10
periode di suatu daerah tertentu. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan
menggunakan harga pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar penghitungannya.
2.1.2 Belanja Modal
Menurut Erlina dan Rasdianto 2013, Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan asset tetap berwujud yang
memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja Modal biasanya digunakan dalam kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk
tanah, peralatan, mesin, gedung, bangunan dan jalan, irigasi, jaringan, dan aset tetap lainnya. Nilai pembelianpengadaan dan pembangunan aset tetap
berwujud yang dianggarkan dalam belanja modal hanya sebesar harga belibangun aset.
Aset tetap yang dimiliki pemerintah daerah sebagai akibat adanya belanja modal merupakan syarat utama dalam memberikan pelayanan publik.
Tersedianya infrastruktur yang baik diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas di berbagai sektor, produktifitas masyarakat diharapkan
menjadi semakin tinggi dan pada gilirannya terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi.
11
Berdasarkan Permendagri 132006 kelompok belanja bagian aperatur daerah maupun pelayanan publik adalah terdiri dari:
1 Belanja modal tanah 2 Belanja modal jalan dan jembatan
3 Belanja modal bangunan air irigasi 4 Belanja modal instalasi
5 Belanja modal jaringan 6 Belanja modal bangunan gedung
7 Belanja modal monumen 8 Belanja modal alat-alat besar
9 Belanja modal alat-alat angkutan 10 Belanja modal alat-alat bengkel
11 Belanja modal alat-alat pertanian 12 Belanja modal alat-alat kantor dan rumah tangga
13 Belanja modal alat-alat studio dan alat-alat komunikasi 14 Belanja modal alat-alat kedokteran
15 Belanja modal alat-alat laboratorium 16 Belanja modal buku perpustakaan
17 Belanja modal barang bercorak kesenian dan kebudayaan 18 Belanja modal hewan, ternak, serta tanaman
19 Belanja modal alat-alat persenjataan keamanan
2.1.3 Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan yang bersumber dari pungutan-pungutan yang dilaksanakan oleh daerah berdasarkan kebijakan-
kebijakan yang berlaku yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah
sebagai perwujudan atas desentralisasi. Dalam otonomi daerah ini kemandirian pemerintah daerah sangat dituntut dalam pembiayaan
pembangunan daerah dan pelayanan kepada masyarakat. Pemerintah daerah tersebut dapat melaksanakan pungutan dalam bentuk penerimaan pajak,
retribusi, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah yang diatur dalam undang-undang.
12
Pendapatan Asli Daerah PAD merupakan sumberdaya penerimaan yang harus dipacu pertumbuhannya secara berkesinambungan. Komponen
yang berkaitan dengan itu harus ditindak lanjuti agar berhasil. Misalnya dengan memberikan perbaikan-perbaikan fasilitas umum dan pelayanan bagi
masyarakat sehingga masyarakat dapat turut merasakan manfaatnya. Menurut Halim 2004, Pendapatan asli daerah PAD merupakan
semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Identifikasi sumber Pendapatan Asli Daerah adalah: meneliti, menentukan
dan menetapkan mana sesungguhnya yang menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah dengan cara meneliti dan mengusahakan serta mengelola sumber
pendapatan tersebut dengan benar sehingga memberikan hasil yang maksimal.
Berdasarkan UU nomor 32 tahun 2004 pasal 79 disebutkan bahwa pendapatan asli daerah terdiri dari:
1. hasil pajak daerah, 2. hasil retribusi daerah,
3. hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan milik daerah
yang dipisahkan, 4. lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
Menurut Halim 2007 kelompok Pendapatan Asli Daerah dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan:
a. Pajak Daerah Sesuai UU 34 Tahun 2000 jenis pendapatan pajak untuk
kabupatenkota terdiri dari: 1. Pajak Hotel
2. Pajak Restoran 3. Pajak Hiburan
4. Pajak Reklame 5. Pajak Penerangan Jalan
6. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
13
7. Pajak Parkir b. Retribusi Daerah
Retribusi daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari retribusi. Terkait dengan UU Nomor 34 Tahun 2000 jenis
pendapatan retribusi untuk kabupatenkota meliputi objek pendapatan yang terdiri dari 29 objek.
c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan merupakan
penerimaan daerah yang bersal dari pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis pendapatan ini dirinci menurut objek
pendapatan yang mencakup:
1 Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerahBUMD.
2 Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik negara BUMN
3 Bagian laba penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat.
d. Lain-lain PAD yang Sah Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari
lain-lain milik Pemda. Rekening ini disediakan untuk mengakuntasikan penerimaan daerah selain yang disebut di atas.
Jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut:
1 Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan. 2 Jasa giro.
3 Pendapatan bunga. 4 Penerimaan atas tuntutan ganti kerugiaan daerah.
5 Penerimaan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai
akibat dari penjualan pengadaan barang, dan jasa olah daerah. 6 Penerimaan keuangan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap
mata uang asing. 7 Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.
8 Pendapatan denda pajak. 9 Pendapatan denda retribusi.
10 Pendapatan eksekusi atau jaminan. 11 Pendapatan dari pengembalian.
12 Fasilitas sosial dan umum. 13 Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.
14 Pendapatan dari angsuran cicilan penjualan.
14
2.1.4 Dana Alokasi Umum