan menghasilkan return
yang lebih kecil dari yang diharapkan, sehingga investor disarankan tidak berinvestasi kepada perusahaan tersebut, sedangkan IRR yang sama
dengan discount rate maka investasi yang dilakukan diperkirakan akan menghasilkan return sebesar yang diharapkan Peterson,2002. Namun
metode ini memiliki kelemahan, yaitu : a. Metode
ini membutuhkan
nilai discount
rate dalam
perhitungannya. b. Metode ini tidak dapat memberikan keputusan yang tepat ketika
harus memperbandingkan mutually exclusive projects. c. Metode ini tidak dapat memberikan hasil yang maksimal ketika
harus memilih suatu proyek yang capitalnya berupa rasio.
78
Setelah mengetahui beberapa kelemahan yang dimiliki oleh metode IRR tersebut, saat ini telah dikembangkan suatu metode untuk
melengkapi kelemahan tersebut dengan sebuah metode yang disebut MIRR Modified Internal Rate of Return. Penggunaan metode ini
mengkonversikan seluruh arus kas sesudah initial investment atau investasi awal dengan asumsi bahwa arus kas dapat diinvestasikan
kembali pada discount rate menjadi arus kas tunggal pada akhir masa investasi
tersebut Lefley,
2007. MIRR
diperoleh dengan
mengasumsikan arus kas keluar ditahun nol 0 dan arus kas masuk pada saat sesudah investasi. Arus kas masuk pada akhir masa investasi
diasumsikan memiliki rate yang sama dengan discount rate, bukan dengan menggunakan IRR dimana umumnya lebih besar dari discount
rate, sehingga hasil yang diperoleh akan lebih mendekati realistis dengan menggunakan metode ini.
Hubungan antara NPV dengan MIRR adalah jika NPV positif maka MIRR harus lebih besar dari tingkat diskonto. Dengan demikian,
semua kriteria arus kas yang didiskonto akan konsisten dan memberikan hasil yang sama seperti metode net present value yaitu keputusan
menerima atau menolak suatu investasi. Perhitungan modified internal rate of return dalam pengambilan keputusan investasi perusahaan yang
melakukan IPO periode 2009 dan 2010 tergambar dalam tabel berikut dibawah ini :
79
Tabel 4.8 Modified Internal Rate of Return
Kode Perusahaan
MIRR Discount Rate
AMRT 9,4910
6,83 APLN
-23,0599 6,83
BCIP -38,1760
6,83 BPFI
7,0570 6,83
BRAU 34,9541
6,83 BUVA
94,7990 6,83
BWPT 11,1950
6,83 GREN
-54,3990 6,83
GTBO 9,2800
6,83 ICBP
18,5990 6,83
IPOL -16,7400
6,83 KRAS
-7,7873 6,83
NIKL 1,3490
6,83 PTPP
9,4910 6,83
ROTI 0,7850
6,83 TRIO
9,4760 6,83
Kriteria dari MIRR sama dengan IRR yaitu akan menerima suatu investasi jika tingkat pengembalian internal lebih besar atau sama dengan
tingkat diskonto, sedangkan apabila tingkat pengembalian internalnya kurang dari tingkat diskonto maka tidak disarankan untuk berinvestasi ke
perusahaan tersebut.
Berdasarkan hasil
perhitungan tingkat
pengembalian internal yang telah dilakukan terdapat beberapa perusahaan, yaitu PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk AMRT, PT. Batavia
Prosperindo Finance Tbk BPFI, PT Berau Coral Energy Tbk BRAU, PT Bukit Uluwatu Villa Tbk BUVA, PT BW Plantation Tbk BWPT,
PT Garda Tujuh Buana Tbk GTBO, PT Indofood CBP Sukses Makmur
Sumber : Data Diolah
80
ICBP, PT PP Persero Tbk PTPP, PT. Trikomsel Oke Tbk TRIO yang memiliki nilai MIRR diatas tingkat diskonto yang telah ditetapkan,
maka dari itu segala bentuk investasi kepada perusahaan tersebut layak dan bisa diterima, karena perusahaan mampu memiliki tingkat
pengembalian internal yang baik dan mampu memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.
2. Kinerja Keuangan Perusahaan
Ukuran kinerja keuangan perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio profitabilitas dan rasio leverage yaitu Net Profit Margin
NPM, Operating Profit Margin OPM, Return on Equity ROE, Return on Asset ROA, Debt to Equity Ratio DER, Debt to Asset Ratio DAR, dan
Earning per Share EPS. Berikut ini hasil perhitungan kinerja keuangan dari masing-masing perusahaan :
a. Net Profit Margin NPM Net profit margin adalah rasio yang digunakan untuk
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih. Warren Buffet 2002
mengatakan, “Perusahaan yang menarik adalah perusahaan yang menikmati margin laba yang tinggi dan
menghasilkan keuntungan kas pada pemiliknya. Semakin besar NPM maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan
meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.
