CRUDE PALM OIL CPO

etoksilasi, esterifikasi, sulfonasi, amidasi, sukrolisis, dan saponifikasi Sadi, 1993. Produksi surfaktan dengan bahan baku metil ester dapat berasal dari minyak kelapa, stearin sawit, kernel sawit PKO, dan lemak hewan MacArthur et al., 2002.

2.2 CRUDE PALM OIL CPO

Kelapa sawit Elaeis guineensis merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang sangat penting. Buah kelapa sawit tersusun dari kulit buah yang licin dan keras eksokarp, daging buah mesocarp dari susunan serabut fibre dan mengandung minyak, kulit biji endocarp atau cangkang atau tempurung yang berwarna hitam dan keras, kernel atau daging biji endosperm yang berwarna putih dan mengandung minyak Gunawan, 2009. Gambar 2. Klasifikasi Tanaman Sawit dan Bagian Buah Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit terdiri atas minyak sawit kasar atau CPO Crude Palm Oil dan minyak inti sawit atau PKO Palm Kernel Oil. CPO diperoleh dari ekstraksi bagian mesokarp daging buah kelapa sawit, sedangkan PKO atau minyak inti sawit diperoleh dari ekstraksi kernel inti sawit. Minyak sawit memiliki warna jingga kemerahan karena mengandung pro vitamin A β-karoten 60-100 ppm. Minyak sawit memiliki konsistensi padat sebagian pada suhu kamar dan konsistensi serta titik leburnya ini banyak dipengaruhi oleh kadar asam lemak bebasnya. Dalam keadaan segar, asam lemak bebas memiliki kadar yang lebih rendah. Mangoensoekarjo, 2005. Keterangan gambar: 1. Kernel 2. Endokarp 3. Mesokarp 4. Eksokarp Klasifikasi Kelapa Sawit Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ordo : Palmales Famili : Palmaceae Genus : Elaeis Spesies : – Elaeis Guineensis Varietas : – Elaeis guineensis dura – Elaeis guineensis tenera – Elaeis guineensis pisifer 4 2 3 1 Menurut SNI 2006, CPO Crude Palm Oil merupakan minyak nabati minyak yang berasal dari tumbuhan berwarna jingga kemerah-merahan yang diperoleh dari proses pengempaan atau ekstraksi daging buah tanaman Elaeis guinneensis. Syarat mutu minyak kelapa sawit mentah CPO adalah sebagai berikut. Tabel 2 Syarat Mutu Minyak Sawit Kasar CPO Kriteria Uji Syarat Mutu Warna a Jingga kemerahan Kadar Air a 0.5 Asam Lemak Bebas a 0.5 Bilangan Iod a 50-55 gram iodium100gram minyak Berat jenis 37,8 o C b 0,898 – 0,901 gramcm 3 Indeks refraksi pada suhu 40 o C b 1,453 – 1,456 Bilangan penyabunan b 195-205 Fraksi Tak Tersabunkan b 0,8 Sumber: a SNI 2006 dan b AOCS dalam Mangoensoekarjo et al. 2005 Minyak sawit yang diperoleh dari mesokarp buah kelapa sawit melalui ektraksi dan mengandung sedikit air serta serat halus, yang berwarna kuning sampai merah dan berbentuk semi padat pada suhu ruang Naibaho, 1988. Bentuk semi padat minyak sawit disebabkan oleh kandungan asam lemaknya. CPO mengandung asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh dengan persentase yang hampir sama. Pada tabel berikut dapat dilihat komposisi asam lemak pada minyak sawit kasar atau CPO. Tabel 3 Komposisi Asam Lemak pada Minyak Kelapa Sawit Kasar CPO Jenis Asam Lemak Atom C Komposisi Asam Lemak Jenuh Laurat C12:0 1,2 Miristat C14:0 1,1 – 2,5 Palmitat C16:0 40 – 46 Stearat C18:0 3,6 – 4,7 Asam Lemak Tak Jenuh Palmitoleat C16:1 0,6 Oleat C18:1 39 – 45 Linoleat C18:2 7 – 11 Linolenat C18:3 1,5 Sumber: berdasarkan Eckey 1955 di dalam Ketaren 2005 Sekitar 50 persen asam lemak yang ada merupakan asam lemak jenuh dengan komponen utama asam palmitat, baik dalam bentuk bebas dan bentuk terikat sebagai monopalmitin, dipalmitin, dan tripalmitin, yang memiliki titik leleh yang relatif tinggi 50-60 o C, sehingga pada suhu ruang senyawa tersebut berbentuk padat. Namun, selain itu minyak sawit juga mengandung sekitar 40 persen asam lemak tidak jenuh berikatan rangkap tunggal asam oleat dan asam palmitoleat dan sekitar 10 persen asam lemak tidak jenuh dengan ikatan rangkap jamak. Minyak sawit mentah yang mengandung air dan serat halus, tidak dapat langsung digunakan sebagai bahan pangan maupun non pangan sehingga perlu proses permurnian Naibaho, 1988. Permunian meliputi tahap proses penguapan, degumming, pencucian dengan asam, pemisahan asam lemak bebas dengan netralisasi, deodorisasi, dan dekolorisasi atau bleaching. Proses pemurnian minyak bertujuan untuk menghilangkan bau yang tidak enak dan warna yang tidak menarik, memperpanjang masa simpan minyak sebelum digunakan untuk dikonsumsi atau sebagai bahan mentah dalam industri lebih lanjut Ketaren, 2005. Volume produksi minyak sawit di Indonesia meningkat sejak tahun 2002. Hal ini menunjukkan besarnya potensi besarnya potensi minyak sawit di Indonesia, sehingga perlu dilakukan diversifikasi sekaligus peningkatan nilai tambah terhadap komoditas tersebut. Perkembangan volume produksi minyak sawit di Indonesia dari tahun ke tahun ditunjukkan pada Gambar 3. Sumber: Foreign Agricultural Service 2009 Gambar 3. Grafik Perkembangan Volume Produksi Minyak Sawit CPO di Indonesia 2002-2008 Minyak sawit dapat dipilih sebagai bahan baku dalam industri yang membuat surfaktan karena komponen asam lemak penyusun trigliseridanya, yaitu asam lemak C 16 -C 18 bila diaplikasikan menjadi surfaktan memiliki sifat deterjensi dan mampu berperan baik terhadap air sadah, sedangkan asam lemak C 12 -C 14 berperan terhadap efek pembusaan Yuliasari, et al., 1997.

2.3 METIL ESTER ME