II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 SURFAKTAN DAN KINERJA SURFAKTAN
Surfaktan  merupakan  senyawa  kimia  yang  memiliki  aktivitas  pada permukaan  yang  tinggi.    Peranan  surfaktan  yang  begitu  berbeda  dan  beragam
disebabkan  oleh  struktur  molekulnya  yang  tidak  seimbang.  Surfaktan  memiliki bagian  yang  bersifat  hidroflik  dan  hidrofobik.  Bagian  yang  bersifat  hidrofilik,
merupakan  bagian  yang  sangat  polar  suka  air,  sedangkan  bagian  ekor  bersifat hidrofobik,  merupakan  bagian  nonpolar  suka  minyak.    Bagian  hidrofiik  dapat
berupa anion, kation atau nonion, sedangkan hidrofobik dapat berupa rantai linier atau  cabang  hidrokarbon.    Konfigurasi  tersebut  membuat  surfaktan  memiliki
fungsi  yang  beragam  dalam  memberi  kestabilan  emulsi  dan  diaplikasikan  pada berbagai industri Hui, 1996.
Surfaktan  dapat  diklasifikasikan  menjadi  empat  kelompok  besar,  yaitu anionik, kationik, nonionik, dan amfoterik.   Surfaktan anionik adalah bahan aktif
permukaan  yang  bagian  hidrofobiknya  berhubungan  dengan  gugus  anion  ion negatif.    Dalam  media  cair,  molekul  surfaktan  anionik  terpecah  menjadi  gugus
kation  yang  bermuatan  positif  dan  gugus  anion  yang  bermuatan  negatif.    Gugus anion merupakan pembawa sifat aktif permukaan pada surfaktan anionic. Contoh
khas surfaktan anionik adalah keberadaan gugus alkohol sulfat dan ester sulfonat Hui, 1996.
Surfaktan mempunyai kemampuan untuk menurunkan tegangan permukaan surface tension suatu medium dan menurunkan tegangan antarmuka interfacial
tension antar dua fasa yang sama tetapi berbeda derajat polaritasnya dalam suatu medium  yaitu  dengan  cara  melarutkan  surfaktan  ke  dalam  medium  tersebut.
Tegangan  antar  muka  merupakan  usaha  yang  dibutuhkan  untuk  meningkatkan area  permukaan  sebagai  respon  adanya  tekanan  antara  dua  fase  yang  berbeda
IUPAC, 1997. Tegangan permukaan merupakan sifat fisik yang berhubungan dengan gaya
antarmolekul  pada  pemukaan  fasa  cair  dan  fasa  gas  biasanya  udara  dan  dapat
menjadi  hambatan  bagi peningkatan  luas permukaan  cair. Tegangan  yang serupa juga  dapat  terjadi  pada  fasa  cair  satu  dengan  cairan  lain  dan  disebut  dengan
tegangan  antarmuka  Hal  ini  disebabkan  daya  kohesi  dimana  dalam  suatu  fluida
sejenis  dan  sefasa,  molekul  yang  berada  di  dalam  akan  ditarik  oleh  molekul sejenis  di  sekitarnya  secara  homogen  ke  segala  arah.  Sedangkan  molekul  yang
berada di permukaan, meski bertemu dengan fase atau jenis fluida yang berbeda, juga  tetap  ditarik  oleh  molekul  sejenis  yang  ada  di  dalamnya  dan  menghasilkan
suatu  tegangan  terhadap  permukaan  molekul  yang  berbeda.  Selain  jenis  dan struktur  molekul  yang  terlibat,  tegangan  permukaan  dan  tegangan  antarmuka
dipengaruhi  juga oleh temperatur.  Tarikan antarmolekul  beda  fase dan tegangan permukaan  di  antarmuka  antara  dua  jenis  partikel  ini  akan  menurun  bila
temperatur menurun Takeuchi, 2008.