81
Tabel 4.9 Net Profit Margin
2010 2011
2012 2013
2014 2015
AMRT
1.82 1.98
2.06 1.63
1.37 1.26
APLN
14.54 17.91
17.94 18.98
18.58 18.70
BCIP
22.14 4.31
9.05 18.17
14.13 3.13
BPFI
28.76 18.18
18.45 17.41
18.17 25.72
BRAU
16.30 14.25
12.52 10.50
10.03 12.24
BUVA
24.52 24.99
25.28 26.27
10.84 18.72
BWPT
34.20 36.07
27.77 15.89
8.60 8.27
GREN
1.07 0.86
0.42 0.37
0.19 -9.30
GTBO
10.79 2.90
3.30 4.07
1.79 1.32
ICBP
9.48 10.67
10.58 8.91
8.43 9.21
IPOL
8.28 9.70
-11.72 -11.38
-6.98 -2.34
KRAS
7.14 1.45
-0.86 -0.65
-8.40 -24.70
NIKL
5.48 -1.52
-4.57 0.16
-4.39 2.44
PTPP
4.58 3.85
3.87 3.61
4.28 5.95
ROTI
3.28 23.10
117.09 -21.13
-15.46 -8.92
TRIO
3.71 4.26
3.98 4.82
2.99 3.09
Bisa dilihat dari tabel diatas bahwa hasil net profit margin dari masing-masing perusahaan terlihat naik turun selama periode 2010
sampai 2015, namun beberapa perusahaan seperti Evergreen Invesco Tbk GREN, Indopoly Swakarsa Industry Tbk IPOL, Krakatau Steel Tbk
KRAS, Pelat Timah Nusantara Tbk NIKL, dan Nippon Indosari Corpindo Tbk ROTI hasil perhitungan net profit margin nya ada yang
negatif pada tahun tertentu dan yang paling rendah yaitu Krakatau Steel Tbk KRAS dengan nilai net profit margin -24,70.
Sumber : Data Diolah
82
b. Operating Profit Margin OPM Operating profit margin adalah rasio yang digunakan untuk
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktivitas operasi perusahaan.
Tabel 4.10 Operating Profit Margin
2010 2011
2012 2013
2014 2015
AMRT
2.21 2.73
2.60 2.71
2.80 2.67
APLN
15.12 23.23
23.39 24.01
17.72 19.07
BCIP
30.03 15.63
18.21 25.57
25.17 47.57
BPFI
35.98 23.93
24.42 22.72
24.00 26.52
BRAU
20.53 18.84
16.74 15.44
15.88 20.83
BUVA
34.45 36.64
38.38 39.09
22.42 32.65
BWPT
52.10 54.37
44.19 28.46
15.65 14.60
GREN
4.53 5.50
11.37 14.44
18.23 15.52
GTBO
17.10 4.07
7.27 7.42
5.83 6.06
ICBP
14.72 13.47
13.17 11.05
10.42 12.58
IPOL
29.41 32.37
33.09 14.94
11.06 12.76
KRAS
6.68 2.00
-0.70 -0.50
-3.77 -13.89
NIKL
5.65 -1.16
-4.77 1.79
-2.71 3.75
PTPP
8.91 10.51
8.88 9.21
10.11 11.23
ROTI
-7.37 41.59
59.27 5.71
-10.92 -6.45
TRIO
7.44 8.22
8.63 9.89
10.03 9.11
Bisa dilihat dari tabel diatas bahwa hasil operating profit margin dari masing-masing perusahaan terlihat naik turun selama periode 2010
sampai 2015, namun beberapa perusahaan seperti Krakatau Steel Tbk KRAS, Pelat Timah Nusantara Tbk NIKL, dan Nippon Indosari
Corpindo Tbk ROTI hasil perhitungan operating profit margin nya ada yang negatif pada tahun tertentu dan yang paling rendah yaitu Krakatau
Sumber : Data Diolah
83
Steel Tbk KRAS dengan nilai operating profit margin sebesar - 13,89.
c. Return on Equity ROE Return on equity adalah rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakan modal sendiri dan menghasilkan laba bersih yang tersedia bagi pemilik atau
investor.
Tabel 4.11 Return on Equity ROE
2010 2011
2012 2013
2014 2015
AMRT
23.58 24.70
15.52 21.85
19.04 18.52
APLN
6.69 13.62
13.25 12.90
11.63 12.80
BCIP
12.14 1.30
4.93 14.51
12.19 2.10
BPFI
17.20 14.19
15.53 16.44
9.36 13.75
BRAU
21.91 21.22
22.37 20.07
19.64 22.76
BUVA
8.90 10.47
7.43 7.66
3.15 5.42
BWPT
21.50 22.47
15.74 8.32
2.80 0.19
GREN
0.53 0.46
0.13 0.12
0.05 -2.29
GTBO
16.52 4.59
5.31 6.28
2.65 2.44
ICBP
33.40 19.29
19.04 16.85
16.83 17.84
IPOL
24.84 30.69
-74.09 -202.27
246.01 32.83
KRAS
11.41 2.52
-1.75 -1.29
-17.59 -18.26
NIKL
15.30 -4.34
-15.16 0.65
-20.02 8.93
PTPP
19.02 16.85
18.70 21.20
22.26 16.52
ROTI
0.33 22.55
74.20 -8.15
-6.72 -4.28
TRIO
23.91 27.74
20.74 24.64
13.59 4.85
Bisa dilihat dari tabel diatas bahwa hasil return on equity dari masing-masing perusahaan terlihat naik turun selama periode 2010
sampai 2015, namun beberapa perusahaan seperti Evergreen Invesco Tbk GREN, Indopoly Swakarsa Industry Tbk IPOL, Krakatau Steel Tbk
Sumber : Data Diolah