anggaran yang ditetapkan oleh gubernurbupatiwalikota. Rancangan DPA-SKPD, merinci sasaran yang hendak dicapai, fungsi, program, kegiatan, anggaran yang disediakan untuk
mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana tiap-tiap satuan kerja serta pendapatan yang diperkirakan. Kepala SKPD menyerahkan rancangan DPA-SKPD yang
telah disusunnya kepada PPKD paling lambat 6 enam hari kerja setelah pemberitahuan disampaikan.
Khusus pada SKPKD satuan kerja pengelola keuangan daerah disusun DPA-SKPD dan DPA-PPKD. DPA-SKPD memuat programkegiatan, sedangkan DPA-PPKD digunakan
untuk menampung: a. Pendapatan yang berasal dari dana perimbangan dan pendapatan hibah; b. Belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi
hasil, belanja bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga; c. Penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan daerah.
TAPD Tim Anggaran Pemerintah Daerah melakukan verifikasi rancangan DPA- SKPD bersama-sama dengan kepala SKPD yang bersangkutan. Verifikasi atas rancangan
DPA-SKPD, diselesaikan paling lambat 15 lima belas hari kerja, sejak ditetapkannya peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD. Berdasarkan hasil verifikasi, PPKD
mengesahkan rancangan DPA-SKPD dengan persetujuan sekretaris daerah. DPA-SKPD yang telah disahkan disampaikan kepala SKPD yang bersangkutan, kepada satuan kerja
pengawasan daerah inspektorat, dan BPK selambat-lambatnya 7 tujuh hari kerja sejak tanggal disahkan. DPA-SKPD, digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh kepala
SKPD selaku pengguna anggaranbarang.
2.2.5 Penatausahaan Keuangan Daerah
Pada prinsipnya kegiatan tata usaha keuangan daerah dapat dibagi atas dua jenis, yaitu Tata Usaha Umum dan Tata Usaha Keuangan.
1. Tata Usaha Umum adalah menyangkut kegiatan surat menyurat, mengagenda,
mengekspedisi, menyimpan surat-surat penting atau mengarsipkan kegiatan dokumentasi lainnya.
16
2. Tata Usaha Keuangan adalah tata buku yang merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis di bidang keuangan berdasarkan prinsip-prinsip, standar-
standar tertentu serta prosedur-prosedur tertentu sehingga dapat memberikan informasi aktual di bidang keuangan.
Dokumen yang digunakan pada prosedur Penatausahaan Keuangan Daerah berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keaungan
Daerah, diantaranya sebagai berikut : 1. Anggaran Kas
Yaitu dokumen perkiraan arus kas masuk yang bersumber dari penerimaan dan arus kas keluar untuk mengatur ketersediaan dana yang cukup guna mendanai pelaksanaan
kegiatan dalam setiap periode. 2. Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah DPA-SKPD
Yaitu dokumen yang memuat pendapatan, belanja dan pembiayaan yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh pengguna anggaran.
3. Buku Kas Umum Daerah Yaitu tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh kepala daerah untuk
menampung seluruh penerimaan daerah dan digunakan untuk membayar pengeluaran daerah.
4. Rekening Kas Umum Daerah; Yaitu rekening tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh kepala daerah
untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan digunakan untuk membayar pengeluaran daerah pada bank yang ditetapkan.
Berikut ini adalah bagan alir siklus pelaksanaan penatausahaan belanja :
17
2.2.6 Perubahan APBD
18
Secara sederhana, perubahan APBD dapat diartikan sebagai upaya pemerintah daerah untuk menyesuaikan rencana keuangannya dengan perkembangan yang terjadi.
Perkembangan dimaksud bisa berimplikasi pada meningkatnya anggaran penerimaan maupun pengeluaran, atau sebaliknya.
Perubahan atas setiap komponen APBD memiliki latar belakang dan alasan berbeda. Ada perbedaan alasan untuk perubahan anggaran pendapatan dan perubahan anggaran
belanja. Begitu juga untuk alasan perubahan atas anggaran pembiayaan, kecuali untuk penerimaan pembiayaan berupa SiLPA Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu, yang
memang menjadi salah satu alasan utama mengapa perubahan APBD dilakukan. Berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 154, perubahan APBD dapat
dilakukan apabila terjadi : a. Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA;
b. Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja;
c. Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran Iebih tahun sebelumnya harus digunakan dalam tahun berjalan;
d. Keadaan darurat; e. keadaan luar biasa.
