4.2 PRODUKSI METIL ESTER CPO
Proses  selanjutnya  pada  penelitian  ini  adalah  produksi  bahan  baku  untuk  utama sulfonasi,  yaitu  metil  ester.  Metil  ester  dipilih  sebagai  bahan  untuk  sulfonasi  karena
kualitas metil ester sebagai bahan sulfonasi lebih baik dimana sifat metil ester yang tidak lebih  mudah  teroksidasi  dibandingkan  jika  menggunakan  trigliserida  dan  asam  lemak
sebagai bahan baku sulfonasi. Produksi  metil  ester  crude  palm  oil  untuk  penelitian  ini  dilakukan  pada  skala
produksi  100Lbatch  dengan  melalui  dua  tahap  proses  yaitu  esterifikasi  dan transesterifikasi.  Hal  ini  dilakukan  sebab  diperlukan  proses  esterifikasi  untuk
mengkonversi 4,66 asam lemak bebas dari CPO menjadi metil ester. Setelah itu, proses transesterifikasi  dapat  dilakukan  untuk  mengkonversi  minyak  menjadi  metil  ester,
sehingga rendeman metil ester yang dihasilkan pada akhirnya semakin besar.  Metil ester yang  dihasilkan  kemudian  dianalisis    untuk  mengetahui  mutu  bahan  baku  sebelum
disulfonasi. Tabel 7 Analisa Metil Ester CPO
Analisa Nilai
Satuan
Kadar Air 0,1305
Kadar Asam Lemak Bebas 0,16
Bilangan Asam 0,32
mgKOHg Bilangan Iod
38,66 mgIodg
Densitas 0,8725
gramcm
3
Berdasarkan  hasil  analisis  pada  Tabel  7,  kadar  air  metil  ester  yang  dihasilkan 0,13,  sedikit  melebihi  batas  SNI  04-7182-2006  yaitu  maksimum  0,1  namun  masih
dalam taraf kadar penelitian metil ester yang pernah ada. . Kadar air yang cukup tinggi ini  dapat  disebabkan  saat  proses  pengeringan  metil  ester  berlangsung  kurang  sempurna
sehingga masih terkandung air dalam senyawa metil ester. Kadar air dapat mempengaruhi proses  sulfonasi.  Kandungan  air  dalam  bahan  dapat  bereaksi  dengan  SO
3
saat  proses sulfonasi  dan  membentuk  asam  sulfat  H
2
SO
4
.  Gas  sulfur  trioksida  berlebih  ditambah dengan  asam  sulfat  dalam  reaksi  dapat  menyebabkan  desulfonasi  surfaktan.  Desulfonasi
mempengaruhi  degradasi  surfaktan  di  kemudian  hari  dimana  surfaktan  kehilangan
komponen  aktifnya.  Menurut  Rossen  2004,  pada  surfaktan  yang  mengandung  gugus ester,  degradasi  berlangsung  lebih  cepat  dimana  surfaktan  akan  terurai  menjadi  alkohol
dan asam. Kedua produk hasil degradasi ini sangat bersifat tidak aktif permukaan. Setelah proses esterifikasi-transesterifikasi crude palm oil, dapat dilihat pada Tabel
7  bahwa  kadar  asam  lemak  bebas  sebesar  0,16.  Nilai  tersebut  jauh  lebih  rendah dibandingkan  dengan  kadar asam lemak  crude palm oil yaitu sebesar 4,66. Penurunan
kadar  asam  lemak  bebas  juga  diikuti  dengan  penurunan  bilangan  asam.  Bilangan  asam menunjukkan  jumlah  miligram  KOH  yang  dibutuhkan  untuk  menetralkan  asam-asam
lemak  bebas  dari  suatu  gram  minyak  atau  lemak.  Setelah  proses  esterifikasi- transesterifikasi  crude  palm  oil,  dapat  dilihat  pada  Tabel  7  bahwa  bilangan  asam  metil
ester CPO sebesar 0,32 mgKOHg. Nilai tersebut telah sesuai dengan SNI 04-7182-2006 yaitu maksimal 0,5 mgKOHg. Nilai tersebut juga jauh lebih rendah dibandingkan dengan
bilangan  asam  crude  palm  oil  yaitu  9,26  mgKOHg.  Hal  ini  menunjukkan  proses esterifikasi  berupa  konversi  asam  lemak  bebas  menjadi  metil  ester  telah  berhasil
mengurangi keasaman. Berdasarkan  hasil  analisis  pada  Tabel  7,  bilangan  iod  metil  ester  adalah  sebesar
38,66 mgIodg. Nilai tersebut telah sesuai dengan SNI 04-7182-2006 yaitu maksimal 115 mgKOHg,  tetapi  masih  tinggi  jika  dibandingkan  dengan  penelitian  metil  ester  yang
pernah ada. Sheats dan MacArthur 2002 menggunakan ME dengan bilangan iod iodine value  atau  IV  sebesar  30mgIodg  atau  lebih  rendah.  Bahan  baku  ME  yang  memiliki
bilangan  iod  tinggi  sangat  sulit  untuk  dipucatkan  dan  warna  produk  tidak  baik  untuk dikomersialisasikan.  Dalam  penelitian  ini,  metil  ester  akan  digunakan  dalam  proses
sulfonasi sampai menjadi MESA dan langsung dianalisis tanpa melalui proses pemucatan.
4.3 SULFONASI METIL ESTER MENJADI MESA