6
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah : “Apakah Belanja Modal, Pendapatan
Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara?”
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk menguji dan menganalisa pengaruh Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah dan
Dana Alokasi Umum terhadap Pertumbuhan Ekonomi pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti berharap melalui penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak
antara lain : 1. Bagi Peneliti, penelitian ini sebagai wadah mengaplikasikan ilmu
pengetahuan yang telah dipelajari selama kuliah, serta menambah wawasan tentang akuntansi pemerintahan, khususnya pengaruh Belanja
Modal, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
7
2. Bagi Pemerintah Daerah, untuk melihat seberapa jauh tingkat pertumbuhan ekonomi daerah yang terdapat di kabupaten dan kota yang
berada di dalam Provinsi Sumatera Utara serta sebagai informasi untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi. 3. Bagi Akademisi, sebagai bahan referensi dan sumber informasi dalam
melakukan penelitian selanjutnya.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Dalam landasan teori, akan dibahas lebih jauh mengenai Pertumbuhan Ekonomi, Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum.
Kemudian, akan menjabarkan penelitian terdahulu yang telah diperluas dengan referensi yang dikumpulkan selama pelaksanaan penelitian.
2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan disuatu perekonomian. Kemajuan suatu perekonomian
ditentukan oleh besarnya pertumbuhan yang ditunjukkan oleh perubahan output nasional. Pertumbuhan ekonomi adalah masalah makroekonomi dalam
jangka panjang. Setiap Negara mempunyai kesempatan untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi oleh karena faktor-faktor produksi bertambah dari satu
periode ke periode lainnya dan oleh karenanya pendapatan nasional dapat ditingkatkan.
Secara umum teori pertumbuhan ekonomi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu teori pertumbuhan ekonomi klasik dan teori pertumbuhan
ekonomi modern. Pada teori pertumbuhan ekonomi klasik, analisis didasarkan pada kepercayaan akan efektivitas mekanisme pasar bebas. Teori
ekonomi klasik merupakan teori yang dicetus para ahli ekonomi yang hidup pada abad 18 hingga abad 20. Sedangkan teori ekonomi modern mengakui
9
pentingnya peranan pemerintah dalam perekonomian untuk mengatasi kegagalan sistem pasar bebas. Kelompok ini cenderung tidak mengakui
keefektifan sistem pasar bebas tanpa campur tangan pemerintah. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan
kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan
indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan cara membandingkan Gross National Product
GNP tahun yang sedang berjalan dengan GNP tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat diukur juga dengan menggunakan
laju pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan ADHK.Berikut ini adalah rumus untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi:
� = ����
1
− ���� ����
× 100 Keterangan:
G = Pertumbuhan Ekonomi
PDRB
1
= PDRB ADHK pada suatu tahun PDRB
= PDRB ADHK pada tahun sebelumnya
PDRB Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan seluruh unit usaha dalam wilayah tertentu atau
merupakan jumlah yang dihasilkan seluruh unit usaha dalam wilayah tertentu atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh
seluruh unit ekonomi. Salah satu manfaat data PDRB adalah untuk mengetahui tingkat produk yang dihasilkan oleh seluruh faktor produksi,
besarnya laju pertumbuhan ekonomi dan struktur perekonomian pada suatu
10
periode di suatu daerah tertentu. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan
menggunakan harga pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar penghitungannya.
2.1.2 Belanja Modal
Menurut Erlina dan Rasdianto 2013, Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan asset tetap berwujud yang
memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja Modal biasanya digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk
tanah, peralatan, mesin, gedung, bangunan dan jalan, irigasi, jaringan, dan aset tetap lainnya. Nilai pembelianpengadaan dan pembangunan aset tetap
berwujud yang dianggarkan dalam belanja modal hanya sebesar harga belibangun aset.
Aset tetap yang dimiliki pemerintah daerah sebagai akibat adanya belanja modal merupakan syarat utama dalam memberikan pelayanan publik.
Tersedianya infrastruktur yang baik diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas di berbagai sektor, produktifitas masyarakat diharapkan
menjadi semakin tinggi dan pada gilirannya terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi.
