Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah daerah menjadi alat
untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian daerah.
2.2.1 Struktur APBD
Struktur APBD dalam keuangan daerah diklasifikasikan menurut urusan pemerintahan dan organisasi yang bertanggung jawab melaksanakan urusan pemerintahan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan meliputi:
Pendapatan Daerah Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 disebutkan bahwa
pendapatan daerah adalah hak pemda yang diakui sebagai penambahan nilai kekayaan bersih. Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum
daerah, yang menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan Daerah selanjutnya
dikelompokan atas : Pendapatan Asli Daerah PAD, Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan daerah yang sah. Akuntansi pendapatan SKPD dilakukan hanya untuk
mencatat pendapatan asli daerah PAD yang berada dalam wewenang SKPD. Dalam pelaksanaan tugasnya, PPK mencatat pendapatan SKPD dalam buku jurnal khusus
pendapatan menggunakan dokumen sumber dari Bendahara Penerimaan berupa SPJ penerimaan dan lampirannya. Pendapatan yang diterima oleh Bendahara Penerimaan
SKPD kemudian disetor kepada rekening Kas Daerah Kasda.
Belanja Daerah Menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah, Belanja Daerah didefinisikan sebagai kewajiban pemda yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.
Belanja daerah meliputi seluruh pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah
dalam satu tahun anggaran dan tidak diperoleh kembali pembayarannya oleh daerah. Belanja daerah dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu belanja tidak langsung dan
belanja langsung : 7
1. Belanja Tidak Langsung Merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan
pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung ini terdiri dari atas belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil,
bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga. 2. Belanja Langsung
Merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja langsung dari suatu kegiatan terdiri atas belanja
pegawai honorariumupah, belanja barang dan jasa, dan belanja modal. Untuk kepentingan administratif, pengawasan, dan evaluasi, struktur APBD diklasifikasikan
menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi yang bertanggung jawab melaksanakan urusan pemerintahan tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Urusan
pemerintah terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 mengklasifikasikan urusan pemerintah menjadi 25 urusan wajib dan 8 urusan
pilihan pemerintah daerah. Urusan wajib mencakup pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, perumahan rakyat, penataan ruangan, perencanaan pembangunan, perhubungan, lingkungan
hidup, pertanahan, kependudukan dan catatan sipil, pemberdayaan perempuan, keluarga berencana dan keluarga sejahteran sosial, tenaga kerja, koperasi dan usaha kecil menengah,
penanaman modal, kebudayaan, pemuda dan olahraga, kesatuan bangsa dan poltik dalam negeri, pemerintahan umum, kepegawaian, pemberdayaan masyarakat dan desa, statistik,
arsip, dan komunikasi dan informatika. Sedangkan belanja mencakup pertanian, kehutanan, energi dan sumber daya mineral, pariwisata, kelautan dan perikanan, perdagangan,
perindustrian, dan transmigrasi. Klasifikasi belanja menurut organisasi disesuaikan dengan susunan organisasi pada
masing-masing pemda. Pembagian struktur belanja berdasarkan organisasi ini meliputi unsur
8
pemerintahan daerah yang terdiri atas DPRD, Kepala DaerahWakil Kepala Daerah, dan Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD.
Selain klasifikasi belanja berdasarkan urusan pemerintahan dan organisasi, belanja daerah juga dapat diklasifikasikan menurut fungsi, yang tujuannya adalah untuk keselarasan
dan keterpaduan pengelolaan keuangan negara. Pengklasifikasian menurut fungsi ini terdiri dari pelayanan umum, ketertiban dan ketentraman, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan
dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata dan budaya, pendidikan, dan perlindungan sosial.
Pembiayaan Daerah Pembiayaan daerah meliputi semua transaksi keuangan untuk menutupi defisit atau untuk
memanfaatkan surplus. Pembiayaan Daerah terdiri dari: Penerimaan Pembiayaan dan
Pengeluaran Pembiayaan. Jika APBD mengalami defisit, pemerintah dapat
menganggarkan penerimaan pembiayaan. Sebaliknya, pemerintah dapat menganggarkan pengeluaran pembiayaan jika ada surplus. Penerimaan pembiayaan mencakup :
1. Sisa hasil perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya SiLPA. 2. Pencairan dana cadangan.
3. Hasil penjualan kekayaan daerah terpisah. 4. Penerimaan pinjaman daerah.
5. Penerimaan kembali pemberian pinjaman. 6. Penerimaan piutang daerah.
Sedangkan pengeluaran pembiayaan mencakup : 1. Pembentukan dana cadangan.
2. Penerimaan modal investasi pemda. 3. Pembayaran pokok utang.
4. Pemberian pinjaman daerah.
2.2.2 Penyusunan APBD