2.2.6.1 Perubahan Atas Pendapatan
Terutama PAD bisa saja berlatarbelakang perilaku oportunisme para pembuat keputusan, khususnya birokrasai di SKPD dan SKPKD. Namun, tak jarang perubahan APBD
juga memuat preferensi politik para politisi di parlemen daerah DPRD. Anggaran pendapatan akan direvisi dalam tahun anggaran yang sedang berjalan karena beberapa sebab,
diantaranya karena a tidak terprediksinya sumber penerimaan baru pada saat penyusunan anggaran, b perubahan kebijakan tentang pajak dan retribusi daerah, dan c penyesuaian
19
target berdasarkan perkembangan terkini. Ada beberapa kondisi yang menyebabkan mengapa perubahan atas anggaran pendapatan terjadi, di antaranya:
1. Target pendapatan dalam APBD underestimated dianggarkan terlalu rendah. Jika
sebuah angkat untuk target pendapatan sudah ditetapkan dalam APBD, maka angka itu menjadi target minimal yang harus dicapai oleh eksekutif. Target dimaksud merupakan
jumlah terendah yang “diperintahkan” oleh DPRD kepada eksekutif untuk dicari dan menambah penerimaan dalam kas daerah.
2. Alasan penentuan target PAD oleh SKPD dapat dipahami sebagai praktik moral
hazard yang dilakukan agency yang dalam konteks pendapatan adalah sebagai budget minimizer. Dalam penyusunan rancangan anggaran yang menganut konsep partisipatif,
SKPD mempunyai ruang untuk membuat budget slack karena memiliki keunggulan informasi tentang potensi pendapatan yang sesungguhnya dibanding DPRD.
3. Jika dalam APBD “murni” target PAD underestimated, maka dapat “dinaikkan” dalam
APBD Perubahan untuk kemudian digunakan sebagai dasar mengalokasikan pengeluaran yang baru untuk belanja kegiatan dalam APBD-P. Penambahan target PAD ini dapat
diartikan sebagai hasil evaluasi atas “keberhasilan” belanja modal dalam mengungkit leveraging PAD, khususnya yang terealiasai dan tercapai outcome-nya pada
tahun anggaran sebelumnya.
2.2.6.2 Perubahan Atas Alokasi Anggaran Belanja
Merupakan bagian terpenting dalam perubahan, khususnya pada kelompok belanja langsung. Beberapa bentuk perubahan alokasi untuk belanja modal berrdasarkan
penyebabnya adalah: 1.
Perubahan karena adanya varian SiLPA. Perubahan harus dilakukan apabila prediksi atas SiLPA tidak akurat, yang bersumber dari adanya perbedaan antara SILPA 201a
definitif setelah diaudit oleh BPK dengan SiLPA 201b. 2.
Perubahan karena adanya pergeseran anggaran virement. Pergeseran anggaran dapat terjadi dalam satu SKPD, meskipun total alokasi untuk SKPD yang bersangkutan tidak
berubah.
20
3. Perubahan karena adanya perubahan dalam penerimaan, khususnya pendapatan.
Perubahan target atas pendapatan asli daerah PAD dapat berpengaruh terhadap alokasi belanja perubahan pada tahun yang sama. Dari perspektif agency theory, pada saat
penyusunan APBD murni, eksekutif dan mungkin juga dengan sepengetahuan danatau persetujuan legislatif target PAD ditetapkan di bawah potensi, lalu
dilakukan “adjustment” pada saat dilakukan perubahan APBD.
2.2. 6.3 Perubahan Dalam Pembiayaan
Terjadi ketika asumsi yang ditetapkan pada saat penyusunan APBD harus direvisi. Ketika besaran realisasi surplusdefisi dalam APBD berjalan berbeda dengan anggaran ayng
ditetapkan sejak awal tahun anggaran, maka diperlukan penyesuaian dalam anggaran penerimaan pembiayaan, setidaknya untuk mengkoreksi penerimaan yang bersumber dari
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya SiLPA. SiLPA tahun berjalan merupakan SILPA Sisa Lebih Pembiayaan tahun lalu. Oleh
karena itu, SiLPA merupakan penerimaan pada awal tahun berjalan. Namun, besaran yang diakui pada saat penyusunan APBD masih bersifat taksiran, belum definitif, karena a pada
akhir tahun lalu tersebut belum seluruh pertanggungjawaban disampaikan oleh SKPD ke BUD dan b BPK RI belum menyatakan bahwa jumlah SiLPA sudah sesuai dengan yang
sesungguhnya. Selisih variance antara SiLPA dalam APBD tahun berjalan dengan Laporan
Realisasi Anggaran LRA tahun sebelumnya merupakan angka yang menjadi salah satu bahan untuk perubahan anggaran dalam tahun berjalan, terutama dalam bentuk penyesuaian
untuk belanja. Jika diterapkan konsep anggaran berimbang penerimaan sama dengan pengeluaran atau SILPA bernilai nol atau nihil, maka varian SiLPA akan menyebabkan
perubahan alokasi belanja.
2.2.7 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban atas kepengurusan sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh suatu entitas. Laporan keuangan yang diterbitkan harus
21