11
Berdasarkan Permendagri 132006 kelompok belanja bagian aperatur daerah maupun pelayanan publik adalah terdiri dari:
1 Belanja modal tanah 2 Belanja modal jalan dan jembatan
3 Belanja modal bangunan air irigasi 4 Belanja modal instalasi
5 Belanja modal jaringan 6 Belanja modal bangunan gedung
7 Belanja modal monumen 8 Belanja modal alat-alat besar
9 Belanja modal alat-alat angkutan 10 Belanja modal alat-alat bengkel
11 Belanja modal alat-alat pertanian 12 Belanja modal alat-alat kantor dan rumah tangga
13 Belanja modal alat-alat studio dan alat-alat komunikasi 14 Belanja modal alat-alat kedokteran
15 Belanja modal alat-alat laboratorium 16 Belanja modal buku perpustakaan
17 Belanja modal barang bercorak kesenian dan kebudayaan 18 Belanja modal hewan, ternak, serta tanaman
19 Belanja modal alat-alat persenjataan keamanan
2.1.3 Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan yang bersumber dari pungutan-pungutan yang dilaksanakan oleh daerah berdasarkan kebijakan-
kebijakan yang berlaku yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah
sebagai perwujudan atas desentralisasi. Dalam otonomi daerah ini kemandirian pemerintah daerah sangat dituntut dalam pembiayaan
pembangunan daerah dan pelayanan kepada masyarakat. Pemerintah daerah tersebut dapat melaksanakan pungutan dalam bentuk penerimaan pajak,
retribusi, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah yang diatur dalam undang-undang.
12
Pendapatan Asli Daerah PAD merupakan sumberdaya penerimaan yang harus dipacu pertumbuhannya secara berkesinambungan. Komponen
yang berkaitan dengan itu harus ditindak lanjuti agar berhasil. Misalnya dengan memberikan perbaikan-perbaikan fasilitas umum dan pelayanan bagi
masyarakat sehingga masyarakat dapat turut merasakan manfaatnya. Menurut Halim 2004, Pendapatan asli daerah PAD merupakan
semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Identifikasi sumber Pendapatan Asli Daerah adalah: meneliti, menentukan
dan menetapkan mana sesungguhnya yang menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah dengan cara meneliti dan mengusahakan serta mengelola sumber
pendapatan tersebut dengan benar sehingga memberikan hasil yang maksimal.
Berdasarkan UU nomor 32 tahun 2004 pasal 79 disebutkan bahwa pendapatan asli daerah terdiri dari:
1. hasil pajak daerah, 2. hasil retribusi daerah,
3. hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan milik daerah
yang dipisahkan, 4. lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
Menurut Halim 2007 kelompok Pendapatan Asli Daerah dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan:
a. Pajak Daerah Sesuai UU 34 Tahun 2000 jenis pendapatan pajak untuk
kabupatenkota terdiri dari: 1. Pajak Hotel
2. Pajak Restoran 3. Pajak Hiburan
4. Pajak Reklame 5. Pajak Penerangan Jalan
6. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
13
7. Pajak Parkir b. Retribusi Daerah
Retribusi daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari retribusi. Terkait dengan UU Nomor 34 Tahun 2000 jenis
pendapatan retribusi untuk kabupatenkota meliputi objek pendapatan yang terdiri dari 29 objek.
c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan merupakan
penerimaan daerah yang bersal dari pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis pendapatan ini dirinci menurut objek
pendapatan yang mencakup:
1 Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerahBUMD.
2 Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik negara BUMN
3 Bagian laba penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat.
d. Lain-lain PAD yang Sah Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari
lain-lain milik Pemda. Rekening ini disediakan untuk mengakuntasikan penerimaan daerah selain yang disebut di atas.
Jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut:
1 Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan. 2 Jasa giro.
3 Pendapatan bunga. 4 Penerimaan atas tuntutan ganti kerugiaan daerah.
5 Penerimaan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai
akibat dari penjualan pengadaan barang, dan jasa olah daerah. 6 Penerimaan keuangan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap
mata uang asing. 7 Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.
8 Pendapatan denda pajak. 9 Pendapatan denda retribusi.
10 Pendapatan eksekusi atau jaminan. 11 Pendapatan dari pengembalian.
12 Fasilitas sosial dan umum. 13 Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.
14 Pendapatan dari angsuran cicilan penjualan.
14
2.1.4 Dana Alokasi Umum
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 26 tahun 2006 tentang Pedoman Penyususnan APBD bahwa penggunaan dana perimbangan
Dana Alokasi Umum agar diprioritaskan penggunaannya untuk mendanai gaji dan tunjangan, kesejahteraan pegawai, kegiatan operasi dan pemeliharaan
serta pembangunan fisik sarana dan prasarana dalam rangka peningkatan pelayanan dasar dan pelayanan umum yang dibutuhkan masyarakat.
Dana Alokasi Umum menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 adalah “dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi”.