Gambar 1. Tarikan Antar Molekul di Permukaan Cairan Nave, 2009 Tegangan  permukaan  berupa  gaya  yang  terjadi  di  antara  molekul  dalam
cairan. Molekul cairan yang berada di permukaan yang bertemu langsung dengan udara mengalami defisiensi di posisi atas, tetapi  kuat pada arah  lainnya karenaa
ada  interaksi  antar  molekul  dalam  cairan  yang  menyebabkan  pada  bagian  atas permukaannya terjadi tegangan Hargreaves 2003.
Apabila  surfaktan  ditambahkan  ke  suatu  cairan  pada  konsentrasi  rendah, maka  dapat  mengubah  karakteristik  tegangan  permukaan  dan  antarmuka  cairan
tersebut.  Antarmuka  adalah  bagian  dimana  dua  fasa  saling  bertemu  atau  kontak sedangkan  permukaan  yaitu  antarmuka  dimana  satu  fasa  kontak  dengan  gas
biasanya  udara.  Sebagian  besar  surfaktan,  pada  tingkat  0,1  akan  mengurangi tegangan  permukaan  air  dari  72  menjadi  32  mNm  dynecm.  Hal  ini  terjadi
karena molekul-molekul dalam sebagian besar cairan saling tertarik satu sama lain
oleh  gaya  Van  der  Walls  yang  menggantikan  ikatan  hidrogen  air  Hargreaves, 2003.
Tabel 1  Nilai Berbagai Tegangan Permukaan Cairan terhadap Udara dan Tegangan Antarmuka terhadap Air
Cairan Tegangan
permukaan mNm Tegangan
antarmuka mNm
Air Benzena
CCL
4
n-Hexana Air Raksa
72,75 28,88
26,80 18,40
485,00 -
35,0 45,1
51,1 375,0
Sumber : Shaw 1980 Tegangan  permukaan  dan    tegangan  antarmuka  merupakan  faktor  penting
pada  berbagai  aplikasi  surfaktan  Aplikasi  surfaktan  pada  industri  sangat  luas, contohnya  yaitu  sebagai  bahan  utama  pada  industri  deterjen  dan  pembersih
lainnya,  bahan  pembusaan  dan  emulsifier  pada  industri  kosmetik  dan  farmasi. Hui,  1996.    Pemakaian  terbesar  surfaktan  adalah  untuk  aplikasi  pencucian  dan
pembersihan washing  and cleaning applications, namun  surfaktan  banyak pula digunakan untuk produk pangan, produk kosmetika dan produk perawatan diri, cat
dan pelapis, kertas, tekstil, serta pertambangan Flider, 2001. Menurut Shaw 1980, tegangan antarmuka merupakan faktor penting pada
proses  enchanted  oil  recovery  EOR  dalam  bidang  pertambangan.  Surfaktan dapat menurunkan tegangan antarmuka antara fluida dengan fluida, fluida dengan
batuan, dan fluida dengan hidrokarbon. Di samping itu, surfaktan dapat memecah tegangan  permukaan  dari  emulsi  minyak  yang  terikat  dengan  batuan  emulsion
blocks,  mengurangi  terjadinya  water  blocking  dan  mengubah  sifat  kebasahan wettability  batuan  menjadi  suka  air  water  wet.  Dalam  kondisi  batuan  yang
bersifat  water  wet,  minyak  menjadi  fasa  yang  mudah  mengalir  dan  dengan demikian water cut dapat diturunkan.
Surfaktan  pada  umumnya  dapat  disintesis  dari  minyak  nabati  melalui senyawa antara metil ester dan alkohol lemak fatty alcohol.  Proses-proses yang
dapat  diterapkan  untuk  menghasilkan  surfaktan  diantaranya  yaitu  asetilasi,
etoksilasi,  esterifikasi,  sulfonasi,  amidasi,  sukrolisis,  dan  saponifikasi  Sadi, 1993.    Produksi  surfaktan  dengan  bahan  baku  metil  ester  dapat  berasal  dari
minyak kelapa, stearin sawit, kernel sawit PKO, dan  lemak  hewan MacArthur et al., 2002.
2.2 CRUDE PALM OIL CPO