Organisasi Non Pemerintah TINJAUAN PUSTAKA

dengan pengetahuan yang sudah dimiliki dalam bentuk cara pandang baru, cara kerja baru atau kebijakan baru. Pengetahuan yang telah ada bisa jadi hilang apabila tidak tersimpan dengan baik. Proses penyimpanan pengetahuan merupakan kegiatan yang ditujukan untuk memastikan bahwa pengetahuan yang ada di organisasi terpelihara dan tersimpan dalam bentuk yang mudak diakses oleh yang membutuhkan.

2.3. Organisasi Non Pemerintah

Organisasi adalah suatu sistem yang terdiri dari pola aktivitas kerjasama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang oleh sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan Gitosudarmo, 1997 yang dikutip oleh Ardana et al 2009. Setiap organisasi formal cenderung memiliki visi dan misi yang jelas. Visi menurut Encarta 2009 yang disitasi oleh Yusup 2012 berarti pandangan ke depan, kemampuan memandang kedepan atau kemampuan mengantisipasi peristiwa dan perkembangan di masa yang akan datang. Sedangkan misi adalah formal business statement of aims, yaitu suatu dokumen formal yang menyatakan tujuan yang ingin dicapai suatu organisasi atau perusahaan. Praktik organisasi secara keseluruhan dibangun secara sadar sehingga akan terlihat dalam perilaku budaya organisasi, dimana konsepnya adalah aturan, nilai- nilai, prinsip dan asumsi dasar yang dapat mengarahkan perilaku organisasi. Membangun budaya yang sudah menjadi komitmen organisasi setidaknya memiliki banyak aspek dominan kompetensi manajemen, antara lain proses, kualitas, perubahan, pengetahuan dan sumberdaya manusia Yusup, 2012. World Bank yang dikutip Sinaga, 2007 mendefinisikan NGO sebagai organisasi swasta yang menjalankan kegiatan untuk meringankan penderitaan, mengentaskan kemiskinan, memelihara lingkungan hidup, menyediakan layanan social dasar atau melakukan kegiatan pengembangan masyarakat. Laporan SIPOL UGM, 2005 menyebutkan NGO atau civil society dapat dipahami dalam tiga kriteria, nilai, aktor dan ruang. Dalam kriteria ruang, civil society diartikan oleh Stepan 2002 yang dikutip di dalam laporan tersebut mengandalkan nilai civility untuk kepentingan bersama. Gerakan sosial civil society dibangun berdasarkan kesukarelaan, bersifat self-generating, self supporting, berorientasi pada pengambilan keputusan dan pengaturan diri sendiri, dan mengekspresikan diri secara bebas namun mengacu kepada kualitas civility. Hal itu merupakan syarat penting bagi terwujudnya harmonisasi dalam relasi antara masyarakat. Civility muncul karena identitas kebersamaan sebagai warga negara yang memiliki nilai etik berdasarkan hak dan kewajiban yang sama-sama dihormati untuk sebuah keharmonisan hidup masyarakat. Civil society dalam kriteria aktor mencakup organisasi-organisasi sukarela sampai organisasi yang dibentuk negara tetapi berperan sebagai perantara individu dan negara, pribadi dan publik. Dalam pemahaman ini civil society harus dibedakan dengan suku, klan, dan jaringan-jaringan klientelis. Hal ini penting karena civil society mengharuskan adanya sifat publik dan civic yang erat untuk memiliki kemampuan otonom agar dapat berpartisipasi dalam kepentingan publik untuk dapat mempertahankan kepentingan-kepentingan mereka kultural, ekonomi, politik secara publik. Civil society mensyaratkan adanya ruang publik yang bebas free public sphere. Suatu wilayah di mana masyarakat sebagai warga negara memiliki akses penuh terhadap setiap kegiatan publik. Warganegara berhak melakukan kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul, serta menyiarkan penerbitan yang berkaitan dengan kepentingan umum secara bebas dan terbuka. Civil society terepresentasi oleh berbagai jenis organisasi masyarakat sipil Civil Society Organisation yang luas, baik melalui sistem membership ataupun tidak sebagai berikut Diamond, 2004 dikutip di dalam Laporan SIPOL UGM, 2005: a Ekonomi: Asosiasi dan jaringan yang produktif dan komersial. b Budaya: Agama, etnik, kelompok komunal, dan institusi dan asosiasi lain yang mempertahankan hak kolektif, nilai, kepercayaan publik. c Kepentingan: kelompok yang bertujuan memajukan atau melindungi kepentingan anggotanya seperti perserikatan buruh, asosiasi pensiunan, dan kelompok profesional. d Pembangunan: organisasi yang mengumpulkan resource dan bakat individual untuk memajukan infrastuktur, institusi dan kualitas kehidupan masyarakat. e Orientasi isu: gerakan perlindungan lingkungan, perlindungan konsumen, hak perempuan dll. f Civickewargaan: kelompok non partisan yang bertujuan memajukan sistem politik dan membuatnya menjadi demokratis pengawas pemilu, pembela HAM dll. Sinaga, 2007 menambahkan bahwa World Bank mengelompokkan NGO kedalam dua kelompok yaitu Operasional dan Advokasi. 1. NGO Operasional memiliki tujuan utama perancangan dan implementasi proyek pengembangan, sehingga biasanya menggerakkan sumberdaya untuk menjalankan proyek nya. NGO operasional terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu Organisasi berbasis masyarakat, organisasi nasional maupun organisasi internasional 2. NGO Advokasi memiliki tujuan mempertahankan atau memelihara suatu isu khusus dan bekerja untuk mempengaruhi kebijakan dan tindakan pemerintah untuk atau atas isu tersebut. NGO bisa dikelompok pula berdasarkan orientasi, seperti orientasi amal, orientasi pelayanan, orientasi partisipasi dan orientasi pemberdayaan; dan berdasarkan tingkat operasi, seperti organisasi keagamaan, organisasi perkotaan, organisasi massa, dan lain sebagainya. NGO memiliki 6 peranan penting yang dimainkan, yaitu: 1. Pengembangan dan pembangunan infrastruktur 2. Mendukung inovasi, ujicoba dan proyek percontohan 3. Memfasilitasi komunikasi 4. Bantuan teknis dan pelatihan 5. Peneltian, monitoring dan evaluasi 6. Advokasi untuk dan dengan masyarakat miskin

2.4. Organisasi Berbasis Manajemen Pengetahuan