Dana Alokasi Umum DAU dialokasikan dengan tujuan pemerataan dengan memperhatikan potensi daerah, luas daerah, keadaan geografi, jumlah
penduduk dan tingkat pendapatan masyarakat di daerah, sehingga perbedaan antara daerah yang maju dan daerah yang belum berkembang dapat
diperkecil. Alokasi DAU bagi daerah yang potensi fiskalnya besar tetapi kebutuhan fiskal kecil memperoleh alokasi DAU relatif kecil. Sebaliknya
daerah yang potensi fiskalnya kecil, namun kebutuhan fiskal besar akan memperoleh alokasi DAU relatif besar. Jadi DAU suatu daerah ditentukan
oleh besar kecilnya celah fiskal fiscal gap suatu daerah, yang merupakan selisih antara kebutuhan daerah fiscal need dan potensi daerah fiscal
capacity. Dalam Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 ditegaskan kembali mengenai formula celah fiskal dan penambahan variabel DAU seperti yang
15
telah diutarakan diatas. Dalam hal ini secara implisit fungsi DAU adalah sebagai faktor pemerataan kapasitas fiskal.
Perhitungan DAU memiliki variabel-variabel kebutuhan daerah dan potensi ekonomi daerah. Kebutuhan daerah paling sedikit dicerminkan dari
variabel jumlah penduduk, luas wilayah, keadaan geografi, dan tingkat pendapatan masyarakat dengan memperhatikan kelompok masyarakat miskin.
Sementara potensi ekonomi daerah dicerminkan dengan potensi penerimaan daerah seperti potensi industri, potensi SDA, potensi SDM dan PDRB.
2.1.5 Pengaruh Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Belanja modal merupakan pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap atau aset tetap
lainnya yang memberikan manfaat lebih dari satu peiode akuntansi. Menurut Haryanto 2013, dengan peningkatan pengeluaran
pemerintah untuk belanja langsung maka porsi untuk pembangunan infrastruktur akan semakin besar. Belanja modal merupakan bagian dari
belanja langsung. Dengan adanya belanja modal, pelayanan publik yang semakin baik dan tersedianya infrastruktur yang memadai maka akan
dapat memperlancar proses kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
16
2.1.6 Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Peningkatan pendapatan asli daerah akan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Adanya kenaikan PAD akan memicu dan memacu
pertumbuhan ekonomi daerah menjadi lebih baik dari pada pertumbuhan ekonomi daerah sebelumnya Maryati dan Endrawati, 2010. Kenaikan PAD
juga dapat mengoptimalkan dan meningkatkan aktivitas pada sektor-sektor yang terkait dengan pertumbuhan ekonomi, seperti sektor industri dan
perdagangan, sektor jasa, dan sektor-sektor lainnya.
2.1.7 Pengaruh Dana Alokasi Umum Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Jika temyata PAD berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi, maka terdapat kemungkinan kuat bahwa Dana Alokas Umum DAU juga
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi karena nilai DAU pada umumnya Ieblh besar dibandingkan kontribusi PAD Setiyawati dan
Hamzah, 2007.
17
2.2 Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini diantaranya Ginting 2013 meneliti tentang pengaruh dana alokasi umum, dana alokasi
khusus, lain-lain pendapatan daerah yang sah terhadap pertumbuhan ekonomi dengan desentralisasi fiskal sebagai variabel moderating di Kabupaten dan Kota
Provinsi Sumatera Utara .
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Secara parsial DAU dan DAK memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara
sedangkan LLPDYS tidak signifikan. Secara simultan DAU, DAK dan LLPDYS signifikan mempengaruhi desentralisasi fiskal dan pertumbuhan ekonomi
Penelitian tentang Pertumbuhan Ekonomi pernah dilakukan oleh Amnah 2014, tentang pengaruh pendapatan asli daerah PAD, dana alokasi umum
DAU, dana alokasi khusus DAK terhadap Pertumbuhan Ekonomi dengan Belanja Modal sebagai variabel intervening di kabupaten dan kota Provinsi Aceh.
Hasil pengujian hipotesis pertama yang menunjukkan secara simultan variabel PAD, DAU, DAK berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
Secara parsial variabel PAD menunjukkan pengaruh signifikan terhadap PDRB namun DAU dan DAK berpengaruh tidak signifikan terhadap Pertumbuhan
Ekonomi. Hasil pengujian persamaan pertama hipotesis kedua yang secara langsung menunjukkan bahwa PAD, DAU berpengaruh tidak signifikan terhadap
Belanja Modal namun DAK berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal. Hasil pengujian persamaan kedua hipotesis kedua yang menunjukkan bahwa
secara tidak langsung PAD yang berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan
18
Ekonomi melalui Belanja Modal sebagai variabel intervening sedangkan DAU dan DAK secara tidak langsung berpengaruh tidak signifikan terhadap PDRB
melalui Belanja Modal. Hasil pengujian persamaan ketiga hipotesis kedua yang menunjukkan bahwa Belanja Modal berpengaruh tidak signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi berarti Belanja Modal bukanlah variabel intervening. Hutabarat 2013 yang meneliti Pengaruh Belanja Pegawai, Belanja
Barang, Belanja Modal dan jumlah penduduk terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah KabupatenKota di Sumatera Utara. Hasil penelitian adalah Belanja
pegawai, belanja barang, belanja modal dan jumlah penduduk secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah
kabupatenkota di Sumatera Utara. Bati 2009 melakukan penelitian tentang pengaruh belanja modal dan
pendapatan asli daerah PAD terhadap pertumbuhan ekonomi studi pada kabupaten dan kota di Sumatera Utara. Variabel dalam peneitian ini adalah
Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah PAD sebagai variabel independen dan Pertumbuhan Ekonomi sebagai variabel dependen Pengujian hipotesis
dilakukan dengan analisis regresi linier berganda, sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik. Hasil penelitian
membuktikan bahwa secara simultan dan parsial Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah PAD berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah di
KabupatenKota di Sumatera Utara. Secara parsial Pendapatan Asli Daerah PAD berpengaruh secara signifikan terhadap besarnya Pertumbuhan Ekonomi,
19
sedangkan Belanja Modal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap besarnya Pertumbuhan Ekonomi.
Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah penelitian ini mengambil variabel independen bukan dari sisi penerimaan saja yaitu PAD, DAU
dan DAK, namun ditambah juga dengan memasukkan sisi pengeluaran yaitu Belanja Modal serta menambah variabel independen dan ada juga pergantian
variabel. Perbedaan lainnya adalah lokasi penelitian serta data tahun penelitian.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti
Judul Penelitian Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
Evarina Nurihisa
Ginting 2013
Pengaruh Dana Alokasi Umum,
Dana Alokasi Khusus,
Lain –
Lain Pendapatan Daerah yang sah
terhadap Pertumbuhan
Ekonomi dengan Desentralisasi
Fiskal sebagai variabel
Moderating
di Kabupaten dan
Kota Provinsi
Sumatera Utara Dana Alokasi
Umum, Dana Alokasi
Khusus, Lain - Lain
Pendapatan Daerah yang
Sah, Pertumbuhan
Ekonomi dan Desentralisasi
Fiskal Secara parsial DAU dan
DAK memiliki pengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara sedangkan
LLPDYS tidak signifikan. Secara simultan DAU, DAK
dan LLPDYS signifikan mempengaruhi desentralisasi
fiskal dan pertumbuhan ekonomi.
20
Amnah 2014
Pengaruh Pendapatan Asli
Daerah PAD, Dana Alokasi
Umum DAU, Dana Alokasi
Khusus DAK terhadap
Pertumbuhan Ekonomi dengan
Belanja Modal sebagai variabel
intervening di kabupaten dan kota
Provinsi Aceh Pendapatan
Asli Daerah PAD, Dana
Alokasi Umum
DAU, Dana Alokasi
Khusus DAK,
Pertumbuhan Ekonomi dan
Belanja Modal Secara
simultan variabel PAD, DAU, DAK
berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan
Ekonomi. Secara parsial variabel PAD menunjukkan
pengaruh signifikan terhadap PDRB namun DAU dan
DAK berpengaruh tidak signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi.
Pardamean Hutabarat
2013 Pengaruh Belanja
Pegawai, Belanja Barang, Belanja
Modal Dan Jumlah Penduduk Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Daerah
KabupatenKota Di Sumatera Utara
Belanja Pegawai,
Belanja Barang,
Belanja Modal,
Jumlah Penduduk dan
Pertumbuhan Ekonomi
Belanja pegawai, belanja barang, belanja modal dan
jumlah penduduk secara simultan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
daerah kabupatenkota di Sumatera Utara.
Bati 2009
Pengaruh Belanja Modal dan
Pendapatan Asli Daerah PAD
terhadap Pertumbuhan
Ekonomi studi pada kabupaten dan
kota di Sumatera Utara
Belanja Modal,
Pendapatan Asli Daerah
dan Pertumbuhan
Ekonomi Secara simultan dan parsial
Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah
PAD berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Daerah di KabupatenKota di Sumatera Utara. Secara
parsial Pendapatan Asli Daerah PAD berpengaruh
secara signifikan terhadap besarnya Pertumbuhan
Ekonomi, sedangkan Belanja Modal tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap besarnya Pertumbuhan
Ekonomi.
21
2.3 Kerangka Konseptual